15.

1.3K 28 1
                                    

Rafdi melumat bibir Enbi yang masih tertutup rapat. Sedangkan Enbi, gadis itu masih ngelag karena ini pertama kalinya dia ciuman. Bukan ciuman yang menempel saja. Tapi Rafdi menghisap dan melumatnya. Jantung Enbi tak bisa diam, bulu kuduknya meremang. Ada perasaan risih sekaligus berdebar dan senang. Hingga instingnya mengatakan untuk membuka bibirnya. Sontak saja Rafdi langsung menerkam bibirnya lebih intens.

Rafdi yang mendapat balasan langsung melumat bibir yang diam saja tak ada balasan itu. "Bi, bales ciumanya," bisik Rafdi, namun Enbi hanya diam menatap wajah Rafdi sedekat ini yang begitu tampan.

"Jangan cuma diam Bi, bales kayak yang gue lakuin," cicit Rafdi langsung menyerang bibir Enbi lagi.

Rafdi melumat bibir Enbi lagi. Enbi mulai melakukan apa yang diperintahkan Rafdi. Mengikuti apa yang Rafdi lakukan hingga kini keduanya sudah bersilat lidah tapi bukan bersilat lidah adu omongan. Tapi bersilat lidah yang membuat mereka panas dingin.

Sepuluh menit berlalu mereka masih terbuai dengan ciuman yang sudah ala-ala french kiss itu. Sampai Enbi menggoyakan tangan yang dicengkram Rafdi, karena dia kehabisan nafas. Rafdi melepaskan ciumannya lalu menggesekan hidungnya ke hidung Enbi. Enbi langsung menghirup pasokan udara.

"Enak Raf," ceplos Enbi.

Mulut sialan. batin Enbi lalu memejamkan kedua matanya. Sementara Rafdi tersenyum lebar.

"Mau lagi Bi?"

"Enggak," tapi kepala Enbi mengangguk.

Rafdi melepaskan kedua cengkraman tangannya dilengan Enbi. Kini kedua tangannya menangkup wajah Enbi. Kini keduanya saling menatap. Jantung mereka berdebar semakin kencang.

Rafdi mengecup bibir Enbi. Perut Enbi rasanya digelitiki ribuan kupu-kupu. Lalu Rafdi mengecup kening, pipi, hidung dan kedua matanya. Kalau begini, tak ada alasan Enbi tidak jatuh cinta lagi pada Rafdi.

"Geli Raf," cicit Enbi saat Rafdi mengecup lehernya, salah, bukan hanya mengecup namun sekarang Rafdi menjilatnya.

"Auuh geli Raf, lo mau jadi vampire ya?" keluhnya saat Rafdi sekarang menghisap dan meniupi leher Enbi. Enbi refleks mencengkram rambut Rafdi. Kecupan Rafdi bukan hanya di satu tempat, kini Rafdi menjilat cuping Enbi.

"Geli Raf," cicitnya, Enbi bukannya tak tahu apa yang dilakukan Rafdi sekarang. Karena Enbi sudah sering menemukan adegan ini ketika membaca novel online. Tapi ini pengalaman pertamanya yang ternyata lebih panas dingin rasanya ketimbang hanya membaca.

"Emhh," Enbi tanpa sadar mendesah. Rafdi yang mendengar desahan Enbi langsung menghentikan aksinya. Dia tak mau kebablasan.

"Kok berhenti Raf?" ceplos Enbi tak tahu malu yang menbuat Rafdi tertawa.

"Udah cukup main-mainnya, entar kalau ketagihan malah bahaya," ujarnya yang kini merangkum kedua pipi Enbi.

"Lo cantik banget," pujinya.

"Dari dulu gue cantik Raf, emang lo aja yang buta!" cibir Enbi.

"Iya-iya, gue ke kamar mandi dulu," ucap Rafdi berlari menuju ke kamar mandi menenangkan adik kecilnya yang terbangun.

●●●

Rafdi keluar kamar mandi dengan pakaiannya yang dipakai tadi. Sedangkan Enbi sudah berdiri didepan pintu langsung menengok ke Enbi.

"Udahkan? Pulang sana!" usir Enbi.

Bukannya pergi, Rafdi malah merebahkan tubuhnya di ranjang Enbi. Membuat gadis itu memekik lalu memkul lengan Rafdi.

"Pulang Raf!" pekiknya.

Rafdi menarik Enbi hingga ikut berbaring diranjang. Rafdi langsung memeluknya erat. Jantung Enbi langsung berdegup kencang lagi.

"Lepasin Raf! Lo kalau aneh-aneh gue sleding!" ancam Enbi namun Rafdi malah tertawa.

Rafdi mengelus lembut pipi Enbi. "Sekarang jujur sama gue, lo tadi ngapain aja sama Elmo?" tanya Rafdi selembut mungkin. Namun entah kenapa malah membuat Enbi merinding panas dingin dengan sentuhan Rafdi dipipinya.

Harusnya Enbi enggan menjawab, namun bagai kerbau di cucuk. Enbi malah lancar menjawabnya, lemah sekali dirinya ini kalau dihadapkan Rafdi. "Gue itu tadi kan mau bahas naskah, terus Elmo ajak gue ke resto tempat dia dapat endorse, dia minta bantuan gue buat fotoin soalnya manajernya lagi libur," jelasnya.

Rafdi menelusupkan lengannya di leher Enbi. Lalu menarik Enbi hingga tubuh mereka sekarang berhadapan. Jantung keduanya berdegup lagi bersamaan dengan perut mereka yang seperti dikerubungi jutaan kupu-kupu.

"Lo udah tau kalau dia posting foto lo di instagram?" tanya Rafdi yang membuat Enbi mendelik.

"Hah? Apa? Serius lo Raf!" pekik Enbi lalu melepaskan pelukan Rafdi. Enbi mengambil ponsel yang ada disampingnya.

Dengan lihai kedua jempol Enbi mengetik nama pena Elmo. Setelah ketemu, Enbi langsung membuka akun Elmo dan membuka postingan hari ini. Jempol kanan Enbi terus menscroll dan berhenti ketika melihat siluet tubuhnya yang di foto Elmo.

"Aiiihhh... gimana ini! Besok gue pasti dicengcengin sekabupaten!" geram Enbi lalu mematikan ponselnya.

"Lo nggak seterkenal itu sampai dicengcengin sekabupaten," sindir Rafdi lalu menarik Enbi kembali ke pelukannya dengan berhadapan.

"Ahh taulah Raf!" pekik Enbi memijit pangkal hidungnya.

Rafdi tersenyum melihat Enbi, "Udah biarin aja kalau dicengcengin teman kantor," hiburnya.

"Lo nggak ngerasain sih Raf!"

"Gue udah biasa di gosipin orang kantor."

Enbi langsung menatap Rafdi yang ekspresinya biasa saja setelah mengucapkan hal itu. Sebaliknya, Rafdi sekarang malah sibuk mendusel dileher Enbi.

"Lo ngapain lagi sih Raf!"

"Auuhh Enbi! Sakit jangan dijambak!" pekik Rafdi kesakitan saat Enbi menjambak rambutnya.

"Makannya, jangan isep kayak vampire aja lo!"

"Habis lehermu enak yang."

"Yang, yang, muke lo kek samyang!"

Rafdi tersenyum lalu merangkum kedua pipi Enbi. "Mulai sekarang lo, Enbi Ivanova cuma milik Rafdi!" ujarnya lalu mengecup bibir Enbi singkat.

Kedua mata Enbi membulat sempurna, terkejut dengan pernyataan Rafdi yang tak masuk akal. "Nggak! Gue cuma milik gue sendiri!" tegas Enbi, meskipun dia senang Rafdi menjadikannya milik lelaki itu namun Enbi tak ingin kalah dengan perasaanya.

"Gue nggak nerima penolakan!"

"Idih, bahasa lo kayak bocah badboy jadi-jadian di novel aja!" cibir Enbi.

"Nggak apa yang, kan biar romantis gitu kayak Dilan."

"Aihhh najisin!"

Cupp

"Apasehh cium-cium?!" protes gadis itu saat Rafdi mengecup bibirnya.

"Kalau lo ngomong kotor lagi, sekali gue cuma kecup, sampai tiga kali kita ciuman perang lidah!" ujar Rafdi dengan senyum jahilnya.

"Idih enak di lo nggak enak digue dong!"

"Kita sama-sama enak yang. Tadi siapa yang bilang enak Raf?!"

Enbi menelan ludahnya saat mendengar ucapan Rafdi. Tapi emang enak sih ciuman Rafdi, hanya saja Enbi terlalu gengsi.

"Ah udahlah sana pulang!" pekik Enbi mencoba melepas pelukan Rafdi. Namun Rafdi semakin erat memeluk Enbi.

"Gue nginep Bi," jawabnya santai sementara Enbi mendelik.

"Nginep apaan sih Raf! Nggak sono pulang! Ih lepasin pelukannya!"

"Nggak, gue nginep. Lagian kenapa sih? Tetangga lo juga sering bawa pacarnya kesini buat goyang dikasur kan?"

Plakk

"Apaan sih lo goyang-goyang?!"

Enbi Solo (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang