16.

1.8K 35 2
                                    

Pagi hari sinar matahari menyusup dibalik tirai kamar Enbi yang tertutup. Gadis itu mengerjapkan kedua kelopak matanya. Tidurnya kali ini nyenyak sekali tak seperti biasanya. Entah apa yang membuat tidurnya kali ini begitu nyaman. Namun yang jelas ia merasa gulingnya menjadi empuk dan enak untuk dipeluk. Karena terlalu nyaman, Enbi semakin erat memeluk gulingnya itu.

"Hmmh, guling kue kok aneh kayak ada rambutnya sih?" gumam Enbi lalu membuka kedua kelopak matanya.

"Gue jadi merinding," gumamnya lalu melepaskan pelukan itu dari gulingnya lalu bergeser agak menjauh dari guling itu.

"Udah pagi masa ada setan sih?" gumamnya.

Dengan mengumpulkan keberanian yang tersisa, di pagi hari ini bersamaan dengan kesadaran yang belum terkumpul sepenuhnya. Gadis itu beranjak dari ranjangnya.

"Bismillah," ucapnya lalu berbalik menatap ranjangnya.

"Rafdi!" pekiknya kencang, ia kaget saat melihat Rafdi tidur dikamarnya. Enbi segera berlari menuju tubuh Rafdi yang nyenyak sekali tidurnya.

"Rafdi!!!" teriak Enbi tepat ditelinga kanan Rafdi hingga membuat lelaki itu memegang telinganya.

"Apa sih Bi pagi-pagi teriak!" protes Rafdi yang malah memilih tidur lagi dan membelakangi Enbi.

Enbi yang geram lalu menjambak rambut Rafdi. "Aduhhh Bi sakit woy!" teriak Rafdi. Di pagi hari yang cerah ini, di kamar Enbi yang mungil ini disambut dengan paduan teriakan dari Enbi dan Rafdi. Sedangkan para tetangga Enbi malah tersenyum mengira tetangganya yang jomblo tahunan itu akhirnya belah duren.

"Rasain! Siapa suruh lo tidur dikamar gue!" teriaknya yang masih menjambak rambut Rafdi.

Rafdi sontak saja kesal, diapun membalas dengan menjambak rambut Enbi balik. "Auuh Raf lepasin woy!" pekik Enbi.

"Lo lepasin dulu rambut gue!"

"Nggak! Lo duluan! Lo ngeselin soalnya!"

Tiga menit berlalu namun sepasang sejoli sepihak itu masih tak mau melepaskan jambakan satu sama lain.

"Oke Bi, gue lepasin nih. Udah ya jangan dijambak lagi, Bi. Masih pagi Bi, mendingan cuddle daripada main jambak-jambakan gini."

"Cuddle mata lo!"

"Aduhh!!" teriak Rafdi ketika Enbi makin mengeratkan jambakannya. Padahal Rafdi sudah melepas jambakanya pada Enbi sejak tadi. Tak adil sekali rasanya.

"Bi, lepasin dong! Gue kan udah lepasin lo, sekarang giliran gue dong!" pinta Rafdi.

Enbi tertawa, "Dih lepasin lo? Jangan mimpi! Yang ada malah gue pengen gebukin lo!"

"Udah Bi lepasin, nanti gue cium semau lo deh!" rayu Rafdi.

Enbi terdiam sejenak. Kesadaranya di pagi hari masih belum terkumpul sepenuhnya, sampai tanpa sadar dia mengangguk dan melepaskan jambakan Rafdi.

"Kena lo!" pekik Rafdi yang sekarang sudah mengungkung tubuh Enbi di atas ranjang.

Ya ampun Enbi, murahan banget sih lo! Baru dikibulin mau dicium lo nurut aja! Dasar lemah! Ya tapi gimana habis ciuman Rafdi enak banget mana bikin ketagihan lagi. batin Enbi.

Enbi Solo (21+)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora