8.

2.1K 34 0
                                    

"Bi!"

Suara decitan kursi menganggu obrolan Nadira dan Enbi. Nadira menatap kesal. "Lo apaan sih Vin? Ganggu orang lagi gibah aja lo!" protes Nadira.

"Gibah apaan sih? Ikutan dong," Nadira memutar bola matanya, memang tidak salah kalau dulu dia menolak Kelvin. Kini mereka sedang berada dimeja kantin untuk makan siang. Suasana ramai kantin siang ini tak menyurutkan Nadira dan Enbi yang sedang merumpi.

"Lo tuh ngeselin banget Vin! Lo yang nawarin Enbi buat pulang malah lo lempar ke Rafdi! Kurangajar lo emang!" omel Nadira.

Topik rumpi Nadira dan Enbi hari ini memanglah kejadian semalam. Meskipun ada beberapa hal yang tidak Enbi ceritakan, seperti saat Rafdi mengajaknya makan.

"Yah maafin abang ya Enbi, habis semalam abang nggak bawa helm takutnya nanti ditangkap pakpol."

"Najis lo ngomong begitu Buaya!" omel Nadira sementara Kelvin tertawa.

"Lo tuh ya enggak tobat-tobat jadi buaya," ceramah Nadira.

"Nanti juga gue tobat sendiri kali."

"Kiamat tobatnya."

Sementara Enbi lebih memilih menikmati bekal makan siang yang hasil nyolong dari Lilo tadi. Enbi berjanji, akan membayar hutang-hutangnya pada Lilo saat gajian pertama nanti. Karena Lilolah yang selama ini membantu dengan sepenuh hati. Kemana lagi Enbi bisa menemukan Lilo yang sudah ia anggap seperti saudara.

"Oh iya Bi, lo beneran udah nggak jadi editor ikan hiu makan tomat?" ucap Kelvin.

Enbi mengangguk sedangkan Nadira sudah menajamkan telinga dan matanya bersiap meminta penjelasan. "Hah kok bisa? Serius lo?" tanya Nadira.

"Iya Mbak."

"Padahal belum gue bujuk loh Bi," ujar Kelvin.

Kening Nadira mengernyit, "Hah? Bujuk apaan dah?"

"Semalem gue udah denger cerita Enbi kan, kalau dia dikasih penulis ikan hiu, ya gue mau proteslah sama Rafdi. Lo kan tau itu penulis banyak maunya mana senior yang bisa hadapin cuma gue. Bisa-bisanya dia kasih Enbi ikan hiu," jelas Kelvin.

"Nah kan! Kemarin gue juga mikir gitu, si Rafdi aneh banget."

Kedua orang itu kini sedang membicarakan Rafdi dibelakang. Sementara Enbi diam saja, tidak mungkin dia bilang Rafdi mengganti Enbi setelah semalam Elmo menelfonya.

"Tapi bagus deh dia berubah pikiran. Tapi sekarang dia jadi tambah pusing lagi kan," ucap Kelvin.

"Lah pusing gimana?" timpal Nadira.

Enbi juga fokus mendengar penjelasan Kelvin sekarang. Entah kenapa dia menyukai saat Kelvin bilang kalau Rafdi sedang pusing.

"Iya, tadi Rafdi dipanggil sama direktur terus dia cerita. Kalau Ikan hiu minta dikembaliin editornya yang namanya Kue Putu."

"Hah Kue Putu? Siapa itu orang? Aneh banget namanya?" nyinyir Nadira yang langsung dibalas Kelvin dengan mengacungkan jari telunjuknya ke arah Enbi.

"Hah serius? Itu nama Lo Bi? Ya ampun Bi kayak nggak ada nama lain aja," ledek Nadira.

Padahal tak tahukah Nadira. Kalau ada asal usulnya kenapa Enbi memilih nama itu. Alasan Enbi memilih nama itu karena saat Enbi miskin tak punya uang dia suka ngèbon kue putu yang lewat depan kosnya. Dan penjual kue putu itu baik sekali padanya dan kadang memberinya gratisan. Karena itu, Enbi memilih nama itu.

"Nggak apa-apalah Mbak. Melestarikan makanan tradisional Negara Konoha," kilah Enbi.

"Udah-udah ngapa jadi bahas makanan sih!" protes Kelvin.

"Oh iya, ayo lanjut tadi Kel"

Kelvin meletakan sendok dipiring makananya yang sudsh bersih itu. Lalu mendekat ke arah Enbi dan Nadira yang berada didepannya. "Lo tau! Kata Rafdi, Ikan Hiu sampai ancem mau keluar dari penerbit kita kalau Kue Putu nggak dibalikin."

"Hah serius lo? Kok bisa? Lo apain dia Bi?" cerocos Nadira.

Enbi mengendikan bahu tak tahu. Karena ya dia tidak melakukan apapun selain memohon untuk diberi kesempatan menjadi editor Ikan Hiu dan menurut keinginan Elmo untuk mereview novel Elmo.

●●●

Enbi melangkah malas menuju ruangan Rafdi. Lagi-lagi dia dipanggil. Habis ini, dia harus curhat pada Lilo dan bertanya apa kerja pertama kali memang rasanya semelelahkan ini?

Cklek

"Permisi P-eh Bang."

"Masuk."

Enbi masuk keruangan Rafdi dan melangkah menuju meja kebesaran Rafdi. "Ada apa Bang?"

"Duduk," perintah Rafdi.

Enbi langsung duduk dikursi depan meja Rafdi.

"Lo balik lagi jadi editor Elmo."

"Hah?" ucap Enbi kaget.

"Kenapa? Lo suka kan?" ucap Rafdi sinis.

Sementara Enbi langsung lemss. Padahal baru semalam dia bisa bernapas lega terlepas dari Elmo yang menyuruhnya membaca semua novel Elmo yang ketebalanya seperti kitab suci. Ya kali kalau novelnya itu cuma dua biji ini sudah ada 10 biji. Mana ada beberapa yang diupload di platform aplikasi Rainbowread.

"Apa nggak bisa diganti aja ke Bang Kelvin?" ucap Enbi mencoba membujuk Rafdi.

Kalau itu di masa SMA, Enbi pasti akan senang jika berdekatan dengan Elmo. Namun sekarang sudah berbeda, itu sudah delapan tahun berlalu bahkan Enbi sudah menghapus cinta tak terbalasnya itu.

"Kenapa? Bukanya lo senang jadi editor Elmo yang terkenal itu?"

"Apaan sih Lo Raf? Katanya semalam lo janji mau kasih ke Bang Kelvin?" protes Enbi.

"Jangan panggil gue pake nama doang! Ini dikantor, lo harus panggil gue Bang," perintah Rafdi.

Enbi menghela napas. Wajahnya kini sudah terlihat kesal. Sementara Rafdi hari ini juga kesal dan ingin meledak. Masih dia ingat tadi pagi, Rafdi berdebat dengan Elmo melalui telepon karena Elmo marah dan meminta kembali Enbi. Entah kenapa membuat Rafdi menyimpan kecurigaan pada sikap Elmo. Sampai Rafdi berpikir kalau ada hubungan antara Elmo dan Enbi. Mengingat Enbi pernah bercerita dia teman SMAnya. Rafdi jadi overthinking.

Kalau memang ada hubungan spesial antara Enbi dan Elmo tapi kena Enbi justru kelihatan marah saat Rafdi menjadikan Enbi editor Elmo lagi? Atau jangan-jangan parahnya, Elmo itu mantan Enbi? Namun secepat mungkin Rafdi mengenyahkan pikiran itu.

"Udah, jalanin aja. Itu perintah direktur. Elmo penulis kesayangan perusahaan ini. Kalau dia keluar sumber penghasilan kita menurun," ucap Rafdi.

Enbi semakin melemas. Sepertinya dia harus menerima nasibnya kembali menjadi editor Elmo yang banyak maunya itu.

Yaudahlah daripada gue jadi pengangguran lagi.

"Baik Bang kalau gitu saya permisi dulu," ucap Enbi lalu berdiri kursinya.

"Bi!" panggil Rafdi.

Enbi berbalik menatap Rafdi, "Apa lagi?" tanya Enbi.

"Entar pulang bareng gue lagi."

"Nggak bisa Bang, saya harus ketemu Elmo. Permisi," jawab Enbi lalu berbalik memunggungi Rafdi dan keluar dari ruangan Rafdi.

Sementara Rafdi, lelaki itu terdiam sejenak.

"Harusnya tadi gue kekeh kasih Elmo ke Kelvin aja!" gumamnya.

Seharusnya Kelvin tak begini. Tapi entah kenapa, Enbi seperti magnet yang terus menariknya untuk mendekat gadis itu.

••••

Nextnya =>>> komen, votenya ya kaka

Enbi Solo (21+)Where stories live. Discover now