23.

1.7K 44 2
                                    

Enbi berkacak pinggang. "Lo ngapain sih nyewa kamar ini segala? Buang-buang duit tau nggak!" omelnya.

Jelas Enbi tahu ini kamar yang mahal karena fasilitasnya lebih bagus dari kamarnya yang tadi. Di saat Enbi banting tulang mengumpulkan uang. Rafdi malah seenaknya menghabiskan uang dengan cuma-cuma.

"Emang kenapa sih Bi? Lagian yang bayar kan juga aku," jawab Rafdi lalu menarik lengan Enbi untuk duduk diatas ranjang.

"Ah terserah lo deh! Gue mau balik! Sebel gue sama lo!" ketus Enbi lalu berdiri namun ditarik Rafdi untuk duduk kembali.

"Harusnya aku yang sebel sama kamu loh Bi. Apa-apaan tadi kamu itu pakai digendong Kalvin segala?" keluhnya.

Mendengar nama Kalvin disebut, Enbi jadi teringat mengenai Kalvin bersama Tori dan Ciani. Enbi lalu menatap Rafdi, sepertinya dia juga kepo dengan kisah Inces Ciani itu. Siapa tahu bisa jadi bahan gosip. Semenjak bergaul dengan Nadira, tingkat kegibahan Enbi malah semakin meningkat.

"Raf! Lo jujur sama gue! Lo ada hubungan apa sih sama Ciani?" tanyanya.

Rafdi yang mendengarnya menatap Enbi tak suka karena membawa nama  Ciani. Padahal dia belum menuntaskan perihal Kalvin.

"Pertanyaanku yang tentang Kalvin dijawab dulu! Baru aku jawab tentang Ciani!"

"Lo buta apa gimana sih? Jelas-jelas gue itu lagi lomba sama Kalvin!"

"Emang harus sama Kalvin?"

"Ya ampun Raf gue sama Bang Kalvin itu murni cuma partner lomba! Lo bahkan bisa liat tadi gimana Tori pelukan sama Bang Kalvin!" jelasnya kesal.

Hidup lagi pusing-pusinhnya tapi Rafdi sedang cemburu tak jelas.

Rafdi terdiam mencerna kata-kata Enbi. Memang benar sih, tadi di lapangan lebih heboh saat Tori berpelukan dengan Kalvin.

"Kalvin sama Tori pacaran ya?" tanya Rafdi.

Enbi mengendikkan bahu. "Nggak tahu! Lagian kan lo juga sering ngobrol sama Bang Kalvin kenapa nggak tanya aja sendiri?" jawabnya berharap bisa memancing Rafdi untuk banyak bicara lagi.

Rafdi menghela napasnya lalu menarik kedua bahu Enbi hingga sekarang tubuh Enbi terlentang diatas ranjang.

"Aduh Raf! Lo ngapain sih? Jangan mesum lo ya! Gue enggak mau!" tolak Enbi berusaha mendorong tubuh Rafdi yang kini berada diatasnya. Mirip pasangan yang akan bergoyang diatas ranjang.

"Ciuman doang Bi!" bujuk Rafdi namun Enbi tak percaya.

Cupp

Belum sempat menolak, Bibir Rafdi sudah melumat bibir Enbi. Enbi yang pasif membuat Rafdi mengigit bibirnya. Enbi langsung membuka bibirnya, meskipun awalnya menolak namun sekarang dia malah menikmati. Hawa dingin dan suasana sepi ini begitu menghanyutkan mereka. Memang benar kata orang, jangan berduaan dikamar karena yang ketiga itu setan. Entah setan apa yang merasuki mereka, kini mereka sedang beradu lidah. Ciuman biasa tadi berubah menjadi ciuman penuh nafsu.

Tangan Rafdi sudah bermain didalam kaos Enbi dan menyingkapnya hingga memperlihatkan pembungkus gunung Enbi. Enbi berusaha menolak namun tubuhnya seolah lemas seperti jelly dengan perlakuan Rafdi.

Ctakk

Pengait pembungkus gunung Enbi terlepas. Rafdi yang tak sabaran langsung menyikap keatas pembungkus itu dan langsung meremas gunung Enbi yang tak terlalu besar itu.

"Mmphhh.." desah Enbi.

Ciuman mereka terlepas. Bibir Rafdi turun mencium dagu Enbi lalu beralih ke telinga Enbi dan menjilatnya. Enbi mencoba menahan desahanya, seharusnya dia menolak. Ini bukan hal yang benar namun kenapa otak dan tubuhnya tidak singkron?

Enbi meremas rambut Rafdi ketika lidah lelaki itu bermain dileher dan tulang selangkanya. Sementara satu tangan Rafdi tak berhenti bermain disalah satu gunung Enbi. Enbi mengigit bibirnya mencoba menahan desahannya.

"Desah aja Bi," ucap Rafdi lalu melepas kaos dan pembungkus Enbi. Hingga kini tubuh bagian atas Enbi sudah telanjang.

"Raf in-"

"Ahh," belum sempat melanjutkan ucapanya Enbi tak bisa menahan desahannya saat mulut Rafdi masuk kedalam salah satu pucuk gunungnya. Enbi dibuat merem melek dengan perlakuan Rafdi.

"Mphhh.."

Rafdi menjilat pucuk Enbi hingga membuat gadis itu bergerak gelisah. "Ahh.." desah Enbi.

Bibir Rafdi turun keperut Enbi dan menciumnya. Sampai ke rumah milik Enbi, Rafdi menurunkan celana piama Enbi.

"Jangan Raf!" Enbi mengumpulkan kesadarannya saat tangan Rafdi mencoba menurunkan celananya.

"Ayolah Bi, kamu nggak cinta sama aku Bi?" mohon Rafdi yang sudah tak bisa menahan hasratnya.

Plakk

"Aduhh!!" pekik Rafdi saat Enbi menggeplak kepala Rafdi.

Enbi meraih bantal disampingnya lalu digunakan menutupi tubuh telanjangnya. "Gue bukan anak SMA yang lo kasih cinta terus gue mau dijebol sama lo Raf!" ketusnya.

Sementara wajah Rafdi terlihat miris. Sudah tak bisa menahan hasratnya malah ditolak mentah-mentah oleh Rafdi.

"Kalau gitu main pake yang lain bisa Bi," bujuk Rafdi.

"Nggak! Kalau lo masih maksa mending kita nggak usah kenal lagi!" ancam Enbi.

"Tega lo Bi! Katanya lo sayang sama gue? Masa bantu gue aja nggak mau! Gue ini pacar lo Bi!" ujarnya dengan kesal, nadanyapun mulai meninggi.

Rafdi meremas rambutnya frustasi. Anak dibawahnya sudah ingin sekali dipuaskan. Apalagi melihat bahu mulus milik Enbi. Anaknya semakin tak bisa ditahan. Namun sayangnya, gadis didepannya ini tak mau membantunya sama sekali.

"Terus kenapa kalau gue pacar lo? Atau jangan-jangan lo mau balikan sama gue cuma buat ngelakuin ini?"

"Maksud lo apa ngomong gitu?"

"Udahlah ngaku aja! Dasar brengsek!"

Dugg

Enbi menendang perut Rafdi hingga terjatuh dari ranjang. Dia lalu berdiri mencari bra dan kaosnya.

"Sialan lo Bi!" umpatnya.

Enbi tak peduli, gadis itu sibuk memakai bra dan kaosnya. "Dasar cowok brengsek! Jangan pernah lo deket-deket sama gue lagi!" bentak Enbi lalu berlari keluar dari kamar itu, meninggalkan Rafdi yang menuju ke kamar mandi.

Sementara Enbi, gadis itu tak langsung kembali ke kamarnya. Dia memilih berjalan menuju taman hotel yang rumayan sepi. Dia menangis meratapi nasibnya. Itu pertama kali dalam hidupnya mendapst perlakuan seprti itu. Meskipun awalnya dia menikmati namun Enbi tak ingin lebih sampai melepas miliknya untuk Rafdi yang bukan suaminya.

Lebih kecewanya lagi, Rafdi malah marah ketika Enbi menolaknya. Bahkan lelaki itu mempertanyakan perasaanya hanya karena menolak ajakan Rafdi.

"Dasar cowok sialan!"

Harusnya Enbi tak menerima saja segala perlakuan Rafdi kemarin. Harusnya dia menghindar saja. Karena dari dulu memang ada tembok besar diantara mereka.

"Lo bodoh Bi! Kenapa bisa lo terjerat lagi sama dia?" batinnya.

Meskipun menyukai lelaki itu. Enbi tetap harus sadar. Dia tidak boleh jatub lebih jauh dengan Rafdi. Enbi harus selalu ingat bahwa ada tembok besar diantara mereka. Rafdi terlalu sempurna untuk Enbi. Enbi harus mengakhiri lagi sebelum terlambat. Enbi hanya tidak ingin, terluka untuk sesuatu yang tidak bisa ia gapai.

●●●

Bagus Enbi jangan mau dikibulin Rafdi 😭

Enbi Solo (21+)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora