17.

1.6K 34 1
                                    

"Wow, artis Enbi udah datang," pekik Nadira dan Tori ketika Enbi masuk ke kantornya.

Enbi diam saja sambil menutupi bibirnya. Ia kesal karena lipsticknya jadi hilang karena ciuman Rafdi. Beruntungnya tak ada yang melihat Enbi keluar dari mobil Rafdi tadi. Dia sedikit bernapas lega.

"Mbak, minta lipstick dong," pinta Enbi pada Nadira, karena biasanya Nadira selalu membawa pouch berisi make up.

"Dateng-dateng bukannya ngejelasin hubungan lo sama penulis Ikan Hiu Makan Tomat malah minta lipstick!" cibir Nadira, karena hari ini kantor memang heboh dengan postingan Ikan Hiu semalam. Bahkan teman kerja yang tak akrab dengan Enbipun sekarang ikutan nimbrung.

Sementara itu, Enbi cuek saja dengan gosip yang beredar karena Elmo. Semalam, awalnya dia takut tentang gosip Elmo. Namun ketakutannya luntur dengan ketakutan hubungannya dengan Rafdi.

Nadira berjalan menuju kubikelnya, lalu meraih tasnya dan mengambil pouch berisi make up. "Nih!" Nadira menyodorkan pouch itu pada Enbi.

"Makasih Mbak," Enbi membuka pouch itu lalu mengambil lipstick.

"Jadi lo ada hubungan apa sama Ikan Hiu, Bi?" tanya Tori, teman kantor Enbi yang belum terlalu akrab dengannya.

"Hubungan gue sama Ikan Hiu hanyalah hubungan sebatas manusia dan hewan laut."

Plakk

"Woyy serius Bi jangan ngelawak lo!" tegur Nadira, sudah memasang telinga tajam untuk mendengar malah mendapat jawaban Enbi yang bikin ngakak.

"Mbak belepotan nih lipstickku!" geram Enbi kala Nadira menyenggolnya yang sedang memakai lipstick.

"Nggak apa Bi, tambah cantik kok. mirip badut di rambu-rambu," timpal Tori yang langsung tertawa bersama Nadira.

"Kampret lo Tor!" umpat Enbi lalu mengambil tisu basah milik Nadira dan mengusap lipsticknya. Lalu memakainya dengan cepat sebelum disenggol Nadira lagi.

"Bi, leher lo kenapa? Di cipok Ikan Hiu ya?" cetus Nadira, Enbi langsung terkejut. Padahal tadi pagi dia sudah menutupinya dengan foundation, ya meskipun harganya yang cepek itu.

"Iya, wah lo udah sampe mana sama Ikan Hiu?"

Enbi terkejut reflek menutupi lehernya. Ia jadi gugup saat Tori dan Nadira menatapnya lamat-lamat. "Eh? Ini digigit nyamuk tau! Kos gue nyamuknya banyak banget soalnya! Udah gue pakaein sopel sama obat nyamuk bakar masih ga ilang-ilang. Sebel gue!" bohongnya, sambil berdoa semoga Nadira dan Tori percaya.

"Ah ga percaya gue Bi, udahlah ngaku aja. Lagian udah gede juga," timpal Nadira yang jelas tak percaya. Apalagi,  sebagai istri yang tiap malam bergoyang dia juga tahu ciri-ciri hasil cupangan.

"Wah beruntung banget lo bisa dapetin Ikan Hiu, Bi," timpal Tori.

Enbi memejamkan kedua matanya. Entah kenapa dia jadi kesal dengan Tori yang memancingnya. Padahal Enbi tak terlalu dekat dengan Tori selama ini. Lalu tiba-tiba Tori datang bersama Nadira untuk bertanya gosip postingan itu.

"Ya ampun Tor, dimana beruntungnya dapetin ikan hiu? Di makan nggak bisa, ngeri iya!" jawab Enbi dengan becanda.

Nadira dan Tori langsung mencebikkan bibirnya. "Ye bukan ikan hiu dilaut ogeb maksudnya!" timpal Nadira.

"Lah gimana sih Mbak? Ikan hiu kan hidupnya dilaut!"

"Maksudnya ikan hiu penulis Bi! Bukan ikan hiu yang dilaut!" keluh Tori.

Enbi malah tertawa walau dalam hati ingin lenyap saja di rawa-rawa. Malu sekali ketahuan di lehernya ada hasil ikan cupang dari Rafdi.

●●●

"Eh, lo tau nggak? Enbi si anak baru itu?"

"Kenapa emangnya?"

"Murahan banget tuh anak. Tadi pagi gue nggak sengaja dengar, pas Tori, Enbi sama Nadira ngobrol, si Nadira liat cupangan di leher Enbi!"

"Hah? Serius lo? Padahal kemarin kan dia juga ketauan jalan malam sama Kak Rafdi nggak sih?"

"Iya! Murahan banget tuh anak! Kasian banget Ciani!"

Beraninya ngomong dibelakang gue! Coba aja ngomonh didepan gue! Ya jelas gue nggak berani lawanlah batin Enbi lalu meraup wajahnya dengan kedua tangannya.

Gadis itu sedang duduk di closet kamar mandi. Setelah melakukan ritual buang hajat. Enbi memilih duduk sebentar namun ternyata dia malah mendengar nyinyiran dari teman sekantornya. Enbi tahu siapa yang membicarakannya, Rania dan Elsa. Enbi memang tak terlalu akrab dengan kedua gadis itu, Enbi hanya tahu namanya.

Rafdi kampret. umpatnya dalam hati.

Elmo kampret.

Enbi tak henti mengumpati kedua laki-laki yang sudah membuat hidupnya tak tenang itu. Belum genap sebulan bekerja disini namun Enbi sudah mendapat kejutan. Ya kali kalau kejutannya dapat uang triliun. Nah ini, kejutannya malah membuat Enbi dalam masalah.

"Gatel juga tuh anak. Muka juga pas-pasan. Bisa gaet Ikan Hiu sama Rafdi," ucap Elsa.

Rania yang sedang melakukan touch up wajahnya itu tak henti menanggapi ucapan Elsa. "Iya bener, gue jadi penasaran. Apa tuh anak udah angetin ranjang Rafdi sama Ikan Hiu ya?"

Wah bangsat nih orang. Mulutnya Ya ampun!

Tahan Bi. Tahan Bi. Cari kerja susah. Enbi berusaha menahan emosinya agar tak meledak. Meskipun hatinya sakit sekali saat ia mendengar hujatan itu dengan kedua telinganya sendiri. Apalagi hujatan yang dilontarkan Rania dan Elsa itu tak benar sama sekali.

"Iya kali, pasti semalam habis dari Kafe langsung diajak check in ke hotel," timpal Elsa.

Tess

Jangan nangis! Lemah banget lo Bi. batinnya saat air matanya menetes meneganai pipinya.

Enbi menyeka air matanya. Mencoba meyakinkan dirina baik-baik saja. Meskipun Enbi tak bisa bohon, kalau dia sakit hati dengan hujatan yang tak benar itu. Enbi ingin melawan, ingin membalas, namun Enbi sadar posisinya. Dia butuh uang untuk bertahan hidup, biarlah dia bertahan untuk sementara sampai nanti dia bisa mendapatkan kerja.

Beginilah hidup orang miskin dan hidup seorang junior di tempat kerja. Tidak punya kekuatan untuk melawan yang diatas. Hanya diam saja ketika di injak-injak. Enbi hanya bisa berdoa, semoga dia bisa bertahan bekerja disini sampai dia menemukan pekerjaan baru.

Cklek

Enbi membuka pintu toilet saat tidak mendengar suara Elsa dan Rania lagi. Gadis itu berjalan menuju wastafel dan menatap wajahnya. Maskara murahnya itu luntur dan memperlihatkan wajah Enbi yang mirip hantu di film horor.

Karena suasana hatinya buruk. Enbi memutuskan untuk membasuh saja wajahnya. Tak peduli wajahnya jadi pucat atau jelek. Setelah membasuh wajahnya, gadis itu menarik tisu dan mengelap sisa maskaranya yang luntur. Lalu mengusap lipstick di bibirnya. Namun sayang lipstick itu sulit dihapus dengan tisu saja karena Enbi tahu, lipstick Nadira harganya mahal. Jadi tak heran kalau sulit dihapus.

Setelah selesai, Enbi keluar dari toilet dan berjalan menuju kubikelnya. "Bi, yuk Kantin!" ajak Nadira dengan senyum lebarnya, Enbi membalas senyuman Nadira. Setidaknya, dia harus menutupi kesedihannya di depan teman-temannya. Enbi tidak mau terlihat lemah.

Enbi Solo (21+)Where stories live. Discover now