5

664 22 0
                                    

Ayana meraba ke segala arah, mencari di mana ponselnya berada. Dia berusaha menggapai tapi hanya ada seonggok tubuh di depannya. Dia ingat meletakkan ponselnya di nakas tadi malam.

"Ponselmu?" tanya sebuah suara yang begitu dalam.

Ayana mengangguk. Entah pria itu melihatnya atau tidak. Dia hanya tidak bisa membuka matanya, malam tadi dia tidur sangat larut. Dia juga kelelahan, jadi sekarang sangat sulit baginya membuka mata.

Ponsel tiba-tiba sudah ada di tangannya, Ayana mengintip dan menggser layar hijaunya saat menemukan nama sahabatnya di sana.

Dia berbalik dan mengeratkan selimutnya.

"Layla, kau menghubungi terlalu pagi. Bisakah kita bicara nanti?"

"Serius kau mengatakan pagi? Ini hampir jam dua belas. Bangun sekarang dan kau harus datang ke tempatku."

Dengan tidak rela Ayana membuka mata, melihat layar ponselnya dan menemukan sudah pukul sebelah lewat lima puluh menit. Ah, dia tidur seperti sapi ternyata.

Pelukan di belakangnya membuat Ayana menatap ke sana. Dia menemukan Kevin memeluknya dengan erat. Ayana memutar sedikit kepalanya dan mencium Kevin dengan lembut.

"Apa kau mendengarku? Bukankah kita berjanji akan merayakan ulang tahunmu siang ini. Ke mana kau sebenarnya?"

"Bersama Kevin."

"Tunggu, semalaman kau bersamanya?"

Ayana mengangguk, tapi sadar Layla tidak bisa melihatnya, akhirnya dia bicara, "Iya, bukankah aku sudah mengirim pesan padamu untuk bilang pada ibuku kalau aku bersamamu."

"Aku bahkan belum mengecek pesanku. Tapi ibumu tidak menghubungiku. Dia tidak mengingat ulang tahunmu?"

"Hmm, seperti biasa."

"Kau bersama Kevin sekarang, jadi tidak apa-apa."

"Karena kau tahu aku bersamanya, bisakah kita menunda rencana. Aku akan ke sana sore nanti. Aku kelelahan, jadi atur ulang."

"Kau kelelahan? Apa kau—"

Aku mematikan sambungan. Membekap mulutku dengan kedua tangan.

"Ada apa?" Kevin menjenguk wajahku.

"Aku hampir mengatakan padanya apa yang sudah kita lakukan. Aku hampir keceplosan."

Kevin meraih tubuhku dan dengan satu gerakan dia membawa aku ke atasnya. "Dia bisa tahu semuanya, tidak masalah."

Ayana memukul dada Kevin. "Itu memalukan."

"Temanmu belum—"

"Dia sudah melakukannya dengan kekasihnya. Hanya aku yang masih perawan di usia tujuh belas tahun. Untungnya sekarang sudah tidak lagi. Kau sudah memberikan semuanya." Ayana menjatuhkan kepalanya ke dada pria itu, mendengar suara napas Kevin yang naik turun dengan lembut.

"Kau yang sudah memberikan segalanya. Aku akan bertanggung jawab atasmu mulai sekarang. Kau milikku, Ayana dan aku sangat posesif dengan milikku. Jadi, jangan berbuat hal yang tidak akan membuat aku senang."

"Bagaimana kalau aku melakukannya?"

"Aku akan mengikatmu di kamar, menelanjangimu dan menontonmu sampai kau mendesah menginginkan aku."

Ayana merinding sendiri membayangkannya. "Entah kenapa aku malah menantikannya."

Kevin mencium kepala gadis itu. "Kuharap tidak pernah ada masalah seperti itu. Aku tidak mau menyakitimu."

***

READY PDF
HARGA 30.000

TAMAT JUGA DI KARYAKARSA
TUNGGUIN EBOOKNYA

Selingkuhan Suami Orang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang