Bab 1

245 15 0
                                    

"Kamu bagaikan pelangi, yang selalu mewarnai hari hari ku".  Ujar Natan yang tengah duduk berdua bersama Dara sang kekasih, menikmati indahnya pelangi yang melengkung menghiasi langit biru sehabis hujan. 

" Ih Natan sok gombal" Ledek Dara memukul pelan lengan Natan sembari tertawa kecil. 

"Gapapa Natan suka gombalin Dara" Sahut Natan tersenyum.

"Dara, makasih ya dara selalu ada buat Natan, Natan minta maaf kalau semisal Natan ga bisa nemenin Dara lama lama"
Ujar Natan, membuat senyuman Dara seketika menghilang.

"Ih kok ngomong gitu, Natan mau kemana? "
Tanya Dara kesal tak mau di tinggal oleh kekasih tercinta nya.

"Ga kemana kok, Natan akan selamanya sama Dara"
Balas Natan mengusap pelan pipi Dara yang sedikit kesal atas ucapannya.

Dara pun menyandarkan kepala nya ke bahu Natan. "Jangan pernah Natan ngomong seperti itu lagi, Dara gak suka".

"Iya, maafin Natan yah.. "
.
.
.
.
.
°°°°

-kepergian mu-


Sinar mentari menembus kelopak mata Dara yang sedang tertidur lelap. Dering ponsel tak henti henti berbunyi, membuat gadis berambut hitam itu terbangun dari tidur nya.

"Halo"
Dengan suara yang masih serak, ia menjawab panggilan telpon yang entah berapa kali berdering.

"Dara, Natan sudah tidak ada".

Terkejut, itu yang dirasakan dara sekarang. Baru saja ia terbangun dan langsung menerima kabar seperti itu.

" T-tante? Bercanda kan? Surprise ya ini?"

"Nak.. Tolong kamu nanti datang, antarkan Natan ke peristirahatan terakhirnya".

Tak bisa menahan air matanya, dara menangis sejadi jadinya. Tak percaya kepergian kekasihnya yang semalam ia ajak berkencan menikmati pelangi kini telah tidak ada lagi disisinya untuk selamanya.

"Ibuu!! natan bu!! Natan udah ga ada bu"
Dara memeluk ibu yang berusaha menenangkan dirinya.

"Nak... Kamu harus iklash, sekarang temui dia, antarkan dia ke peristirahatan terakhirnya"
Ujar ibu yang turut menangis melihat kondisi Dara yang tak karuan.

.
.
.
.

Dengan menggandeng erat tangan ibu nya, Dara melangkah perlahan melewati banyak batu nisan, dan menuju kepada kerumunan orang berbaju putih yang berada di depan matanya.

"Dara... "
Terdengar suara seorang perempuan memanggil namanya, ia menoleh ke arah suara itu, dan berlari menghampiri perempuan yang sedang menangis di pelukan suaminya.

"Tantee"
Dara memeluk Mira, ibu nya Natan. Air mata tak kuasa di tahan oleh Dara, di pemakaman itu dia menangis dengan kencang nya di pelukan ibu kekasihnya.

"Dara, hampiri natan nak. Sebelum ia di timbun dengan tanah"
Ucap Andra, ayah Natan.

Dara menuruti perkataan andra, ia menerobos kerumunan yang turut menyaksikan upacara pemakaman kekasihnya.
Dara memeluk peti yang terdapat Natan sedang tertidur disana.

"Natan bohong, katanya natan ga akan ninggalin dara"
Ujar Dara dengan air mata.

"Dara, sudah sayang.. Kita sama sama doakan Natan agar dia bahagia disana nak". Ibu menuntun Dara mengajak nya keluar dari kerumunan itu, agar Natan bisa segera di kebumikan.

****


SAYS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang