bab 11

69 10 0
                                    

Halooo saya kembali membawa lanjutan cerita yang kalian nanti nantikan. Mohon maaf membuat kalian menunggu. Selamat membaca🤍🤍
.
.
.
.
.

°°°

"Natan, gimana kabar nya? Dara belum bisa nemuin pengganti kamu, maaf ya."

Dara duduk di sebelah makam Natan, menatap langit senja dengan mata yang berkaca kaca menahan air mata.

Dan saat itu, ada cahaya terang yang tiba tiba muncul di hadapan Dara. Membuat gadis itu memicingkan mata nya.

"Hai"
Suara Natan terdengar jelas dari Cahaya itu.

Dara pun membuka matanya lebar lebar, melihat laki laki yang dicintainya berjongkok di depan nya.

"Na.. Natan??"
Dengan suara yang gemetar, Dara memanggil nama nya.

"Jangan nangis, Natan disini sekarang"
Natan pun memeluk Dara dengan erat.

"Tolong, jangan lepasin pelukan ini ya"
Ucap Dara membalas pelukan itu

"Iya, ga akan natan lepas"

"Dara kangen..."

"Natan pun sama, kangen banget sama Dara, tapi apa daya ini sudah takdir"

"Natan, apa kita ga bisa bersama lagi?"

"Bisa, tapi tidak di kehidupan ini"

Dara melepas pelukan natan, kemudian ia menggenggam tangan laki laki itu.

"Dara, biarin Natan pergi ya.. Natan sudah bahagia disana. Jangan nangisin Natan terus"

"Maafin Dara.. "

"Iya, Natan selalu maafin Dara. Dara boleh rindu Natan, tapi jangan sampai menangis. Natan tidak suka"

"Sebentar lagi, Dara akan menemukan siapa yang bisa menggantikan Natan. Percaya sama Natan, dia baik sama seperti Natan"

"Natan pamit ya, jangan nangis lagi"
.
.
.
.
.
.

-sakit-


"Dara!"
Suara laki laki mengejutkan Dara yang sedang melamun di ruangan nya.

"Lo nangis dar? Mata lo sembab tuh"

"Ha? Apaansi lo, mana ada gue nangis"

"Alah bohong banget bocah, pasti mikirin Natan ya?"
"Ikhlasin Dar, udah tenang dia disana"

"Iya Dit, gue dah iklash cuman kangen aja"

"Yaudah, lu ga balik? Udah larut nih"

"Iya ini gue mau balik, beresin barang dulu"

"Sini gue bantu biar cepet"

"Makasih"

Aditya membantu Dara mengemasi barang milik nya, tak sengaja tangan Aditya dan Dara bersentuhan hingga laki laki itu merasakan rasa hangat pada tangan Dara.

"Wait"
Aditya menggenggam tangan Dara, sehingga gadis itu tiba tiba terdiam kebingungan.

"Kenapa?"

Aditya menempelkan telapak tangan nya ke dahi Dara.

"Lo sakit ya? Badan lo panas banget"

"Apa sih, gausah pegang pegang"
Dara menepis tangan Adit.

"Gak dar, lo sakit. Ayo ke dokter"

"Ngga usah, istirahat aja udah cukup buat gue"

"Ya itu buat lo, buat gue ga"

Dara terdiam, kata kata manis yang di ucapkan Aditya pada nya, membuat hati gadis itu tersentuh.

Melihat Dara yang terdiam, Adit pun menggendong Dara.
Tentu saja hal itu membuat Dara terkejut.

"Eh? Dit apa apaan lo, turunin gue"

"Ssssttt diem aja lo"

.
.
.
.

"Gimana dok temen saya?"

"Demam nya cukup tinggi 38°, kalau dalam 3 hari demam nya masih belum turun, kita cek lab ya."

"Iya dok"

"Untuk saat ini, Dara istirahat yang banyak, jaga pola makan dan jangan sampai stress."

"Baik dok, terimakasih"

Dara dan Adit keluar dari ruangan dokter.

"Besok lo ga usah kerja dulu"

"Iya"

"Dara!! Kamu ga apa apa?"
Gibran tiba tiba datang menghampiri Dara dan Natan yang sedang beridiri di depan ruangan dokter.

"Pak Gibran? Anda kenapa bisa disini? "
Tanya Dara

"Gue yang nelpon dia tadi"
Sahut Adit.

"Dara, kenapa kamu paksa bekerja jika tidak enak badan?  Harusnya kamu bilang sama saya"

"Iya pak, maaf"

"Besok kamu tidak boleh bekerja, sampai kamu benar benar sembuh. Paham?"

"Denger tu Dar"

Kedua lelaki yang ada dihadapan Dara kini sama sama sedang mengomeli nya, telinga Dara sedikit panas mendengar ocehan kedua lelaki itu.

"Iya iya, besok saya tidak akan bekerja, saya akan istirahat. Sekarang boleh kah saya pulang? "
Tanya Dara menghentikan ocehan Gibran dan Adit.

"Yaudah gue anter"
Sahut Adit.

"Eh eh apa apaan, Dara kamu sama saya aja"

"Ga bisa gitu dong Gib, gue yang nganter dia kesini, gue juga bakal nganter dia pulang"

"Ya karna lo udah nganter dia kesini, biar gue aja yang nganter Dara pulang. Lo istirahat aja sana"

"Ga mau ya, enak aja. Pokoknya gue yang nganter Dara. Yuk Dar pulang"

".... "

Kedua laki laki itu terkejut Dara sudah tidak ada di dekat mereka, rupanya gadis itu sudah lebih dulu meninggalkan mereka tanpa berpamitan sama sekali.

"Kan, kabur dah tu si Dara"
Ucap Gibran.


*****







SAYS Where stories live. Discover now