bab 5

96 9 2
                                    

Dara terbangun dari tidur nya dengan air mata yang berlinang membasahi pipi.
"Natan"
Gumam gadis itu menangis menyebut nama Natan.

Cukup lama dara termenung, mengingat bagaimana mimpi nya semalam mengenai kekasihnya yang telah pergi. Dara senang telah memimpikan Natan, namun di sisi lain dia juga merasa bingung mengenai perkataan natan di mimpi nya.

"Harus mencari orang yang bisa menemani hidup ku"
Ujar dara pada diri nya sendiri.

Drrrttt handphone dara bergetar. Membuat gadis itu tersadar dari lamunan nya.

"Pak gibran?"
Gumam dara melihat nama kontak yang sedang menghubungi dirinya.

"Halo pak gibran, ada yang bisa saya bantu?"
Ujar dara.

"Dara, kamu terlambat tiga puluh menit, apa kah kamu baik baik saja?"

Gadis itu dengan sigap langsung menoleh ke arah jam yang terpajang di dinding kamar nya. Panik, itu sedang di rasakan dara sekarang.

"Astaga! Mohon maaf bapak, saya kesiangan saya akan bergegas sekarang"
Ucap Dara dengan kejujuran nya.

"Oh iya tidak apa, hati hati saat di jal-"

Belum selesai Gibran berbicara, Dara sudah mematikan telfon nya. Gadis itu panik bukan kepalang.

.
.
.
.
.

"Syukur deh, si Dara ga kenapa napa"

Ujar gibran yang sedang duduk diruangan nya.

Gibran adalah seorang direktur utama dari perusahaan Starvic Company. Ia mengemban jabatan itu semenjak ia berusia dua puluh tiga tahun, tepat setelah ibunda nya meninggal dunia akibat serangan jantung.

Menjadi seorang direktur di usia yang terbilang muda memanglah suatu hal yang begitu berat bagi Gibran, tapi laki laki yang sekarang sudah berusia 29 Tahun itu telah berhasil memimpin perusahaan dengan sangat baik, hingga Starvic Company menjadi salah satu perusahaan terpandang.

.
.
.
.

Suara ketukan pintu terdengar dari luar ruangan.

"Masuk"
Ucap Gibran yang sedang sibuk dengan berkas berkas yang ada di meja nya.

"Maaf pak, saya terlambat"

Gibran yang sangat mengenal suara lembut itu langsung menoleh ke arahnya. Ya, itu adalah Dara sekretaris hebat di perusahaan Starvic Company.

"Eh, iya Dara tidak apa apa. Lain kali jangan di ulangi lagi, jika memang ada sesuatu yang mengharuskan kamu terlambat atau pun tidak bisa hadir jangan sungkan untuk memberi tahukan kepada saya"
Ujar gibran

"Iya pak, sekali lagi saya mohon maaf"

"Baik, kembali lah bekerja"

Dara pun keluar dari ruangan gibran menuju meja kerja nya.

"Kenapa aku ga bisa marah kepada gadis itu"
Gumam Gibran heran dengan dirinya sendiri.

.
.
.
.

Waktu terasa berjalan begitu cepat, malam telah tiba. Waktu dimana para karyawan untuk kembali kerumah mereka masing masing. Begitu juga dengan Gibran dan Dara.

Gibran baru keluar dari ruangan nya, ia melihat Dara sendirian tengah merapikan barang barang nya.

"Dara, kamu pulang sendiri? Atau bawa mobil?"
Gibran bertanya kepada dara.

"Saya pulang sendiri pak"
Jawab Dara.

"Gimana kalau pulang bareng saya aja?"
Ucap Gibran

"Tidak perlu pak, saya bisa pesan taksi online"
Sahut dara menolak tawaran Gibran.

"Ini sudah malam, di luar juga sedang hujan. Pulang dengan saya saja, itu juga bisa menghemat pengeluaran kamu"
Ucap Gibran yang pada akhirnya tidak bisa di tolak oleh Dara.

"Baik pak, jika bapak memaksa. Terimakasih sebelumnya"
Jawab dara sambil membungkuk kan badannya tanda mengucapkan terima kasih kepada Gibran.

****

Terimakasih untuk teman teman yang sudah memberi dukungan kepada cerita ini. Mohon maaf bila mana banyak kekurangan nya. Saya sendiri masih belajar untuk membuat sebuah cerita. Terimakasih sekali lagi 🤍🤍🤍











SAYS Where stories live. Discover now