bab 3

100 8 0
                                    

"Dara, kamu pulang sendiri? Atau kamu bawa mobil? "
Tanya gibran yang melihat dara telah bersiap untuk pulang.

"Saya pulang sendiri pak, saya juga sudah memesan taksi online"
Sahut dara menjawab pertanyaan gibran.

"Baiklah, hati hati dijalan pulang nanti. Besok kamu harus menjalankan harimu dengan bahagia"
Ujar gibran yang dibalas dengan senyuman kecil oleh Dara.

"Entah kenapa, aku sangat suka melihat senyuman gadis itu"
Batin gibran memperhatikan Dara yang berjalan keluar dari restoran.

--
(Tidak ada yang perlu di rayakan)

"Selamat ulang tahun putri ku sayang"
Ucapan yang di dengar langsung oleh dara, ia di beri kejutan oleh kedua orang tuanya yang sudah mempersiapkan pesta kecil di apartemen nya.

"Terimakasih ayah, ibu. Sebenarnya pesta ini tidak perlu, ini adalah hari dimana natan meninggalkan ku untuk selamanya, tidak ada yang bisa dirayakan"
Ucap dara.

"Nak, kamu harus bisa mengiklashkan natan"
Kata ayah.

"Aku sudah iklash ayah, aku hanya ingin menghormati hari kematian nya"
Jawab dara

"Baiklah, kau pasti lelah kan nak, istirahat lah. Kami akan pulang kerumah"
Sahut ibu

"Ini sudah larut, kalian menginap saja, besok pagi kalian bisa pulang"
Ujar dara.

.
.
.
.

Pagi hari ini disambut dengan rintik hujan, dara mengucapkan selamat tinggal kepada orang tua nya yang akan kembali pulang kerumah setelah mereka menginap semalaman.

"Berhati hati lah saat berkendara ayah, sampai lah dirumah dengan selamat. Hubungi aku bila kalian sudah sampai"
Ujar dara

"Tentu nak, kami pamit dulu, jaga dirimu baik baik"
Sahut ibu memeluk putrinya.

"Kami pamit ya nak"
Ucap ayah, mencium kening putrinya.

Dara memperhatikan mobil yang di kendarai kedua orang tua nya, perlahan mulai menjauh dan sudah tak dapat lagi di pandang oleh nya.

Kini, dara akan bersiap siap untuk pergi ke makam natan. Hal ini sudah dilakukan nya selama 2 tahun terakhir.

Dengan berbekal payung hitam yang melindunginya dari rintik hujan, perlahan ia menyusuri banyak batu nisan, hingga akhirnya tiba lah ia di tempat sang kekasih beristirahat.

"Natan, aku datang"
Ucapan pertama yang keluar dari mulut dara.

"Dara kangen sama natan, kemarin dara sudah memulai hidup dara yang ke 23 tahun. Natan bagaimana? Apakah natan bahagia disana? Setelah ini, dara akan mengunjungi tante mira dan om andra. "
Percakapan dara dengan gundukan tanah berisikan baru nisan Natan. Dara sudah tau, natan tidak akan menjawab semua ceritanya.

"Maafin dara ya natan, dara belum bisa mengiklashkan natan, dara sayang natan. Dara akan selalu sayang sama natan, lihat dara dari sana ya natan."
Tetesan air mata membasahi pipi dara, tepat disaat dara menangis, hujan telah reda, cahaya matahari kini menyinari langit yang semula nya gelap.

"Dara? Itu kamu? "

Suara yang tak asing di dengar oleh dara.
Gadis itu mengusap air mata nya, menoleh kebelakang.

"Pak gibran? Apa yang anda lakukan disini? "
Tanya dara yang sedikit terkejut melihat atasan nya berada di makam seperti ini.

"Saya sehabis nyekar dari makam bunda saya, bagaimana dengan kamu dara?"
Sahut gibran

"Saya pun sama pak"
Ucap dara

"Maaf jika saya lancang, beliau siapa mu?"
Gibran bertanya

"Dia? Dia adalah orang spesial yang pernah mewarnai hidup saya"
Jawab dara mengelus batu nisan natan

"Iya, saya mengerti maksud mu. Saya turut berduka"
Ujar gibran

"Terimakasih pak, saya pun turut berduka kepada bapak"
Ujar dara

Gibran menatap langit biru selepas hujan, ia melihat terdapat pelangi indah menghiasi langit hari ini.

"Indah sekali"
Guman gibran

Dara pun turut menoleh ke langit, ia juga melihat pelangi itu. Namun reaksi nya berbeda dengan gibran.

"Maaf pak, saya izin pamit lebih dulu, ada yang harus saya temui"
Dara pergi sebelum gibran menjawab ucapan nya.

"Ada apa dengan nya? "
Gumam gibran melihat dara yang tergesa gesa.

.
.
.
.
.

Andra Dinata Sanjaya (ayah Natan)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Andra Dinata Sanjaya (ayah Natan)

Andra Dinata Sanjaya (ayah Natan)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mira Cahya Suyasta ( ibu Natan)

***











SAYS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang