Chapter 2: "Bertemu kembali"

185 10 2
                                    

Hujan kembali turun
Itu tak sederas sebelumnya tetapi cukup untuk membuat kami basah.
Tetapi kami tidak menggubrisnya dan tetap berlarian di tengah hujan.

Itu begitu mengasikkan, layaknya kembali ke masa dimana diriku menjadi seorang anak kecil
Aku tau ini tak sesuai dengan umur kami tetapi aku tidak ingin berhenti.

"Apa anda menyukainya, Nona Larie??" Tanya Nicholas

Suaranya teredam oleh suara hujan tetapi aku masih bisa mendengar suara berat dan tenang itu.

Aku tersenyum

"Saya menikmatinya" jawabku dan kami pun terkekeh.

Jarak kami begitu dekat dibawah mantel coklatnya itu agar tidak kehujanan.
Aku bisa mencium wangi dirinya

Itu begitu lembut, dan memiliki wangi seperti musim gugur.
Aku bisa mendengar suara detak jantungnya dengan jelas

"Ah, rumah saya disana" ucapku menunjuk sebuah bangunan

Itu tak begitu besar tapi tak juga kecil, cukup untuk menampung sebuah jiwa yang kesepian.

Nicholas mengangguk dan membawa kami ke bangunan itu
Setelah kami berteduh, dia segera menurunkan mantelnya dari atas kami berdua

"Terimakasih telah mengantarku" ucapku tersenyum

"Tak apa....saya minta maaf karena membuat anda kehujanan"  ucapnya tak enak.

Karena hujan yang tiba tiba bertambah deras, kami menjadi sedikit kehujanan dan membuat kami basah.

"Saya tak apa, sungguh" aku benar benar bersungguh sungguh
Itu bukanlah kesalahannya

"Lagipula buku saya tidak basah....jadi saya tak masalah" ucapku membuat kami terkekeh bersama

Dia menatapku sejenak dan itu membuatku cukup bingung

"Apa ada yang ingin anda katakan??" Tanyaku sopan

Dia tersenyum dan melepas mantelnya yang sudah dia pakai kembali tadi.

Aku bisa merasakan mantel besar dan basah itu menutup tubuhku yang kecil hingga aku sedikit tenggelam di dalamnya.

Dia tersenyum sambil memperbaiki mantel itu agar lebih menutup diriku

"Baju anda transparan.....tidak baik jika ada pria yang melihatnya" ucap Nicholas lembut takut membuatku tak nyaman

Aku berani bersumpah bahwa wajahku sekarang sudah sepeuhnya memerah

'Ini memalukan!' Batinku malu

"Ah, terimakasih...." ucapku malu
"Kalau begitu, saya akan pergi sekarang" ucapnya 

"Tungggu...bagimana mantelnya??" Ucapku dengan mantel miliknya yang masih membungkusku

Dia terkekeh

"Simpanlah......anda bisa mengembalikannya saat kita bertemu kembali" ucapnya.

"Dan bagaimana jika kita tidak bertemu lagi??" Tanyaku

"Kita akan bertemu" ucapnya "saya janji" katanya lagi dengan nada yang pasti

Aku hanya terdiam menatapnya yang tersenyum padaku

"kalau begitu mari bertemu lagi nanti" ucapnya

Dia meraih pergelangan tangan kananku dan kemudian membungkuk sedikit.

Aku bisa merasakan bibirnya yang lembut dan lembab itu, menyentuh punggung tanganku dengan pelan.

Nafasnya yang hangat terasa begitu jelas di atas punggung tanganku

"sampai jumpa lagi, Nona Larie" ucapnya setelah mencium punggung tanganku.

Dia melepas tanganku kemudian berlari ke jalanan, dan menerobos hujan masih deras.

'Aku tidak akan mencuci tanganku lagi' batinku saat dia sudah menjauh.

Aku masuk ke rumahku dan duduk di sebuah kursi dekat jendela.
Aku melepas mantel miliknya dan menatap mantel ditanganku itu.

"Ini mantel yang indah..." ucapku sambil mengelus mantel itu.

Wajahku merona dan rasanya jantungku berdebar lebih kencang

"Pria yang menarik......aku harap aku bisa menemuinya lagi" ucapku pada diriku sendiri 
sambil melihat keluar jendela, dimana hujan masih turun.

Tanganku menggenggam mantel miliknya erat

Aku menantikan pertemuan kami selanjutnya.
.
.
.
.
.
.
.
.
   Seminggu berlalu sejak hari itu.
Aku mulai sedikit menyerah bahwa mungkin aku bertemu lagi dengan Nicholas.

Aku menjalankan aktivitasku seperti biasa, menghabiskan waktu di galeriku tanpa berbuat apapun.
Aku tak memiliki ide apapun untuk di lukis.

Sungguh, ini adalah pertama kalinya aku kehilangan ide sebagai seorang seniman.

Hari ini, aku memilih untuk berjalan jalan ke luar.'Mungkin aku akan menemukan ide' pikirku

Cuaca begitu cerah dibanding minggu lalu.
Aku tak ada arah, aku hanya mengikuti kemana kakiku melangkah

Tak lama, aku sampai ke suatu tempat
Itu adalah toko buku di mana aku bertemu dengan Nicholas.

"Mengapa aku kesini?" Ucapku gusar sambil menatap toko itu.

Aku menghela nafas dan berjalan lagi, menjauh dari toko buku itu.

Tak lama, aku melihat sebuah restoran
Hari memang sudah siang dan aku cukup lapar sehingga tanpa mengulur waktu aku masuk ke dalam restoran itu

Aku mengambil sebuah meja di lantai 2 restoran itu dan memesan steak beserta dessert.
Kota paris nampak begitu jelas dari tempat dudukku yang kebetulan dekat dengan balkon.

Anak anak yang bermain, para pekerja serta mobil tentara jerman yang berlalu lalang, serta tentara mereka yang bisa kulihat dimanapun, sejauh mata memandang.

'Kapan perang ini akan berakhir?' Batinku gusar

Saat aku melamun,  merasakan kehadiran seseorang di dekatku
Aku berpikir bahwa itu mungkin hanya pelayan yang mengantar makananku.

Tetapi, ku mendengar suara kursi yang ditarik dan saat aku melihat ke depanku, seseorang telah duduk disana.

Pria dengan badan besar, rambut coklat tua, mata berwarna biru serta bibir yang menyentuh punggung tanganku minggu lalu.

Dia mengenakan kemeja berwarna putih gading dengan sebuah jas berwarna hitam
Dia tersenyum lembut

"Senang bertemu lagi dengan anda, Nona Larie" suara berat dan lembut miliknya serta wangi musim gugur itu, aku mengingatnya dengan jelas.

Pria itu tersenyum
Itu dia….senyuman yang ingin ku lihat lagi.

itu adalah Nicholas, pria yang berada di depanku ini, pria yang selalu ku tunggu kehadirannya.

A CANVASWhere stories live. Discover now