chapter 14: "ketakutan"

41 3 6
                                    


  Tak lama, Nicholas mulai kembali ke kamar tadi dengan pakaian biasa.

Itu adalah kemeja biasa dan juga celana berwarna hitam. Tidak ada yang spesial selain fakta bahwa itu adalah milik kakakku yang telah meninggal.

"Bagaimana penampilanku?" Tanya dirinya. "Sempurna" ucapku sambil tersenyum.

"Kalau begitu, bagaimana jika kita pergi sekarang?" Tanyanya sambil mengulurkan tangannya didepanku.

Aku terkekeh kecil dan menerima uluran tangannya. "Tentu saja" ucapku dan kami pun mulai berjalan, menuruni satu persatu anak tangga dan akhirnya keluar dari rumahku.

Kamipergi ke sebuah restoran yang pernah kami kunjungi di pusat kota.

"Ah, restoran ini...." ucapku. "Kau mengatakan bahwa masakan di sini enak" jawabnya lembut yang hanya dibalas senyuman olehku.

Kami mulai masuk ke dalam restoran dan duduk di sebuah meja di sudut ruangan.

Seperti biasa Nicholas memesan hati angsa kesukaannya sedangkan aku memilih memakan steak.

Restoran ini penuh oleh saudagar kaya, pejabat Prancis maupun masyarakat kelas menengah hingga atas.

"Hmm....Nicholas" panggilku. "Yes, My Chèrie?" Jawabnya yang berhasil membuatku sedikit merona karena panggilan itu.

"Aku sedikit penasaran" ucapku. "Apa itu?" Tanyanya. "Kau mengatakan bahwa kau sudah menyukaiku sejak pertama kali melihatku" Nicholas menyimak dengan baik. "Apakah.....kita sempat bertemu dulu?" Tanyaku. 

Nicholas tersenyum lembut. "Ya, kita pernah bertemu sekali" ucapnya. "Tapi kau sama sekali tidak mengenaliku" ujarnya

Aku sedikit tertegun. "Benarkah?" Tanyaku diangguki Nicholas.

'Sebenarnya dimana aku menemuinya....?'batinku berpikir keras.

Disaat alu sedang berpikir, makanan kami telah datang. "Larie, lupaknah hal itu....ayo kita makan" uvap Nicholas lembut.

Aku menghela nafas. "Baiklah" ucapku dan mulai menyantap makananku.

Suasana kami cukup hening sehingga kami bisa mendengar pembicaraan para pelanggan lain.

"Hei, apa kau sudah mendengar berita itu?" Ucap salah seorang pelanggan yang duduk di dekat kami.

"Hal apa yang kau maksud?" Tanya temannya. "Vallois Wyatt dikabarkan telah dibebaskan dari penjara" ucap salah satu pengunjung

'Deg!' 

"Ah, maksudmu pelaku kejahatan seksual itu? Dia sudah dikeluarkan?" Ucap temannya.

'Deg!' 

"Ya, kau betul. Kira kira bagaimana korbannya yang berhasil membuat dirinya masuk penjara itu ya?" 

'DEG!' 

"Entahlah tapi yang pasti pria bajingan itu akan mengincar gadis itu lagi" 

'Tidak....tidak, tidak, TIDAK, TIDAK!' batinku. Nafasku terasa tercekat dan jantungku terasa akan berhenti.

"Larie?" Panggil Nicholas. 'Tidak....kumohon....kenapa dia sudah keluar?!' Batinku.

"Larie kau tak apa?" Tanya Nicholas masih khawatir. 'Bagaimana jika dia mencariku?!' Batinku.

Seketika, bayangan masa lalu yang hampir kulupakan itu mulai naik kembali ke permukaan.

"Larie!" Panggil Nicholas yang sudah berada di sampingku dan menggenggam erat tanganku. "Kau tak apa?" Tanyanya khawatir.

'Ah, aku takut......aku takut jika pria ini mengetahuinya....'batinku. Nicholas mulai menyeka keningku yang penuh keringat dingin.

"Ada apa?" Tanyanya pelan. "Pulang..." ucapku kesusahan. Nafasku tercekat, sehingga sulit mengeluarkan kata lain.

Nicholas segera mengangguk. Dia membayar makanan kami kemudian mulai membantuku untuk keluar dari restoran.

Setelah diluar, Nicholas segera memanggil sebuah taxi untuk membawa kami pulang. 

Dia menuntunku masuk kedalam mobil lalu dia pun ikut masuk. Setelah memberitahukan alamat, mobil mulai melaju dengan cepat.

Selama perjalanan, aku bisa merasakan Nicholas yang terus mengusap bahu dan juga punggung tanganku dan sesekali mencium kepalaku.

Kepalaku terasa pusing karena diserang memori yang sangat ingin kulupakan. 

Begitu sampai di rumahku, Nicholas segera membayar taxi dan membawaku keluar dengan hati hati.

'Deg!' Jantungku terasa terhenti begitu berada di depan rumahku.

Memori memori itu terasa semakin jelas. Lututku terasa lemas dan kakiku mati rasa.

Sebelum terjatuh, Nicholas dengan cepat menangkapku. "Larie! Kau baik baik saja?!" Ucapnya panik.

Dia segera mengambil kunci di tanganku dan membuka rumahku. Dia menggendong diriku, dan mulai naik ke lantai 2.

"Permisi" ucapnya kemudian masuk ke dalam kamarku. Dia mendudukkanku di ranjang dan mulai melepas mantel, sepatu hingga hiasan rambutku.

"Istirahatlah, kau membutuhkannya" ucapnya sambil membaringkanku serta menyelimuti diriku. 

"Good night, my Chèrie" ucapnya pelan sambil mencium keningku. "Aku akan pulang sekarang" ucapnya hendak pergi.

'Tidak!' Batinku saat Nicholas hendak pergi. Dia tidak boleh pergi.

"Larie?" Ucapnya kebingungan saat aku menahan tangannya. "Jangan pergi..." ucapku susah payah. "Ku mohon....." ucapku.

Nicholas terdiam kemudian kembali duduk di pinggir ranjangku. "Larie....ada apa?" Ucapnya sambil merapikan rambutku yang berantakan. 

Aku menggeleng kepalaku. "Baiklah...tapi kau harus ingat bahwa aku akan mendengar semua ceritamu jika kau mau" ucapnya. 

Aku tersenyum dan mulai menggerakkan tubuhku ke samping, memberikan ruang untuk Nicholas berbaring. "Tidurlah disini" ucapku pada Nicholas.

Dia segera melepas sepatu, jas juga kemeja milik kakakku yang dia pakai kemudian naik ke atas ranjang milikku.

Tangannya yang besar itu melingkari pinggangku, tubuhnya yang hangat itu terasa nyaman bagiku.

"Nicholas" panggilku. "Yes, my chèrie?" Jawabnya menatapku lekat.

"Terimakasih" ucapku pelan. Dia tersenyum lembut. "Kau tak perlu berterimakasih atas segala hal karena kau berhak mendapatkan kebahagiaan" ucapnya.

Dia mendekatkan wajahnya padaku. "Bolehkah?" Tanyanya. Aku hanya terdiam dan kemudian menutup mataku dan tak lama, aku merasakan bibir yang hangat dan juga terasa manis itu dengan jelas di bibirku. 

Begitu pelan dan hati hati. Hanya sebuah ciuman biasa tetapi memiliki sejuta arti bagiku. Tak lama, dia melepaskan ciumannya dan menarikku ke pelukannya. "Mimpi indah" ucapnya dan mengeratkan pelukannya.

Malam itu aku tertidur dengan lelap. Walau masih ada ketakutan didalam hatiku, aku mengetahui satu hal.

'Aku akan aman bersama Nicholas....hanya dia yang aku butuhkan' hal yang kuyakini sebelum tertidur dalam dekapan hangat miliknya.

A CANVASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang