chapter 11: "bertemu"

31 5 6
                                    


  Suasana kami menjadi hening.

"Pertama tama, perkenalkan nama saya Alphonse Fulbert, tangan kanan Tuan Harcourt" ucapnya. "Tuan sudah dirawat di Rumah sakit selama seminggu ini" lanjutnya.

"Pada awalnya kami ingin membawa dia kembali ke Jerman tetapi dia menolak dan bersikeras ingin ke Paris" ucapnya lagi. "Selama di rawat, dia terus memanggil nama Nona Eilaria" lanjutnya.

Untuk sesaat aku merasakan seperti hatiku ditusuk oleh berbagai jenis senjata tajam.

"Tunggu sebentar" ucapku. "Saya akan bersiap terlebih dahulu" ucapku dan berlari ke dalam rumah.

Sepanjang hidupku, ini adalah pertama kalinya aku bisa bersiap siap dalam waktu 5 menit.

Setelah bersiap, aku segera keluar dan mengunci pintu rumahku.

Aku mengikuti kemana Alphonse membawaku.

Dia membawaku ke sebuah rumah sakit daerah di kota Paris.

Di sana, aku melihat begitu banyak orang yang kuduga merupakan tentara jerman, penuh dengan luka luka sehingga membuatku gugup kira kira apa yang akan terjadi pada Nicholas.

Disana, Alphonso membawaku ke sebuah ruangan. "Dia berada disini....silahkan masuk" ucapnya.

Aku mulai melangkahkan kaki ke dalam ruangan sedangkan Alphonso pamit untuk pergi.

Saat aku masuk, jantungku rasanya seperti akan berhenti berdetak.

Dia disana, pria yang ku cintai sedang terbaring di ranjang rumah sakit dengan tubuh penuh perban dan mata yang terpejam.

Aku menarik nafas dalam dalam kemudian mengambil kursi di samping ranjangnya.

Kondisinya bisa dibilang cukup parah. Walau aku tak tau apa saja yang dia lewati untuk bertahan hidup, aku tau bahwa itu tidaklah mudah.

Aku meraih tangannya yang terbalut perban itu dengan hati hati dan menggenggamnya.

Tangan kekar itu terasa sangat rapuh di tanganku. Aku mengusap tangan itu pelan, berusaha memberikan kehangatan.

"Kau tau Nicholas..." ucapku menatapnya. "Aku membencimu" ucapku tanpa respon dari Nicholas yang masih menutup matanya.

"Tapi aku lebih membenci diriku" ucapku dengan suara lembut. "Karena sudah jatuh cinta kepada orang seperti dirimu" lanjutku sambil mengecup pelan tangan Nicholas.

Hari itu, aku memilih untuk menjaga Nicholas selama seharian penuh.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
  Aku terbangun dari tidurku. Aku melihat sekeliling dan menyadari bahwa aku masih berada di rumah sakit tempat laki laki yang ku cintai dirawat.

Badanku terasa sedikit pegal karena tidur di kursi untuk waktu yang lama.

Saat aku sedang meregangkan tubuh, aku mendengar suara lirihan kecil.

"Larie....larie....." lirihan itu memanggil manggil namaku.

Aku melihat Nicholas yang masih tertidur. Dia nampak tidak nyenyak dan berkeringat dingin.

Itu membuatku sedikit panik. Aku mengambil sapu tanganku dan mulai menyeka keringatnya.

"Larie....." gumam Nicholas.

"Ya...." ucapku lembut.

"Larie......" ucapnya lagi

"Ya, aku disini..." jawabku lembut.

"Jangan tinggalkan aku....."gumamnya lirih membuatku terdiam

Aku menggenggam tangannya dan tak lama, dia mulai nampak lebih baik dan itu membuat diriku lega.

Aku memberikan kecupan di keningnya. "Aku tidak akan meninggalkan dirimu" ucapku dan menyelimuti dirinya.

Saat aku baru ingin melepas tanganku, Nicholas dengan cepat menggenggamnya.

Mata biru itu mulai terbuka. "Larie...?" Tanyanya.

Aku tersenyum. "Apa aku membangunkanmu?" Ucapku.

Saat aku mengatakannya, Nicholas menutup wajahnya menggunakan tangannya yang satu.

"Aku pikir ini hanyalah mimpi...." ucapnya dengan suara gemetar.

'Dia menangis' batinku. Aku mulai mengulurkan tanganku dan menyingkirkan tangannya yang menutup wajah tampannya itu. 

"Larie.." ucapnya lirih sementara aku menghapus air matanya. "Shh.....tak apa..." ucapku.

Dia menggenggam tanganku dan mulai mengecup telapak tanganku.

Dia mengulurkan tangannya dan membawaku ke dekapannya itu dan membenamkan wajahnya di tengkuk leherku.

"Maafkan aku...." ucapnya memelukku erat.

Aku mengelus ngelus rambutnya. "Shhh...tak apa...." ucapku pelan.

Dia mengeratkan pelukannya padaku. "Maaf karena tak memberitahumu...." ucapnya lirih.

"Maaf karena menghilang untuk waktu yang lama..." ucapnya lagi. "Maaf karena membohongimu....." lanjutnya lagi.

"Shh...tenanglah....."ucapku. "Kau harus beristirahat" ucapku hendak melepas pelukannya tetapi dia malah mempererat pelukannya.

"Nicholas....bisakah kau melepaskanku?" Ucapku lembut

"Tidak.." ucapnya "jika aku melepasnya kau akan mendorongku menjauh lagi" lanjutnya

"Tolong jangan tinggalkan aku...." ucapnya sambil mempererat pelukannya.

"Nicholas, lihat aku" ucapku mengangkat wajahnya menatapku. "Aku tak akan pergi.....kau butuh istirahat." Ucapku

"Mari kita bicarakan semua hal besok pagi oke?" Ucapku dan diangguki Nicholas.

Aku hendak duduk kembali ke kursiku tapi dia menahan tanganku. "Tidurlah disini" ucapnya sambik bergeser sedikit untuk memberikan ruang untukku tidur.

"Kau pasien" ucapku. "Kau juga butuh kasur" ucapnya. "Aku takakan bisa tertidur jika kau tidur di kursi yang tak nyaman itu" ucapnya lagi. "Ku mohon" 

Aku pun pasrah dan mulai naik ke kasur itu. Nicholas mendekapku dengan erat seolah olah aku akan pergi jika dia melepaskan pelukannya.

Tak lama aku mulai mengantuk dn tertidur.

Tapi sebelum aku benar benar tertidur, aku mendengar Nicholas mengatakan sesuatu tapi tak begitu jelas karena aku yang sudah hampir tertidur.

"gute Nacht mein Schatz" ucapnya dan akhirnya aku tertidur di dalam pelukan hangat dari pria yang ku cintai.

A CANVASWhere stories live. Discover now