chapter 21: "pulang"

12 3 1
                                    

Aku benar benar ingin melarikan diri sekarang.

"Ah, ibu jangan seperti itu... nona ini nampak tidak nyaman" ujar pria itu melihatku seolah olah ingin mengerjaiku.

"Saya tidak apa apa tuan" ujarku memaksa senyum.

"Ah kalian benar benar cocok! Kalian akan menjadi pasangan serasi jika menikah!" Ujar Nyonya Fabrice.

"Ahahaha.... maaf nyonya... tapi saya tidak memiliki niat untuk menikah" ujarku berbohong 

"Begitukah? Mengapa?" Tanya pria itu.

"Saya hanya tidak ingin" ujarku tersenyum.

"Ah..baiklah" ujar Nyonya Fabrice murung.

"Kalau begitu, saya pamit undur diri sekarang." Ujarku pamit.

"Nona sudah ingin pulang? Kalau begitu biar Serge mengantarmu" ujar Nyonya Fabrice.

"Ah, tidak apa sungguh!" Ujarku. "Saya bisa naik taksi. Tuan muda tidak perlu repot repot mengantar saya" lanjutku.

"Kalau begitu saya permisi" ujarku dan pergi.

Waktu sudah cukup larut dan taksi sudah tak ada. Itu membuatku terpaksa naik bis terakhir dan turun di halte yang tak dekat dari rumahku.

Aku berjalan menyusuri jalanan yang sepi dan kakiku mulai lecet karena menggunakan high heels.

Didepan sana adalah rumahku tetapi, seorang pria tengah duduk di depan pintu.

Tanpa pikir panjang aku segera berlari ke arah pria tersebut. 

"Nicholas!" panggilku dan pria itu langsung menoleh dan berdiri.

Aku langsung berlari menuju pelukannya. 

"Larie" panggilnya dan membalas pelukanku.

Aku menatap wajahnya dan tersenyum. "Kau menangis?" Tanya Nicholas sambil mengusap wajahku.

"Aku merindukanmu" ujarku dan kembali membenamkan wajahku di dadanya.

"Akupun Larie" ujarnya.

"Ayo masuk" ujarku dan kami pun mulai masuk.
.
.
.
.
"Kapan kau kembali?" Tanyaku. "Kemarin sore" ujarnya.

"Aku harus melapor dan melakukan banyak hal baru bisa pergi menemuimu. Maaf" ujar Nicholas.

"Yang penting kau sudah datang" ujarku. "Berapa lama kau duduk didepan pintu?" Tanyaku.

"Entah.... 4 jam? Aku tidak ingat" ujarnya. "Kau pergi kemana?" Tanya Nicholas.

"Aku pergi ke sebuah pesta....dan yah...begitulah" ujarku duduk disamping Nicholas.

"Apa yang terjadi?" Tanya Nicholas sambil mengobati kakiku yang lecet.

"Yah, hanya sedikit deja vu dan bertemu dengan kenalan ayahku, bahkan sampai di jodohkan" ujarku.

"Dijodohkan?" Tanya Nicholas.

"Begitulah, tapi sudah jelas ku tolak" ujarku dan Nicholas tersenyum.

 "Tentu saja... kau memiliki kekasih sepertiku, pria lain tentu tak akan menarik perhatianmu" ujar Nicholas dan aku tertawa kecil.

"Dan kau harus tau kekasihmu ini sangat cantik sehingga bisa memikat pria manapun oke?" balasku dan kami tertawa bersama.

"Sudah selesai" ujar Nicholas setelah mengobati kakiku. "Terimakasih" ujarku dan mulai memposisikan diriku di pelukan Nicholas dan dia hanya tersenyum.

"Aku pulang" bisiknya. "Selamat datang kembali" ucapku dan mengecup pelan bibirnya.
.
.
.
.
.
.
 Matahari pagi mulai menembus jendela kamarku dan aku pun terbangun.

A CANVASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang