Chapter 3: "Kencan?"

135 7 3
                                    

"Tuan Nick?" Aku tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutku akan kehadiran pria ini.
Dia terkekeh melihat wajahku yang terkejut

"Senang bertemu dengan anda lagi, Nona Larie" ucapnya lembut

Wajahnya nampak lelah tetapi tetap tampan seperti biasanya  

"Bagaimana kabar anda seminggu terakhir??" Tanyanya

'Buruk' batinku tapi tak ku katakan
Jujur, perasaanku sangat tidak bisa diatur seminggu ini

Aku tersenyum "Saya baik baik saja bagaimana dengan anda??" Tanyaku 

Dia tersenyum lembut seperti biasanya.
Ah, aku benar benar menyukai senyum itu

"Saya juga baik.....hanya pekerjaan yang sedikit lebih berat" dia menghela nafas

"Ah begitu rupanya..." ucapku menganggukan kepala
Aku bisa menebak bahwa pasti pekerjaannya bertambah banyak akhir akhir ini

Susana kami menjadi sedikit canggung
Aku berlikir bagaimana hari itu tiba tiba kami menjadi dekat, dan bisa berbincang tanpa masalah bahkan sampai berlari ditengah hujan 
Nicholas menyadari kecanggungan diantara kami. ah, lebih tepatnya kecanggunganku

"Maaf" ucapnya pelan

Aku menatap tepat di matanya "ya?"  "maaf?? Maaf untuk apa??" Ucapku bingung

"Saya tau bahwa anda tidak nyaman dengan kehadiran saya" ucapnya
Dia menyadari bahwa aku nampak tertekan dan tidak ingin membuatku merasa tidak nyaman.

"Ah tidak, bukan seperti itu" ucapku sedikit panik 

"Saya hanya.....yah....anda tau......saya hanya bingung harus bereaksi seperti apa...." ucapku pelan

Dia terkekeh
"Sebenarnya saya juga merasa seperti itu" ucapnya

"Saya jadi heran bagaimana kita bisa berbincang sebelumnya" kami berdua terkekeh
Tak lama seorang pelayan membawa makananku

"Ah....apa anda tidak makan, Tuan Nick??" Ucapku 

Tidak nyaman jika aku makan dan pria di depanku ini hanya menonton.
Dia tersenyum 

"Ah....ya, saya sudah memesan tadi.....makanan saya akan datang sebentar lagi" dia menjelaskan
Aku hanya mengangguk paham

Aku tidak menyentuh makananku sedikitpun
Aku menunggu hingga makanan Nicholas datang dan akhirnya kami makan bersama

"Saya sangat suka makanan disini" ucapku tersenyum sambil memotong steak milikku
"Saya juga suka makan disini.....tetapi hanya satu dua kali" lanjutku

"Mengapa??" Dia bertanya

Tiba tiba, seorang tentara jerman mendekat meja kami

"Halo cantik~ Ucapnya menyeringai sambil menyentuh rambutku

"Karena ini" ucapku menghela nafas

Tentara itu menyadari kehadiran Nicholas

"Hm? Apa ini? Apa gadis kecilku ini membawa pria lain?" Ucapnya kesal dan meraih daguku

Aku langsung menghempaskan tangannya karena terkejut

'Sial!' Batinku

Tentara itu nampak marah
"Gadis kecil ini sudah menjadi pembangkang sekarang" ucapnya geram

"Anda sudah kelewatan" ucap Nicholas tiba tiba.

Tatapannya dingin dan wajahnya yang tegas itu, membuat suasana lebih mencekam

Tentara itu nampak tak peduli dengan tatapan Nicholas

"Oh apa kau menantangku?" Ucapnya mengejek

Nicholas mulai berdiri dan berjalan mendekat ke arah tentara itu berdiri

"Minggir" ucap Nicholas dingin.
Aku sedikit bergidik karena auranya.

Tentara Jerman itu pun juga nampak tertekan

"Jadi kau mau apa hah? Gadis ini milikku" ucapnya nyalang dan menarik kasar pergelangan tanganku

Tapi dalam sekejap, Nicholas menghempaskan tentara itu.

Aku terkejut tetapi memilih tetap diam.

Nicholas mulai menggenggam tanganku
"Mari kita pergi" ucapnya sambil membawaku pergi

"Tunggu saya belum membayar" ucapku

"Saya sudah membayarnya" ucap Nicholas sambil terus membawaku keluar.

Jujur, aku ingin berdebat dengannya, tetapi wajahnya nampak sangat kaku dan rahangnya mengeras.

Aku tau bahwa sebaiknya aku tetap diam dan mengikutinya.


  Tak lama, kami sudah keluar dan menjauh dari restoran

Nicholas berhenti sejenak dan menarik nafasnya, lalu menatap diriku

"Ah...maaf.....saya tidak bermaksud untuk kasar" ucapnya sedikit panik

"Saya hanya kesal....maafkan saya" ucapnya
Aku terdiam dan tak lama tertawa 

"Ahahahaha anda tak perlu meminta maaf, sungguh" ucapku tersenyum

"Terimakasih telah membawaku keluar dari tempat itu" lanjutku

Dia tersenyum

"Sayang sekali kita harus pergi.....padahal makanan mereka cukup enak" ucapnya

Aku hanya terkekeh

"Kalau begitu sepertinya kita harus mencari restoran lain" ucapku

"Kalau begitu..." dia mulai mengulutkan tangannya padaku

"Bagaimana jika kita pergi sekarang, Nona??" Ucapnya tersenyum

Aku menerima uluran tangannya dan kami pun pergi mencari restoran lai

"Entah mengapa rasanya sepeti anda mengajak saya untuk berkencan" ucapku tertawa agar terdengar seperti lelucon.

Dia masih tersenyum
"Apakah jika saya mengajak anda berkencan, anda anak menerimanya?" Tanya Nicholas

"Tunggu, apa?" Ucapku kaget
Aku tak berpikir bahwa dIa akan menganggap serius perkataanku.

"Saya mengajak anda berkencan" ucapnya spontan
"Anda anda mau?" Tanyanya lagi

Aku terdiam
Aku ingin menolak tetapi hatiku berkata tidak.

Tak lama aku tersenyum

"Saya mau" ucapku

Dia membalas senyumku kemudian menarik lembut tanganku, dan membawaku pergi
Telapak tangannya terasa sangat besar dan juga kasar, membuat tanganku nampak mungil digenggaman tangannya

Walau begitu, dia memegang tanganku dengan lembut dan hati hati seperti memegang barang yang rapuh dan akan hancur hanya dengan sedikit tenaga

Dibalik wajah yang nampak tegas dan dingin itu, dia adalah pria yang lembut dan hangat

'Bagaimana bisa aku bertemu pria seperti dirinya?' Batinku tak percaya

Nicholas menyadari tatapanku
"Ada apa?" Tanyanya

"Tak apa" ucapku terkekeh
"Ayo kita pergi" ucapku membalas genggaman tangannya dan kemudian lanjut berjalan

Begitulah bagaimana kencan mendadak kami dimulai.

Ya itu memang mendadak tetapi tidak satupun dari kami menolak.
Kami berdua menginginkan kencan mendadak ini dan kami tau itu.

Makan siang sebagai kencan…….tidak ada salahnya bukan.

Ditengah cuaca hangat kota paris, dua pasangan tanpa status yang jelas, pergi untuk berkencan.

A CANVASWhere stories live. Discover now