10. | Camping: Day II

40.1K 4.2K 697
                                    

Hallo, bestienya Ravel~
Kembali lagi dengan akhir pekan bersama bapak Kagendra yang kampret dan ibu Lyre yang ... yaudahlah sabar aja dulu, pffttt

Enggak terasa ya, sudah di bulan ke delapan untuk tahun 2023 ... masih agak takjub kalau ingat memulai awal tahun ini dengan cerita Aa Hiza si GreenFlag dan justru jelang akhir tahun bikin cerita Mas Ndra si RedFlag, wakakakaka

.

anyway 3.000 kata untuk part ini
dan karena ada sedikit mature scene, diharapkan kebijaksanaannya ya.

under 🔞 warning!

.

I hope you still enjoy the story, thank you.

🌟

10. | Camping: Day II

"Oh, God! I can do this all night."

Lyre tersentak di pangkuan suaminya, dadanya yang masih menegang menaik-turun dengan ritmis sementara paha dan pinggangnya dialiri gemetar pelan. Dua lengan kuat mendekapnya, membuatnya sejenak bisa meletakkan kepala dan mengatur napas di bahu Kagendra. Ini sungguh melenakan, jauh lebih memuaskan dibanding permainan awal mereka.

"Mmm... you like it, huh?" tanya Kagendra, menelusuri punggung telanjang sang istri yang licin dan lembut. "You're still shaking for me..."

Lyre mengabaikan nada bangga itu, mencoba menanggapi ucapan suaminya. "It's enough for tonight."

"Oh! Come on, Rodeo Girl, you just—"

"I'm serious," sela Lyre, menarik kepala dari bahu sang suami untuk menatap lekat sepasang mata yang masih menunjukkan hasrat terhadapnya. "Dan dini hari benar-benar dingin, kita harus sudah mandi sebelum Ravel kebangun."

Kagendra menurunkan lengan, ganti mengelus-elus paha telanjang sang istri. "Kenapa? Kamu terganggu kalau Ravel tahu Mamanya berbau seperti Papa?" tanyanya dan ganti mencondongkan kepala, mencium leher Lyre, mengendus wanginya yang tertinggal di sana.

"Mas ..." sebut Lyre karena kepala suaminya sekarang bergerak turun, mengecupi dada, mulai menjilatinya lagi.

Kagendra menulikan telinga, melanjutkan kegiatan favoritnya. Lyre mudah ditaklukan dan ini adalah awal mula untuk setiap penaklukannya pada sang istri. Dada Lyre sangat sensitif dan hanya tinggal menunggu waktu untuk kembali mendapatkan respon yang sesuai, melanjutkan percintaan ini sekali lagi.

"Mas Ndra ... aku teriak nih, sampai Ravel bangun."

"Ck!" decak Kagendra sembari menegakkan kepala. Ia paling tidak bisa jika anaknya dilibatkan.

Lyre tidak benar-benar akan melakukan itu, hanya ancaman kosong yang jelas akan membuat suaminya kooperatif. Ia melirik ke tiga bungkusan bekas pengaman di samping sofabed tempatnya bercinta. Itu jumlah yang cukup.

"What do you think about another kids."

Pertanyaan itu membuat Lyre hampir mendelik. Ia segera menggeleng. "No, of course not."

"Explain to me, why not?"

"Karena kita akan bercerai."

"Do you really want it? The divorce?"

Lyre sempat terkesiap karena ini kali pertamanya ditanya tentang hal itu. Bahkan setelah berminggu-minggu mereka melakoni tahap awal proses perceraian.

REPEATEDWhere stories live. Discover now