1. Home sweet home

1.1K 90 0
                                    

Setelah drama kecil tadi, mereka berdua berniat untuk pulang menuju tempat yang mereka sebut rumah. Karena kaki Zee yang terkilir, terpaksa Chika yang akan menyetir kali ini. Selama 5 menit perjalanan belum ada yang memulai pembicaraan, entah karena Zee takut salah bicara lagi atau karena Chika yang sedang tidak mood bicara. Biasanya saat berdua seperti ini mereka akan berdebat tentang hal yang sebenarnya tidak perlu didebatkan, memang letak keseruannya disana. Tapi entah kenapa saat ini berbeda dari biasanya.

Zee muak dengan kesunyian ini, lebih baik jika dia mendengar Chika mengomel dari pada Chika yang diam seperti ini.

"Chika" panggilnya coba membuka pembicaraan.

"Hm?" Chika berdehem merespon panggilan Zee.

"Kamu masih marah ya?" tanya Zee hati-hati. Chika bingung, bukankah dia sudah bilang kalau dia sudah memaafkan? aneh sekali anak ini.

"Enggak, kan udah maafan tadi"

"Terus kenapa diam gini sih? ngomong dong" bujuk Zee.

"Kirain kamu yang gak mau ngomong karena ngambek, makanya aku diem" balas Chika, Zee mengangguk paham.

Setelahnya mereka tidak ada yang bisa diam, selalu ada saja yang dibicarakan maupun didebatkan. Macet dijalanan pun tidak berasa, 30 menit perjalanan terasa singkat dan akhirnya mereka sampai di rumah. Kediaman keluarga Helena. Mereka mengucapkan salam setelah membuka pintu rumah, perhatian mereka berdua tertuju pada mami dan adik mereka yang sedang asyik menonton siaran televisi ditemani keripik dan cemilan lainnya.

"Asyik banget nih keliatannya" ucap Zee sembari mencomot cemilan milik  adiknya. Bukannya menjawab keduanya malah tertuju pada kaki kiri Zee yang terbalut perban.

"Lagi?" tanya maminya. Yang ditanya hanya menyengir dan menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Mami menggeleng lelah dengan kelakuan anaknya ini. Kelihatannya kakinya sudah diobati, syukurlah Chika selalu saja dapat diandalkan.

"Ya sudah, kalian berdua mandi dulu. Kalau sudah selesai kalian turun, kita makan malam sama-sama" mereka berdua mengangguk kemudian beranjak menuju kamar masing-masing.

Makan malam sudah selesai 1 jam yang lalu dan kini mereka semua bersiap untuk tidur. Hanya tersisa Zee dan Chika yang belum beranjak ke kamar mereka. Jika Chika sibuk dengan cucian piring beda lagi dengan Zee yang hanya melihat tanpa ada niatan membantu sedikit pun. Rumah ini sebenarnya memiliki ART, bi Rahmi namanya. Namun dia hanya bekerja sampai sore saja, setelah itu dia pulang kerumahnya yang berada di ujung kota.

"Sudah selesai?" tanya Zee setelah melihat Chika membersihkan tangannya.

"Sudah, memangnya kenapa?" tanya Chika.

"Aku tidur dikamarmu ya?" pinta Zee.

"Tumben, biasanya aku yang tidur di kamarmu, kenapa sekarang ingin tidur di kamarku?" tanya Chika bingung.

"Tidak, hanya ingin saja. Boleh kan?"

"Hm, boleh. Tapi jangan diberantakin" tegasnya. Zee mengangguk paham.

Mereka berjalan seiringan menuju kamar Chika, sebelum itu Zee mampir ke kamarnya sekedar mengambil handphone dan bantal guling kesayangannnya.

Didepan pintu saja sudah tercium aroma khas Chika, aroma bunga lavender, bunga kesukaan Chika dan aroma kesukaan Zee. Di depan pintu yang terbuka, dilihatnya Chika sedang duduk di meja belajar miliknya

"Ngerjain apa?" tanya Zee basa-basi berdiri di sebelah kursi.

"Tugas kimia minggu kemarin, aku belum selesai" balas Chika tapi tetap fokus ke buku miliknya.

 HousemateWhere stories live. Discover now