5. Raval Revenge

686 79 2
                                    

"Chika, makan dong kalo gak makan ntar sakit" bujuk Zee kepada Chika. Saat ini mereka sedang berada di kamar Chika, sejak kejadian tadi pagi Chika sulit sekali diajak bicara. Dia juga tidak berselera makan, terakhir makan tadi pagi saat sarapan itu pun hanya beberapa suap saja.

"Aku gak laper Zee, aku ngantuk mau tidur" ucap Chika lesu tidak seperti biasanya. Zee mengangguk dia tidak bisa memaksa Chika, gadis itu perlu waktu sendiri. Dia mengelus rambut Chika kemudian menyelimutinya sampai ke perut.

"Tidur ya, aku keluar dulu. Nanti balik lagi kok" ucap Zee kemudian keluar dari kamar Chika. Chika memeluk gulingnya erat kemudian menangis, menangis tak bersuara.

"Udah dapat lokasinya?" tanya Zee, dia sedang menelpon seseorang.

"Udah, lagi di jalan pulang dia. Kayaknya mabuk deh jalannya oleng soalnya" jawab seseorang diseberang sana.

"Sherlock gue kesana sekarang. Jangan mulai tanpa gua Ravaldo" ucap Zee memperingati.

"Iya. Lo cepetan tangan gue udah gatal mau nonjok" balas Aldo.

"Oke"

Zee mempersiapkan perlengkapannya, dimulai dari jaket, masker, sarung tangan dan tongkat baseball miliknya, hanya untuk jaga-jaga. Malam ini adalah malam balas dendam untuk Chika, untuk air mata yang turun dari mata coklat itu. Zee bergegas menuju garasi mengeluarkan motor kesayangannya. Motor itu melesat membelah jalanan kota menuju tempat yang sudah Aldo kirim.

Tak lama Zee sampai, dilihatnya Aldo sudah muak menunggu sedari tadi.

"Dia didalam, tinggal eksekusi. Gua kasih pukulan pertama buat lo" Zee mengangguk berjalan menuju tempat yang seperti gudang kosong. Suara tapakan dari sepatunya menggema diseluruh ruangan, menimbulkan suara yang cukup menyeramkan.

Dilihatnya seorang lelaki paruh baya yang terikat di tiang yang ada di gudang itu. Zee menepuk kasar pipi pria itu. Dia..

Pak Mikel.

Tubuhnya terkulai lemas, bukan karena pukulan tapi karena minuman alcohol yang dia minum di club malam.

"Lepasin, lepasin saya. Saya mau pulang" racaunya setelah sadar. Zee membungkukkan badannya setara dengan tubuh Mikel yang terduduk.

"Enak aja, mata lo belum biru-biru jadi lo belum boleh pulang" ucap Zee terkekeh menepuk kasar pipi Mikel lagi.

"Siapa kau, lepasin saya. Apa salah saya?" tanya Mikel. Zee menjambak keras rambut lebat milik Mikel.

"Lo gak salah, gak salah sama sekali. Yang salah itu mulut lo, mulut sampah yang buat gadis cantik menangis" ucap Zee dramatis ala-ala film kolosal, Aldo dibelakang hanya melihat hiburan ini. "Kayaknya kita mulai dari mulut lo aja ya" ucapnya lagi.

POW POW POW

Tiga pukulan mendarat bibir Mikel menyebabkan darah mengalir dari ujung bibirnya.

"Baru segitu aja udah berdarah. Gimana kalo lo yang mukul do" ucap Zee terkekeh.

"Udah kan? sekarang giliran gua" ucap Aldo menyingkirkan posisi Zee. Zee menyingkir mempersilahkan sepupunya itu menyelesaikan keinginannya yang sedari tadi tertunda.

"Bibir lo duluan ya"

AAARRGH..

😶‍🌫️😶‍🌫️😶‍🌫️

"Jam segini baru pulang? katanya sebentar" keluh Chika dengan nyawa yang masih setengah sadar. Chika terbangun karena suara decitan pintu yang Zee buka.

"Iya, keasyikan main tadi" ucapnya jujur, dia sangat menikmati permainan tadi. Chika mengangguk kemudian menepuk ruang kosong di kasurnya, mengajak Zee tidur bersama. Zee berbaring disebelah Chika, gadis itu memeluk lengannya erat. Zee membalas dengan mengelus rambut Chika.

 HousemateWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu