Yes, Queen - 04

9.7K 879 57
                                    

Hai? Wkwk

Bantu aku kalau ada typo atau sejenisnya yaaa

Selamat membaca❤










Queen melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kiri. Masih ada setengah jam sampai gerbang sekolah ditutup rapat.

"Kapan Jakarta gak macet lagi?" Gumamnya saat lagi-lagi merasakan betapa parahnya kemacetan yang selalu melanda Ibukota, terutama di pagi hari.

"Pantes Ratu sama Cassie lebih suka pake motor,"

Mengetuk-ngetuk jemarinya di atas setir mobil, arah pandang gadis itu tetap fokus memperhatikan jalanan padat di depan sana yang sedikit demi sedikit mulai memberi ruang bagi kendaraan agar dapat bergerak.

Deretan mobil Queen yang sudah mulai bisa berjalan meski sedikit akhirnya sampai di barisan tengah lampu lalu lintas yang baru saja berubah menjadi merah.

Seperti yang biasa terjadi ketika terjebak di lampu merah, beberapa mobil pasti dihampiri oleh pedagang-pedagang kecil yang menjajakan barang dagangannya dengan cara mengetuk pintu mobil para pengendara, maupun mereka yang mengendarai sepeda motor.

Queen mengamati pemandangan itu dengan penuh iba. Karena rata-rata dari mereka yang turun ke jalanan dan mendatangi satu persatu pengendara adalah anak-anak kecil yang ia perkirakan masih berada di jenjang Sekolah Dasar. Penampilan kumal mereka benar-benar kontras dengan dirinya yang selalu rapih, bersih, dan wangi.

Belum lagi jika dibandingkan dari segi ekonomi, jelas seperti langit dan bumi. Sekali lagi, seperti diberikan tamparan pengingat, Queen mensyukuri apa yang dimilikinya saat ini.

Untuk itu, seperti hari lain ketika dia mendapati pemandangan seperti ini, Queen secara teratur menurunkan kaca mobil, lalu menggerakkan tangan seolah memanggil dua sosok kecil yang menjadi arah pandang matanya kali ini.

Melihat gerakan memanggil yang tertuju pada mereka, kedua anak itu lantas bergegas menyebrangi jalan, lalu menghampiri mobil Queen tergesa-gesa.

"Berapa?" Queen bertanya lembut pada keduanya. Mereka membawa sebuah keranjang rotan kecil yang berisi tangkaian bunga mawar.

"Se-sepuluh ribu satu bunga," jawab si anak perempuan terlihat gugup. Dia menjawab sambil mencuri lirik kepada Queen. Sedangkan anak laki-laki di sampingnya terlihat memandang Queen tanpa berkedip, terpesona.

Merasa lucu dan gemas akan tingkah laku keduanya, Queen tertawa kecil. Gadis itu lalu mengusap kedua surai sepasang anak itu dengan lembut. Rasanya miris melihat anak sekecil ini harus berkeliaran di jalanan hanya demi mendapatkan sepeser uang.

"Bunganya ada berapa?" Queen kembali bertanya.

"Kakak mau beli berapa tangkai?"

"Kalau lima puluh tangkai, ada?"

"Li-lima puluh?" Keduanya tercengang.

Queen mengangguk, "ada?"

Saling bertatapan sejenak, kedua anak kecil itu lantas mengangguk cepat.

"Tapi, dua puluh tangkai lagi ada di keranjang lain," katanya seraya menunjuk ke arah trotoar pinggir jalan sebelum dirinya menyeberang. Di sana tergeletak sebuah keranjang rotan lain yang berisi bunga mawar serupa.

"Mau aku yang ambil?" Tawar Queen, bersiap membuka pintu mobil.

"Nggak! Aku yang ambil!" Seru anak lelaki itu cepat-cepat. Ia tidak boleh merepotkan Nona cantik ini.

Yes, Queen-!Where stories live. Discover now