2.

3.1K 239 7
                                    

Dua hari kemudian...

Selama dua hari ini New terus diselimuti oleh kecurigaan dan juga ketakutan. New menaruh kecurigaan pada atasannya sendiri, yaitu Tay. New tak mengerti bagaimana bisa ia curiga pada atasannya itu, tapi New merasa Tay cukup memungkinkan untuk menjadi seorang tersangka atas banyak kasus yang terjadi.

Kenyataan ini membuat New cukup takut. Tay adalah atasannya, yang itu berarti mereka harus selalu bersama untuk menyelesaikan sebuah kasus.

Hari ini sama seperti hari-hari sebelumnya. New pergi ke sebuah TKP bersama dengan Tay dan rekan lainnya.

Pembunuhan itu kembali terjadi, tapi kali ini tidak ada yang hilang dari korban. Tidak juga ada kasus serangan jantung seperti sebelumnya. Korban hanya dicekik hingga meninggal karna ada bekas sebuah tali di bagian lehernya. Setidaknya untuk penyelidikan awal, itulah yang dapat disimpulkan.

New menunduk, menatap mayat seorang laki-laki yang sepertinya sudah menikah dan berusia 30an.

New benar-benar menatap mayat itu dengan lekat-lekat. New tidak ingin meninggalkan satu bukti pun. Kasus kemarin sudah diserahkan kepada kejaksaan karna polisi tidak mampu menyelesaikannya. Kini New tidak ingin hal itu terjadi. Setidaknya ia harus menemukan petunjuk yang jelas.

Dia pasti kehilangan sesuatu. Batin New.

New memicingkan matanya saat melihat ada yang aneh dengan mulut korban. Mulut korban tampak tertutup rapat. Jika memang ini adalah kasus pembunuhan dengan mencekik lehernya, mulut korban pasti tidak akan tertutup rapat seperti itu.

New merogoh saku celananya dan mengambil sarung tangan, lalu memakainya dengan cepat.

Tay yang berjongkok di depan New pun memicingkan matanya.

New membuka mulut korban dan melihat ke dalam mulutnya dengan teliti.

Tiba-tiba saja New mendelik kaget saat melihat kecurigaannya benar.

Ada yang hilang. Benar-benar ada yang hilang. Batin New.

New menggertakkan giginya dengan kuat dan mengangkat kepalanya. New menatap lurus ke depan, ke arah Tay dengan gugup.

Kedua sudut bibir Tay terangkat, melukis sebuah senyuman tipis, yang mampu membuat tubuh New semakin gemetar.

T-tidak.. tidak mungkin.

Tidak mungkin kecurigaan ku benar.

Bukan dia. Bukan pak Tay pelakunya.

Tay mengalihkan pandangannya ke arah mayat di depannya, masih dengan senyuman terukir di wajahnya.

"Ku pikir pembunuhnya cukup terampil," gumam Tay dengan pelan.

New menoleh ke arah Tay sembari menelan salivanya.

"Apa yang kau temukan, New? Kenapa kau tampak pucat?" Tay menatap New dengan menaikkan satu alisnya.

New pun sontak menarik tangannya dari mayat tersebut dan berdeham.

"Mm, sepertinya ini ulah psikopat itu," ucap New.

Tay hanya diam, menatap New lekat-lekat.

New mengerjap dengan salah tingkah dan memilih untuk menatap mayat di depannya.

"Mungkin ini terlihat seperti pembunuhan pada umumnya, dan berbeda dari pembunuhan berantai yang terjadi belakangan ini. Tapi saya yakin ini adalah ulah dari pelaku yang sama."

New menunjuk ke arah leher korban, "dia sengaja membuat pembunuhan yang berbeda agar tidak tertangkap. Tapi dia tetap memberikan tanda pengenalnya."

New mengalihkan pandangannya ke arah Tay, "pelaku adalah seorang yang narsistik, seorang psikopat gila yang selalu pamer atas hasil karyanya. Dia bangga menunjukkan perbuatannya."

TerTAWAN | End✓Donde viven las historias. Descúbrelo ahora