04. pengertian

2K 208 17
                                    

Jovan dilema, antara ingin mengabari atau tidak akan keadaan Renja.

Namun ujung nya ia memilih diam, mungkin ia akan menbujuk Renja agar mau kembali datang kepada dokter milan.

Hari ini senin, setelah semalam Renja tak mau bertemu dengannya entah karena apa, pagi ini jovan kembali mengetuk pintu kamar si bungsu untuk membangunkannya agar bersiap-siap sekolah.

Renja tak pernah bisa bangun pagi dengan sendirinya.

"Dek—" baru hendak memanggil seusai membuka pintu, jovan dikejutkan oleh Renja yang sudah siap dengan seragam juga tas nya.

Jovan ulas senyum, meski wajah Renja nampak begitu tak bersasahabat.

"Udah siap-siap tanpa dibangunin nih? Keren banget adek" ia berusaha melontar apresiasi, Renja akan senang atas hal itu.

Namun diluar ekspektasi jovan, Renja malah berlalu keluar dari kamar tanpa memperdulikannya.

"Adek gamau sarapan, mau berangkat sama pak a'an  aja" ujarnya Renja.

Jovan langsung berbalik menyusul langkah sang aries, demi apapun Renja tak pernah mau diantar oleh supir jika dirinya ada di rumah, namun apa ini? Apa yang sebenarnya terjadi?

"loh, mana bisa gitu dek, kamu tetep harus sarapan, lagian ini masih awal banget loh"

Laki-laki dewasa itu mencoba meraih pergelangan sang adik yang kini berjalan melalui meja makan dengan cepat.

"Adek bilang gamau ya gamau! Gausah atur-atur adek!" tangannya di hempas, mulut jovan hampir saja menganga lebar.

Apa benar ini renjana sang adik yang penurut dan manja itu? Bagaimana ia kini mulai bisa membentak bahkan berbicara kasar?

Syukur, umur jovan sudah cukup matang untuk menghadapi remaja labil seperti Renja, jika saja ini jovan yang dulu mungkin ia sudah ikut tersulut emosi mendengarkan cara adik berbicara, jovan benar-benar tak menyangka.

Ia sudah memprediksi bisa saja suatu saat Renja seperti ini, mulai membantah atau memiliki rasa ingin bebas dan tidak diatur. Namun tetap saja jovan terkejut.

"Apa dek? Jangan ngatur kamu?" jovan tetap menjaga emosi, ia tetap bertutur lembut.

Namun agaknya Renja yang selalu disayang dan diperlakukan dengan baik oleh jovan merasakan aura dominasi yang kini dikeluarkan oleh si mas.

Apakah begini balasan jika ia membantah? Jovan akan memarahinya?

"Adek gamau sarapan, mau sekolah. . . " kalah, nyatanya Renja tak langsung bisa menjadi anak pembangkang bahkan untuk perkara kecil.

Kini suaranya mencicit, berusaha teguh di keputusan awal walau ujung-ujungnya ia memilih menangis sesegukan.

Jovan yang melihat itu menghela nafas, nenarik tangan Renja yang kini mengusap matanya.

"Kenapa hm? Adek ada masalah? Cerita sama mas, kenapa harus sampe teriak-teriak kayak tadi, ga baik loh. Mama, papa, mas ga pernah ajarin adek kaya gitu kan?"

Telapak tangannya ia bawa untuk mengusap wajah mungil Renja yang kini mendongak menatapnya dengan mata berkaca-kaca.

"Kata teman-teman adek ga normal mas hiks. . . mama, papa sama mas juga selalu larang-larang adek, kenapa?" Renja bertanya dengan suara lirih dan seraknya, membuat hati jeno sedikit terenyuh.

Sadar hal ini wajar akan terjadi, Renja juga memiliki rasa ingin tau terhadap apa yang ia rasakan.

Ia terlalu lugu untuk memendam seperti yang ia rencanakan semalaman, ujung-ujungnya jovan adalah tempat ternyaman ia mengadu.

Mas ||Noren [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang