17. malam yang manis

2.2K 207 16
                                    


Tidak terasa, pernikahan kecil yang jovan siapkan berada di depan mata. Undangan sudah tersebar untuk tamu yang diundang, benar-benar hanya keluarga dan orang terdekat. Sebagian besar memang mengetahui bahwa jovan bukan anak kandung dari keluarga pramana, jadi tidak terlalu merepotkan.

Pernikahan jovan dan renja yang akan berlangsung besok hari membuat si manis tidak bisa tidur malam harinya. Ia terus berguling-guling tapi tak kunjung bisa menutup mata.

"Ish!"

Maka dengan kesal ia berdiri dari kasur dan keluar kamar.

"Kak jaren" dengan riang ia berlari menyusul sosok yang ia panggil.

Jaren, sepupu dari renja. Juga sahabat dekat jovan.

"Hai cantik" sapanya.

"Kak jaren menginap ya?" tanya nya.

Beberapa anggota keluarga dari pihak widia maupun damian memang sudah tiba dari tadi siang. Membuat suasana cukup ramai. Perkara pernikahan renja dan jovan pun sudah disampaikan dari jauh hari, walau pihak keluarga besar tetap merasa tidak puas dengan jawaban dari widia juga damian, juga masih penasaran, mereka cukup tau diri dan tidak melanggar privasi. Semua diam dan tak bertanya setelah widia hanya mengatakan bahwa semuanya yang terbaik untuk renja dan jovan. Tentu keluarganya cukup paham dengan situasi yang telah terjadi dan hanya diam. Mereka hanya akan memenuhi tanggung jawab mereka untuk me-meriahkan hari bahagia dari keluarga pramana itu. Kecelakaan seperti itu tidak bisa dirumah karna sudah terjadi.

"Enggak, kakak akan mencari hotel sebentar lagi" jelas jaren. Ia menatap jovan yang membawa dua gelas cangkir kopi. Jaren cukup dekat dengan jovan, ia adalah anak dari kakak widia. Ia juga sering berhubungan lewat bisnis dengan jovan, mungkin jaren juga bisa disebut salah satu orang yang mengetahui bagaimana perasaan jovan kepada renja tanpa diberitahu. Karna sedari kecil pun jaren sering memperhatikan bagaimana perhatian juga kasih sayang yang tak wajar jovan berikan kepada renja.

Jadi setelah mendengar cerita dari jovan, ia ingin menonjok lelaki itu. Namun ia urungkan, ia cukup tau diri untuk tak merusak suasana. Semuanya telah berlalu, apalagi setelah melihat renja baik-baik saja. Jaren memilih meredam emosinya.

Walau ia merasa miris saat mengetahui bahwa adik kecilnya mengandung di usia nya yang begitu muda. Jaren hanya berharap jovan bisa melaksanakan tanggung jawabnya terhadap renja dengan baik.

"Yahhh, renja kira menginap" bibir nya melengkung sedih, membuat jaren sedikit terhibur. Yang benar saja, anak kecil ini akan segera menikah? Dunia memang senang sekali bercanda.

"Adek, kenapa ga tidur hm?" jovan mengusap sekilas rambut renja lalu duduk disampingnya. Membuat Renja menoleh dan langsung menyandarkan tubuhnya pada tubuh jovan. Kepalanya terkulai di bahu si dominan dengan wajah tertekuk. Renja mengabaikan jaren yang memperhatikan interaksi mereka. Yah, lagi pula dari dulu pun jaren selalu menyaksikan pemandangan ini jika berkunjung ke rumah pramana.

"Adek gabisa bobo huhu" ia merengek kecil sembari mengusap wajahnya di dada bidang jovan. Membuat jaren menaikkan alisnya sembari menyeringai kecil.

Jovan yang melihat itu berdehem canggung. Ingin menjauhkan renja, namun ia tidak tega.

"Mas bikinin susu, kamu tunggu di kamar boleh?" jovan bertanya sembari mengusap renja yang kini mulai menyelup memeluk tubuhnya.

"Mau peluk. . ." renja berujar lirih, matanya tiba-tiba memberat saat memeluk dan merasa dekapan jovan melingkupinya.

Jaren yang masih senantiasa memperhatikan interaksi itu terkekeh. Ia tau jovan merasa canggung, apalagi setelah kejadian tadi saat ia mengakui kesalahannya alasan hingga pernikahan ini terjadi.

Mas ||Noren [ON GOING]Where stories live. Discover now