10. luka

1.7K 181 21
                                    

Saat renja menghabiskan hari-harinya dikasur, tanpa menjawab panggilan dari sang mama atau papa nya. Jika boleh jujur, itu bukan kemauan renja. Renja ingin makan, renja ingin berbicara dengan kedua orang tuanya namun, ia tak merasa lapar bahkan tanpa makan dan minum berhari hari, ia tak dapat mendengar saat kedua orang tuanya memanggil, ia juga tak dapat merasakan apapun saat damian maupun widia menyentuh dan memeluknya.

Semuanya seolah hening dan senyap, kosong. Renja tak dapat merasakan apapun. Yang ada hanya kejadian malam itu, hanya itu yang memenuhi kepala renja. Bagaimana jovan memperlakukannya, apa yang sebenarnya jovan lakukan, kenapa renja merasakan perasaan kacau seperti ini.

Kenapa, kenapa dan kenapa, hanya pertanyaan itu yang terus berputar di kepala si manis hingga ia pusing dan berakhir menangis dan berteriak keras.

Namun disaat seperti ini, ia merindukan seseorang. Ia merindukan seseorang yang selalu menenangkannya dari takut dan luka kecil. Renja berpikir, jika orang itu memeluk dan menenangkannya semua ini akan berakhir, semua pikiran rancu dan kekosongan ini akan berakhir.

Renja terlalu kebingungan, disaat saat tertentu seperti saat ini ia tak menyadari bahwa sosok yang ia rindukan adalah orang yang sama yang ia takuti saat ini.

Renja merindukan jovan, tapi bukan jovan malam itu. Renja mulai berpikir kalau itu orang yang berbeda.

"Mas. . . adek mau mas disini" maka ia mulai kembali menangis dengan perasaan bingungnya, renja begitu menginginkan pelindungnya kembali dan menenangkannya.

Widia yang mendengar rancauan renja akhirnya memutuskan untuk menghubungi jovan, entah ini benar atau tidak akan tetapi widia disini sama bingung nya harus melakukan apa. Ini untuk pertama kali setelah sekian lama renja bersuara, dan widia berharap ini adalah kemajuan yang baik.

Jika benar renja sembuh dengan jovan, maka widia tak dapat melakukan apapun. Artinya, kedua anaknya memang terikat terlalu erat tanpa ia sadari.

.

.

.

.

.

Berhari hari jovan habiskan di kantor bersama setumpuk berkas tak berguna. Jovan terus berada di depan layar komputernya tanpa beranjak, ia akan mandi 2 hari sekali, atau tidak sama sekali. Ia hanya akan minum kopi, atau soda. Penampilannya yang biasanya rapi kini sepenuhnya berantakan. Begitu juga dengan fisiknya, dalam waktu singkat ia kehilangan banyak berat badannya, bahkan kantung matanya kini hampir mengalahkan panda.

Jovan merasa itu tak cukup, ia ingin bertemu renja, jovan ingin memperbaiki semua ini bagaimana caranya. Namun widia dan damian memintanya menjauh, dan jovan tak punya hak untuk menolak.

Cermin di kamar mandi entah sudah ke berapa kali diganti oleh petugas karna menjadi pelampiasan jovan. Tangan nya yang masih di hiasi luka tak ia hiraukan saat kembali menonjok cermin tak bersalah itu.

Jovan kalut, ia ingin tau keadaan sang kekasih hati yang pasti tak jauh dari kata buruk. Gelisah, marah, semuanya campur aduk. Ia dipaksa pergi setelah membuat kesalahan, ini benar-benar menyiksanya.

Sekarang bayang-banyang bagaimana renja meminta berhenti malam itu mulai menghantuinya. Satu persatu ingatan dimana ia membejati si manis menghantam kepalanya.

Jovan marah kepada dirinya sendiri, ia tak bisa membayangkan bagaimana keadaan renja sekarang.

Jovan ingin pulang, jovan ingin merengkuh tubuh itu dan memohon ampun untuk kesalahannya. Bukan untuk dimaafkan, jovan hanya ingin renja baik-baik saja. Ia akan berdoa semoga tuhan memberikan hukuman yang pantas untuknya, asalkan renja kembali membaik.

Mas ||Noren [ON GOING]Where stories live. Discover now