20. istri pak jovan

2.7K 226 20
                                    

"Pagi pak jovan" sapaan-sapaan singkat jovan balas dengan anggukan, masih setia menggenggam Tangan mungil istri nya sembari berjalan menuju ruangan.

Si manis mendongak menatap wajah jovan dari samping. "Mas sombong deh" celutuknya. Jovan tentu kaget tiba-tiba dikatai sombong tanpa konteks.

Ditekannya angka 10 saat tiba di dalam lift. "Kenapa mas sombong?" tanya nya heran, sembari merapikan rambut istri kecilnya yang berantakan.

"Tadi banyak yang nyapa mas, tapi mas ga jawab, gaboleh gitu"

Jovan tertawa pelan melihat wajah renja yang merengut, pintu lift terbuka dan si dominan masih betah menggenggam Tangan istri nya. Kakinya ia bawa masuk ke ruangan yang menjadi miliknya. "Kalau mas jawab semua, kebas dong mulut mas" tubuh mungil itu ia tuntun untuk duduk di sofa. Satu i-pad yang terletak di meja jovan serahkan kepada si mungil. "Nah, adek duduk manis disini, main game aja biar ga bosen. Mas kerja dulu ya? Mas juga sudah memesan cemilannya Untukmu, kalau lelah katakan pada mas okey?"

Renja mengangguk patuh dengan binar cantik di irisnya. Membuat senyum jovan semakin mengembang. "Pinternya istriku" pipi si manis me-merah, berusaha ia alihkan dengan mulai membuka i-pad yang jovan berikan. Tersedia banyak game Disana, membuat renja merasa antusias.

Jovan berjalan ke kursi kebesarannya, mulai memeriksa berkas-berkas yang Terlihat menumpuk diatas meja. Ia harus menyelesaikan semua proposal proyek yang ia rencanakan agar damian bisa melanjutkannya. Dikarnakan jovan sudah memutuskan akan menetap di singapure untuk waktu yang lama dan mengurus perusahaan disana, dengan Renja pastinya.

.

.

.

.

.

Setelah banyak perundingan, akhirnya dengan berat hati widia melepaskan renja untuk menetap di singapure dengan jovan.

Itu ia lakukan benar-benar dengan sangat berat, walau ia sering meninggalkan renja sendirian dirumah untuk perjalanan jauh, tapi tetap saja kali ini akan berbeda. Namun widia tak dapat menolak saat jovan mempertanyakan apakah ia mempercayai anak sulungnya itu sebagai suami renja. Widia kembali dihantam kenyataan, bahwa kedua anaknya bukan lagi dalam hubungan bersaudara, namun suami istri. Jovan sekarang memiliki hak penuh untuk renja, begitupun ingin membawa renja kemana ia ingin.

"Baik-baik disana, adek harus belajar mandiri ya? Bantuin mas juga ok?" damian dan widia di bandara sekarang, guna mengantar kedua anaknya yang akan pergi.

"Iya-iya, adek bakal belajar kok. Kan mau punya bayi, hehe" widia tersenyum lembut ketika melihat cengiran khas anaknya. Hatinya sedikit tercubit, menyadari anak kecil yang begitu ia sayangi kini akan pergi jauh dan akan segera memiliki bayi.

"Pa, ma, jovan sama renja pergi dulu ya. Terimakasih banyak sudah mau mempercayakanku, jovan janji tidak akan mengecewakan kalian" ujar jovan. Usai berpelukan singkat, ia dan renja benar-benar meninggalkan kedua orang tua mereka. Kini mereka berdua sudah duduk nyaman di kursi pesawat.

"Adek baik-baik aja?" tanya si dominan sembari menghirup wangi surai istrinya.

"Baik! Memangnya kenapa adek ga baik-baik aja?" tanya renja bingung, ia menatap jovan dengan binar kagum. Suaminya itu tampan sekali jika dilihat dari jarak dekat.

"Mas senang adek baik-baik aja. Mas pikir adek bakalan nangis" jovan mengecup singkat pipi renja yang semakin berisi.

Renja tertawa kecil, kegirangan mendapat kecupan dari jovan. Ia sangat menyukai jika jovan menyentuhnya, apalagi dengan sangat lembut "Nangis kenapa?" ia ingin selalu bersentuhan dengan jovan, entah kenapa. Oleh karena itu sekarang tangannya tak bisa diam mengelus rahang tegas suaminya.

Tangan renja yang didekat mulutnya jovan cium sembari memejamkan matanya, menikmati elusan lembut dari tangan kekasih hatinya "Jauh dari mama papa, adek ga keberatan?" jovan membuka matanya, menatap iris indah milik sosok yang kini menjadi istrinya. Iris yang kerap membuatnya jatuh cinta berkali-kali. Iris yang saat pertama kali ia tatap, sudah membuatnya jatuh hati. Jovan memperhatikan tangannya yang menggenggam tangan renja, seketika ia merasa bahwa waktu berlalu begitu cepat, dulu ia juga menggenggam tangan ini, namun tangan ini begitu kecil dan merah. Jovan tersenyum kecil, merasakan perasaan hangat memenuhi relung hatinya. Bolehkan ia menikmati semua rasa bahagia ini?

"Engga, dirumah mama papa juga sering ninggalin adek. Kan sekarang juga adek istri mas, jadi harus ikut kemana mas pergi kan" ujar renja dengan manis. Benar-benar- renja suka sekali membuat hatinya berantakan. Jovan masih belum terbiasa ketika renja menyebutnya suami, jantungnya akan bergemuruh begitu kencang, bahkan senyumnya tak bisa ia tahan. Terlalu membahagiakan untuk ia terima.

"Syukurlah kalau gitu, mas seneng dengernya"

Renja mengangguk dangan senyum yang tak lepas dari bibirnya. Kepalanya ia sandarkan di bahu lebar sang suami. "tidur aja kalau masih ngantuk, nanti mas bangunin kalau udah sampe" ujar jovan lembut. Beberapa jam perjalanan, renja benar-benar tertidur pulas di pesawat. Karna memang menginjak kehamilannya semakin besar, renja semakin mudah lelah dan tertidur. Oleh karena itu pula jovan harus lebih ekstra memperhatikan kesehatan istrinya.

Itulah yang membuat jovan sebisa mungkin membujuk widia agar mempercayakan renja kepadanya, karna jovan ingin bertanggung jawab penuh atas segala keadaan yang renja alami, apalagi selama masa kehamilannya. Jovan ingin menjadi sosok yang mengamati penuh perjuangan renja untuk anak mereka, juga perkembangan bayi mereka sejak didalam perut.

Waktu berlalu begitu cepat, kini mereka sudah didalam mobil menuju apartemen milik keluarga pramana yang berada di singapure.

"Mau makan dulu?" tanya jovan. Renja mengalihkan pandangannya dari jendela, tadinya ia sedang menikmati kerlap-kerlip kota singapure di malam hari.

"Mau! Adek udah laper tau" ujar nya manja, sembari menggusap wajahnya di lengan jovan.

Si dominan tersenyum tulus, "anak papa laper juga ya? Mau makan apa sayang?" jovan bertanya mengusap sayang perut buncit istrinya.

"Iyaa, anak papa juga lapar huhuu" renja yang menirukan suara bayi dengan dramatis sukses membuat jovan tergelak. Tingkah Renja semakin hari semakin manis dan lucu, cukup untuk menghilangkan rasa lelahnya setelah menjalani hari.

"Maaf ya, papa tidak peka" padahal, disepajang perjalanan renja sudah makan. Mulai makanan di pesawat, bahkan sekarang pun renja memangku satu plastik cemilan yang jovan siapkan di tasnya.

"Adek mau makan char kway teow!" ujarnya semangat.

"Char kway teow?"

"Iya! Mie yang mas fotoin dulu! Adek mau coba" ternyata, renja masih mengingat mie yang begitu terkenal di singapure itu, padahal sudah beberapa tahun silam jovan memamerkan mie tersebut lewat foto kepada si manis, cukup mengejutkan bahwa istrinya itu masih mengingatnya.

"Oke sayang, tunggu ya babies, sebentar lagi kita akan makan"

Renja tersenyum girang, ditariknya tekuk jovan untuk mengecup bibir tipis suaminya itu. "Terimakasih papa" sungguh, kasian sekali jantung jovan jika berdekatan dengan renja. Ia merasa menjadi remaja puber yang baru jatuh cinta.

















So sorry kalau kalian ngerasa chapter ini ngebosenin dan flatt, padahal udh lama ga update tpi malah gini. Maaf ya sayang-sayangku, aku cuma berusaha buat ga ngecewain kalian dengan nge-gantung book ini, jadi aku berusaha lanjut sebisa mungkin sampe tamat. Biar aku tenang lanjutin book lain. Jadi maaf kalau kalian kurang puas.

Walau begitu, masih boleh ya aku minta komen dan votenya?

Terimakasihh, babay ☺️🫂





You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 25 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Mas ||Noren [ON GOING]Where stories live. Discover now