09. keterbelakangan

1.9K 167 22
                                    

Renjana sering jatuh sakit seiring ia tumbuh, namun keluarganya selalu mengusahakan yang terbaik dan menjaganya sebaik mungkin. Widia iklas menghabiskan waktunya setiap detik untuk memastikan si kecil baik-baik saja.

Jovan pun, ia akan selalu berada di samping si kecil renja setelah sepulang sekolah. Jovan bisa menghabiskan seluruh waktunya hanya dengan menatap paras indah dari si bayi rupawan itu.

Renja akan jatuh sakit, demam, bahkan begitu sensitif hanya dengan serat kain yang tak cocok untuk kulitnya. Ia mengalami itu selama masa pertumbuhannya. Namun kedua orang tuanya maupun jovan tidak mengeluhkan itu, mereka hanya berusaha yang terbaik, dan bersyukur atas kehadiran si manis.

Sampai usianya 5 tahun, renja tak kunjung bisa berbicara dengan jelas, itu hal pertama kali yang membuat widia ketakutan.

Ia mulai mencarikan dokter pribadi untuk si kecil, dikarnakan juga renja semakin sering jatuh sakit.

Park milan, dokter yang mulai mengawasi perkembangan kecil maupun besar dari pertumbuhan renja.

Hingga saat usianya 10 tahun, hal yang membuat widia takut dan gelisah, puncak dari renja yang sering sakit-sakitan.

Anaknya, di-diagnosis mengidap childish space.

Kelainan yang membuat penderitanya terus terjebak dalam jiwa anak kecil, sulit mencerna situasi, dan mudah terlukai dan terus merasa ketergantungan terhadap orang sekitar.

Itu yang dijabarkan oleh park milan saat itu. Kemungkinan terburuknya adalah renja yang susah beradaptasi saat dewasa. Namun, mereka semua mengusahakan yang terbaik hingga renja bisa tumbuh dengan normal. Betapa bersyukurnya mereka, ketika renja dapat bersekolah dengan teman sebayanya, meski dengan penjagaan ekstra. Renja yang tetap bisa bermain bahagia meski dengan pantauan dari mereka.

Selama ini, semuanya berjalan cukup mulus berkat usaha dari ketiga manusia yang begitu menyayangi renja. Si manis hanya jatuh sakit dan lambat memahami suatu hal tertentu, tak ada yang mengerikan seperti yang mereka bayangkan saat itu. Mereka berhasil menghindarinya dan membuat renja hidup dengan normal.

Tidak masalah dengan sifat manja dan kekanakannya, mereka semua menerima itu dan hanya bersyukur atas keadaan renja yang sekarang.

Namun semenjak jovan pulang, semua memang sudah mengantipasi bagaimana keterbelakangan itu mempengaruhi fase remaja renja. Dan jovan maupun kedua orang tuanya merasa bisa mengatasi itu.

Disaat jovan ingin tau pergaulan si manis, ia malah lengah. Disaat ia merasa ada yang mengancam, ternyata ia sendiri yang menjadi ancaman untuk renja.

Semua kini terasa sia-sia, melihat bagaimana renja hanya dapat duduk di kasur, menolak makan dan disentuh. Semua hancur dalam semalam.

"Sayang, anak mama. . . makan ya?"

Seminggu belakangan, renja bahkan begitu susah untuk makan, ia hanya akan melamun dan menangis. Itu benar-benar membuat widia terpuruk.

Karna keadaan nya seperti ini, ia hanya bisa menyalahkan jovan. Padahal jika dipikir, itu sama sekali tidak membantu.

Widia kembali menangis, renja benar-benar tidak mau menyentuh makanannya.

"Pa, bagaimana. . . kita harus bagaimana?" damian hanya bisa mengusap lembut tubuh dalam rengkuhannya, bahkan ia sendiri tak tau harus bagaimana.

Dokter pribadi renja sudah diberi tau tentang hal ini. Dan kemungkinan penyembuhan si manis lebih lama daripada sebelumnya. Yang renja terima bukan perbuatan sepele, itu akan terus terputar dalam memorinya untuk waktu yang lama, dan itu mungkin benar-benar melukai sisi anak kecil renja.

Mas ||Noren [ON GOING]Where stories live. Discover now