2 | Paduka Sori

842 84 2
                                    

Tak disangka, tempat bernama Puri Pawarangan ternyata berada di dalam Keraton Wanguntur. Di sana, sudah berjejer prajurit Bhayangkara yang membentuk barisan lurus untuk menyambut raja dan istrinya. Paricaraka menaburkan aneka bunga di setiap jalan yang akan dilalui oleh pengantin baru. Hayam Wuruk turun terlebih dahulu dari tandunya, kemudian ia mengulurkan tangannya ke arah Sudewi. Sempat terjadi kebingungan di raut wajah sang putri, tetapi ia tetap menyambut tangan suaminya. Ah, momen ini mengingatkan mereka pada masa kecil. Kala itu, Sudewi dengan terang-terangan menolak uluran tangan yuwaraja. Saat ini, Hayam Wuruk patut berbangga karena hanya tangannya yang akan menjadi pegangan Sudewi hingga akhir nanti.

Maharaja Majapahit dan parameswarinya menapaki satu per satu anak tangga, kemudian memasuki kediaman raja yang megah itu. Dayang Keraton Wanguntur menuntun Sudewi menuju ke patotoyan. Sementara Hayam Wuruk dibantu oleh abdi dalem dan sida. Sekarang mereka berada di tempat yang berbeda sebelum memasuki Puri Pawarangan untuk menghabiskan malam bersama.

Setelah sampai di patotoyan, binar-binar takjub tercetak di wajah putri dari Nagari Wengker tersebut. Paricaraka melepas satu per satu busana yang dipakai Sudewi hingga menyisakan kain tipis yang menutupi bagian intimnya. Kemudian sang dewi dipersilakan memasuki air yang telah disiram dengan ramuan bunga setaman. Harum semerbak menusuk hidung para wanita di sana. Pun, Sudewi berjalan perlahan layaknya seorang bidadari yang membersihkan diri di bawah air terjun. Hanya saja, bidadari yang satu ini berbeda, ia tak perlu khawatir ada pemuda yang berusaha mencuri selendangnya. Benar, tidak ada satu pun pria yang diizinkan masuk.

Salah satu paricaraka mengguyur rambut Sudewi dengan air campuran berbagai bunga. Hanya diam membisu yang bisa ia lakukan. Sang dewi menunduk, dirinya menatap nanar air yang membasahinya. Rasa kagum berganti dengan ketakutan. Apakah malam ini Sudewi akan kehilangan dirinya? Di setiap guyuran air, ia selalu bergidik ngeri. Sentuhan air di kulitnya mampu membuatnya terperanjat. Ah, apalagi sentuhan yang tak diinginkan.

Setelah itu, Sudewi keluar dari area pemandian ke arah kursi kayu. Seorang dayang mengusapkan lulur di tubuh putri bungsu Bhre Wengker. Lulur tersebut berwarna kuning yang berasal dari pasta cendana. Tujuannya adalah untuk menjaga kulit Putri Wengker tetap halus, licin, wangi, dan menggairahkan ketika menunaikan tugas sebagai seorang istri.

Setelah tubuh Sudewi sudah diluluri, paricaraka melakukan pijatan lembut di permukaan kulitnya. Minyak urut yang dipakai untuk memijat terbuat dari minyak kelapa, minyak aroma, kenanga, dan kemenyan. Selang beberapa waktu, Keswari memasuki patotoyan dengan membawa sebuah wadah kecil yang terbuat dari tanah liat. Dari dalamnya, nampak uap-uap yang mengepul hingga menimbulkan bau harum di tempat itu.

Ya, itu dinamakan ratus. Ialah rahasia kecantikan seorang Ken Dedes sebagai wanita yang diperebutkan raja-raja di masa lalu. Bahan-bahan yang dilakukan untuk meratus kewanitaan Sudewi terbuat dari tumbuh-tumbuhan meliputi akar wangi, cendana, kenanga, dan klabet. Wadah untuk ratus diletakkan di bawah kursi yang diduduki Sudewi dengan lubang di tengahnya. Jujur saja, ia sedikit tak nyaman ketika uap-uap menggelitiki pusat kewanitaannya. Ah, menjadi wanita ternyata sesulit ini.

Tak disangka, air mata Sudewi meluruh, melihat hal itu, Keswari mendekatinya sembari berbisik, "jangan khawatir, Putri Wengker. Gusti Prabu tak akan menyakiti tuan putri," tenangnya. Keswari sebagai dayang senior paham bagaimana perasaan wanita muda yang pertama kali akan melayani sang suami.

Sudewi mengusap air matanya. Tidak, bukan Hayam Wuruk yang ia takuti, tetapi dirinya sendiri. Akankah sang dewi merelakan dirinya malam ini? Oh, bukankah itu sebuah tanda bakti seorang istri kepada suaminya? Ingat, Sudewi, Maharaja Majapahit telah menikahimu dengan terhormat, bukankah menyerahkan dirimu sebuah kepantasan yang diterimanya?

APSARA MAJA : SANG PARAMESWARIWhere stories live. Discover now