BUKAN ISTRI KETIGA - Cuplikan Bab 9

571 25 2
                                    


"Yah, emangnya kalo di kantor manggil bosnya tuh Mas, ya? Tante Rahma kan pegawai Papa, kok manggilnya Mas? Kayak Bunda Najla aja. Hihihi." Fadhil tertawa geli sementara Bramantya merasa tertohok sekaligus ingin terkekeh sendiri.

"Ya, kan, bosnya masih muda, Dhil. Ayah masih muda, kan?"

"Iya, sih, tapi Ayah kan bapak-bapak."

Bramantya terkekeh. "Fadhil, Fadhil!"

Sementara itu, diam-diam Rahma tidak langsung ke ruang rawat Teguh, ia memandangi Bramantya dari kejauhan, melihat kehangatan hubungan Bramantya dengan Fadhil yang tak dilepas, terus digandeng di sepanjang lorong.

Memang hebat Mas Bramantya, dia sudah menanggung banyak sekali masalah gara-gara Lena tapi Mas Bramantya masih bisa menyayangi Fadhil dengan tulus.

Rahma terus memandangi Bramantya hingga tak terlihat lagi, barulah ia melangkah menuju ruang rawat Teguh.

Sebelum memasuki ruangan tersebut, Rahma diam sejenak, mengumpulkan kekuatan diri sebelum mengetuk pintu dan melangkah ke dalam sambil mengucap salam.

"Assalamu'alaikum."

Tutiek sontak menoleh, senang melihat Rahma datang. "Wa'alaikum salam! Guh, ada Rahma!" Senyumnya merekah.

Teguh melirik ke arah pintu, menjawab pelan. "Wa'alaikum salam." Ia berusaha tersenyum.

Rahma membalas senyuman Teguh, lalu salim ke Tutiek. Tutiek bergeser dari posisinya di sebelah Teguh dan menarik Rahma ke sana.

"Rahma, kamu bisa tolong temenin Teguh dulu, kan? Ibu laper, pingin beli makan. Belum makan siang. Gapapa, ya? Teguh lagi bagus banget ini kondisinya, seger banget. Jadi, aman kalo Ibu tinggal sebentar."

Rahma terpaksa mengangguk. "Iya, Bu, silakan."


Untuk membaca selengkapnya, bisa ke KBMApp atau ke Karyakarsa. Di Karyakarsa ada VOUCHER DISKON yang bisa digunakan sebanyak 2 kali di 2 bab, berlaku sampai akhir Oktober, kodenya BIK2023. Untuk yang ingin link langsungnya ke dua aplikasi tersebut, reply di bawah ini, nanti saya inbox. Makasih.

ISTRI KETIGAWo Geschichten leben. Entdecke jetzt