Rahma tertunduk sedih. Di hadapannya, Teguh juga tampak menahan gejolak di hatinya.
“Maafin Ayah ya, Kak.” Rahma tak sanggup menatap Teguh. Suasana Idul Fitri yang semestinya bahagia berubah menjadi mendung yang menyelimuti hati Rahma dan pria yang telah menyimpan rasa untuknya sejak mereka remaja.
“Nggak apa-apa, Rahma. Aku paham, memang kewajibah Ayah menuntut aku melamar kamu setelah sepuluh tahun kita jalan bareng. Kamu tenang, ya, aku nggak akan mengingkari janjiku. Kalau sekarang aku belum mampu, aku akan segera memampukan diriku. Demi kamu.” Teguh naik ke atas motornya.
Rahma tersenyum pedih. Teguh berusaha tersenyum menenangkan. Walau sebenarnya Rahma tahu, hati Teguh tak sedamai raut yang ia tampakkan di wajahnya.
“Aku pamit, ya. Assalamu'alaikum.”
“Wa'alaikum salam.”
Lalu Teguh berlalu dari sana dengan hati yang mendung ditemani rintik hujan yang tiba-tiba kembali turun, seakan sengaja hadir demi mengiringinya menjauh dari hadapan perempuan yang telah lama mengisi setiap relung hatinya.
Rahma hanya bisa memandangi dengan kegalauan yang tak berujung. Ucapan Ayah begitu tegas. Ia khawatir, Teguh akan mundur. Padahal, tak ada yang Rahma inginkan selain menghabiskan sisa umurnya bersama pria yang ia yakin akan menjadi imam yang baik untuknya, yang tak hanya akan membuatnya bahagia di dunia, namun juga akan membimbingnya hingga mencapai surga.

YOU ARE READING
ISTRI KETIGA
RomanceTAMAT! Terima kasih sudah sudi mengikuti perjalanan Rahma, Bramantya, Teguh, dan Najla. Terima kasih untuk yang sudah subscribe dan kasih bintang. Semoga Kakak-kakak selalu bahagia. Jangan lupa ikuti sequel-nya, BUKAN ISTRI KETIGA. SEGERA! *** Rahma...