Part 14 - Ancaman ~ You Always In My Mind

82 49 189
                                    

.
.
.

Rio masih betah bersandar ditembok itu, sorot matanya tajam menatap kearah wanita baya bersama dengan kedua tangannya yang kemudian disilangkan di depan dada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rio masih betah bersandar ditembok itu, sorot matanya tajam menatap kearah wanita baya bersama dengan kedua tangannya yang kemudian disilangkan di depan dada. Menambahkannya kesan tegas.

"Aku ingin melanjutkan interogasi yang waktu itu. Kau tidak keberatan 'kan?"

Wanita itu hanya diam menanggapi ucapan Rio. Sepertinya, itu adalah cara paling ampuh baginya untuk menyembunyikan segala rahasia yang ditutupinya. Sesekali, dia menatap pria itu dengan sengit.

"Masih ingat? Bagaimana kau begitu berani menyiksa kakakku?" tanya Rio lagi.

Bukannya menjawab, wanita itu malah memberi lirikan tajam bak elang kepada lawan bicaranya.

"Aku yakin, lidahmu itu begitu sulit untuk digerakkan. Apa kau diancam?"

Seketika, ucapan Rio membuat si wanita paruh baya terlihat sedikit terkejut dengan mata melotot.

"Wah, lihat ekspresi itu! Sepertinya, ucapanku benar?"

Lagi-lagi, wanita paruh baya tersebut kembali melotot, dia masih berusaha menyembunyikan suatu kebenaran.

"Siapa yang mengancammu? Apakah pria itu? Apa kau sengaja menyembunyikannya karena keparat itu adalah suamimu?"

"Jaga ucapanmu!" Akhirnya, wanita itu pun membuka suara. Rio tersenyum.

"Kenapa? Apakah aku tidak boleh mengatakan hal yang sebenarnya tentang dia"

"Kau!"

Wanita itu semakin geram memperlihatkan rasa bencinya pada Rio lewat sorot mata yang keji. Begitupun dengan Rio. Pria itu juga menggunakan sorot mata yang tidak kalah keji kearahnya. Sebenarnya Rio sangat tidak menyukai tatapan keji itu. Terlebih, adalah masa lalunya. Rio masih ingat jelas, bagaimana sang kakak disiksa dengan kejam oleh si wanita paruh baya dihadapannya ini hingga membuat sang kakak menjadi depresi dan membuatnya masuk RSJ. Namun kenyataannya, wanita kejam inilah yang memaksakan Ganis dikekang dalam RSJ tersebut.

Rio bisa saja membalas dendam dan menghabisi wanita ini saat itu juga. Namun, dia juga menyadari bahwa notabenenya yang saat ini adalah seorang polisi, aparat penegak hukum yang tidak bisa menghakimi sendiri.

Ada rasa marah luar biasa yang ingin dia lampiaskan kepada wanita itu. Sudah cukup lama dia menahan gejolak amarah setiap kali mengingat penyiksaan yang dialami sang kakak. Namun, lagi-lagi, dia harus menahan diri. Terlebih, saat dirinya sekarang berada di rumah sakit dan tidak boleh membuat keributan.

Rio jadi heran, mengapa setiap kali wanita itu membuat perkara, selalu saja dirinya yang kebetulan bertugas menanganinya. Hal itu semakin memperuncing kebenciannya dan membuatnya muak. Namun, Rio percaya bahwa kelak akan ada waktunya dia bisa membalaskan dendam dengan tuntas.

"Kau tahu, bahwa kau sudah berada di pihak yang salah, tetapi kau masih saja melakukannya" kali ini Rio memberi peringatan. Namun tidak ada suara lagi dari wanita itu, dia masih saja menatap Rio dengan penuh rasa benci.

You Always In My Mind ~||^ (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang