Berkumpulnya Kembali [ Chapter 2 ]

573 52 5
                                    

















"Weh, kenapa kita ada di sini? Bukannya kita tadi jalan jalan biasa di lorong kelas?" salah satu dari mereka mulai angkat bicara.

"Entah lah gue tadi ngikut doang"

"Shtt...diam" kedua orang yang tadi sempat berbicara pun berhenti melanjutkan percakapan itu.

"Ada apa?"

"Liat itu, mengapa pintu itu di kunci? Apakah ada sesuatu yang di sembunyikan?"

Hening....Mereka pun menatap satu sama lain dan beralih menatap pintu yang di kunci tersebut.







~ •EL Mystery School• ~










Suara langkah kaki pun mendatangi tempat keempat pertemanan itu berada. Langkah demi langkah tersengar di lorong itu, suara yang menggema membuat keempat pertemanan tersebut penasaran. Tetapi mereka tidak berani untuk melihat ke arah belakang dan memastikan siapa sosok yang melangkah mendekati mereka.

"Weh...coba lu hadap belakang liat siapa itu..." Blaze berbisik kepada Taufan.

"Kok gue sih...gue juga takut anjir" Taufan pun membalas bisikan Blaze.

"Huh penakut!"

"Kek lu kagak!"

"Kalian berempat sedang apa di sini?"

"AAAAAA!!!! HANTUUU!!!!" teriak taufan dengan blaze sambil berpelukan.

Halilintar dan Ice sedikit kaget dengan teriakan Taufan dan Blaze. Tetapi setelah mereka melihat sosok yang bertanya tersebut, hati mereka merasa lega karena itu ialah teman semasa SMP nya juga.

"Huh, Gempa? Kau sekolah di sini juga?" ucap Halilintar.

Gempa tersenyum manis kepada mereka berempat, "ya seperti yang kau lihat? Dan bukannya Ice sudah memberitahu mu tentang diri ku yang bersekolah di sekolah ini juga?" tanya nya.

Pertanyaan tersebut di balas dengan sebuah anggukan saja, sekarang gempa beralih fokus ke 2 makhluk yang sedang berpelukan tersebut.

"Taufan? Blaze? Kalian kenapa ketakutan begitu?" pemilik nama tersebut lantas melihat ke arah Gempa.

"Wah! Gempa! Haii!!!" berlari kecil untuk memeluk gempa, ya itu kebiasaan Taufan jika dia sudah lama tidak bertemu dengan teman akrab nya.

Gempa membalas pelukan itu dengan sukarela, senyuman yang mengembang di wajah gempa terlihat sangat manis dan lembut.

Sang pemilik netra orange itu atau biasa di panggil oleh teman teman dekatnya ' kompor gas ' menatap keakraban mereka berdua yang sedang saling berpelukan. Dirinya merasa tidak di anggap, masa mereka Taufan doang yang di peluk dirinya kan juga mau batin Blaze.

"Lihatlah siapa yang cemburu karna tidak ikut di peluk" Blaze yang mendengar perkataan itu langsung menoleh ke arah sumber suara.

"Lu ngejek gue Ice?"

"Bukan ngejek emang kebenaran kan?" senyum remeh terlukis di wajah Ice.

Blaze yang melihat senyuman remeh tersebut mulai naik darah. Padahal itu hanya kata kata sederhana belum sampai tingkat yang lebih tinggi, tapi Blaze udah marah aja. Teman temannya sudah terbiasa dengan Blaze yang gampang marah walau sindiran itu tidak terlalu serius atau hanya di bawa bercandaan saja.

"Lu nyebelin anj!!!"

"Lu nya aja yang emosian, masa gitu doang dah emosi kek lagi pms aja"

"Diem lu! Lama lama gue bakar juga boneka paus lu!" mendengar tentang boneka paus nya itu, Ice langsung berdehem.

"Ekhem, gue udah ga punya boneka itu lagi ya karna sekarang gue udah bukan anak kecil lagi"

"Iyakah? Jangan bilang itu hanya akal akalan lu doang biar ga malu"

"Maksud lu?"

"Lu malu kan karna udah gede masih tidur ama boneka, apalagi itu boneka paus" senyuman itu mulai terukir di wajah Blaze, tetapi senyum kali ini ialah senyum mengejek.

"Sejak kapan?!" tidak terima tentang hal itu Ice langsung menatap lekat wajah Blaze.

"Ga mau ngaku lu? Bilang aja, gue tau lu pasti malu ahahah" Ice yang mendengar tawaan Blaze langsung naik darah.

Ice adalah orng yang tidak gampang marah, dia jarang mengeluarkan emosi marahnya karna dia di kenal dengan sosok yang tenang. Jika dia sudah marah, berarti orang itu mulai keterlaluan pada dirinya yang membuat dia tidak terima.

"Jangan bikin kesabaran gue habi-" ucapan ice terpotong oleh perkataan seseorang.

"Udah gausah berantem, kita baru ngumpul bareng lagi lho masa dah mulai berantem aja" ujar sosok itu yang tidak lain ialah Gempa.

"Kalian yang akur ya, jangan berantem terus ga baik nanti kalo salah satu dari kalian ada yang pergi pasti ngerasa sedih kan?"

Hening....
Perkataan Gempa membuat yang lain terdiam. Gempa yang melihat kejadian itu langsung memasang wajah panik, dia takut kalau kata katanya menyinggung doang lain.

"Tapi, kita akan selalu bersama kan?" Suara itu membuat suasana semakin canggung.

"Tidak ada yang tau bagaimana keadaan kita kedepannya, semoga kita tetap bersama hingga kita lulus SMA" melipat tangan di depan dada yang di lanjutkan dengan tersenyum tipis, Halilintar pun mulai angkat suara soalan pertanyaan ini.

"Gue tau, perasaan lu semua," helaan nafas pun terdengar di sela sela pembicaraan nya.

"Intinya kita ga boleh asing dan saling fitnah, karna itu adalah salah satu dari hal hal yang menyebabkan kita menjadi pisah nanti nya" Taufan menepuk pundak Ice agar sang pemilik netra biru laut ini mulai merasa nyaman dan tenang.

Kata kata itu tidak hanya membuat tenang Ice saja, tetapi yang lainnya juga mulai merasa tenang dengan kata kata tersebut.

"Ya sudah, lebih baik kita kembali daripada terus terusan di sini" ujar Gempa.

Mereka berjalan keluar dari kawasan tersebut. Tatapan Halilintar masih tertuju kepada pintu rahasia yang mereka temukan tadi. Entah kenapa, Halilintar merasa ada sebuah kejanggalan di pintu itu.

Mengapa pintu itu harus di kunci? Dan terkesan tidak di rawat sama sekali? Apalagi daerah di kawasan sekitar pintu itu terlihat sangat gelap. Tidak ada penerangan satu pun, banyak sarang laba laba yang menempel di dinding itu juga. Lorong itu benar benar gelap berbeda dengan lorong yang lainnya

Mereka berempat telah keluar dari lorong gelap tadi. Kini Halilintar mulai fokus kembali pada sekitarnya dan melanjutkan masa pengenalan mereka di lingkungan sekolah.























TBC




Eyyo-! Hai hai!!
Maaf karena ngeup chp barunya kelamaan.
Karna akhir akhir ini gue sibuk di sekolah, dan baru selesai ujian. Jadi maklumin yaa...
Okeh! Tunggu gue di chp selanjutnya ya!
Gue cuman mau ngomong itu doang, dadah!!

EL- Mystery SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang