Dimana Thorn? [ chapter 11 ]

127 17 8
                                    

——————

Tidak terasa sekarang sudah jam setengah 6 pagi. Sesosok remaja kini terlihat sedang menyiapkan buku untuk ia masuk kan ke dalam tas nya di kamar yang bernuansa hitam merah tersebut. Jika di lihat lihat lagi, sepertinya dia baru selesai mandi. Ya, bisa di lihat dari rambut nya yang masih basah.

"Sudah semua, sekarang waktunya untuk sarapan" manik merah ruby itu pun mulai membuka suara. Benar kata orang orang, manik ruby itu memang terlihat sangat indah tetapi bisa juga terlihat sangat mengerikan jika sang pemilik manik tersebut dalam kondisi sedang marah.

Menatap ke arah jendela, matahari pun sudah mulai terlihat. Dengan segera ia pun keluar dari kamar dan mulai menuruni setiap anak tangga yang ada. Dia harus segera sarapan jika tidak maka dia akan terlambat nanti nya.

Ya, Halilintar tinggal sendiri di rumah yang cukup besar ini. Ibu dan ayah nya telah bercerai sejak dia berumur 11 tahun. Setelah perceraian itu Halilintar ikut dengan sang ayah karena hak asuh dia telah jatuh kepada sang ayahanda.

Di sela sela waktu makan nya, tiba tiba saja ada yang menelfon dia. Halilintar tuh tipe yang gak suka di ganggu pas lgi tenang kayak gini. Makanya dia agak kesel pas ada yang nelfon dia secara tiba tiba di sela sela waktu makan nya.

Terdengar sebuah nada dering yang begitu nyaring, sepertinya itu berasal dari handphone nya. "Pagi pagi nelfon, sapa sih yang nelfon jam segini? Ganggu orang lagi tenang aja" Halilintar bergumam setelah mendengar sebuah nada dering itu.

Dengan cepat dia mulai mengambil handphone yang berada di sebrang sisi. Melihat nama dari sebuah panggilan tersebut. Dia sedikit terkejut karena yang menelfon nya saat ini ialah gempa. Bukan karena apa, gempa menelfon itu hanya ada saat membutuhkan sesuatu ataupun terjadi hal hal yang penting.

'tumben banget gempa nelfon' batin nya. Dia pun mulai mengangkat panggilan telefon itu dan mulai berucap."ada apa gem?" Ucapnya dengan nada bertanya.

"Li? Kau tau dimana keberadaan Thorn? Daritadi aku menelfon nya tapi tidak di jawab juga, biasanya kalo dia di telfon tuh langsung ngejawab tapi ini benar benar berbeda dari sebelumnya"

Halilintar yang mendengar kan Gempa dari sebrang telfon itu hanya berdiam sejenak. Tumben sekali Thorn seperti ini, biasanya jika ia di telfon oleh gempa dia mau mengangkatnya.

"Li? Kau dengar diriku atau tidak?"

Yang di panggil pun mulai sadar, dia menggeleng geleng kan kepalanya agar tidak melamun lagi. "Mungkin dia lagi sibuk, jadi gausah terlalu di pikirkan gem"

Di posisi gempa :

Gempa sebenarnya khawatir, akan tetapi dia mencoba menghilangkan rasa ke khawatiran itu. Benar kata hali, siapa tau dia sedang sibuk kan? Atau mungkin hp nya sedang lowbat jadi tidak menjawab panggilan dari Gempa.

"Baiklah, bagaimana jika kita berangkat bersama? Aku akan mengajak Taufan juga" ucapnya dengan nada yang sudah mulai tenang.

"Baiklah, udah lama gue gak berangkat bareng dia"

EL- Mystery SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang