4. Anak baru

20 5 62
                                    

HAPPY READING!

Ina menatap orang yang tadi mengeluh menunggu agar pelanggan tersebut tidak mengucapkan hal-hal aneh. Ina menutup mulutnya saking shocknya terhadap seseorang yang ada di depannya. 

"Kok, bisa ke sini?" tanya Ina dengan suara perlahan. Menahan agar rasa terkejutnya tidak keluar dalam bentuk teriakan. Pelanggan itu tersenyum senang kemudian menunjuk makanan yang ada di atas meja. 

"Satu lagi yang penting masakan kamu." Drana tersenyum membuat Ina membalas senyumannya kemudian mengangguk dan kembali ke dapur. 

Ina masuk ke dalam dapur dan beberapa temannya bertanya sembari masih mengurusi masakan masing-masing. "Gue dipuji, kok. Malah minta makanan lain yang gue masak," ujar Ina membuat teman-temannya senang setidaknya tidak ada insiden dapur yang kewalahan karena protesan masakan yang kurang enak. 

Ina mengambil beberapa tomat dan telur kemudian segera memasak pesanan Drana. Dirinya memesan sup tomat telur di mana ini merupakan makanan favorit sang pacar. Sembari menunggu sup tersebut matang Ina menyiapkan masakan yang dipesan oleh pelanggan yang lain. 

"Ina meja nomor tujuh sudah dibuat?" tanya salah seorang temannya membuat Ina menjawab dengan anggukan kepalanya. 

"Sudah." Ina berjalan cepat dengan langkah besar dan meletakkan makanannya ke atas meja depan agar pelayan bisa segera mengambil. Ina berganti mengambil mangkok dan menuangkan sup tomat telur tersebut ke dalamnya setelah dia rasanya pas tentunya. 

Ina berjalan keluar dan meletakkan semangkuk sup tersebut ke atas meja milik Drana. Drana tersenyum samar di balik maskernya. "Bagaimana, pak enak?" tanya Ina tersenyum menanti jawaban dari sang pacar. 

"Enak. Apalagi saya enggak makan dengan baik kemarin," ujar Drana membalasnya dengan senyuman. 

"Wah, bapak sibuk banget, ya ? Jangan-jangan chat dari pacarnya juga enggak dibaca saking sibuknya?" tanya Ina dengan nada yang penuh penekanan. Dirinya jadi ingat kemarin dia bergadang hanya karena kepikiran oleh Drana yang tidak membalas chatnya.

Drana agak kaget mendengar ucapan Ina. Laki-laki itu langsung mengambil ponselnya dan mengecek aplikasi pengirim pesannya. "Oh, iya. Saya enggak sadar kalau chatnya belum saya baca. Akan saya balas nanti setelah saya menghabiskan sup tomat telurnya. Ini enak sekali," ujar Drana dan dibalas dengan senyuman oleh Ina. Ina sendiri pamit untuk kembali ke dapur karena banyak yang akan dia kerjakan. 

*** 

Makasih sup tomat telurnya 

Maaf ya, enggak bales chatnya semalem

Oh, udah tahu ya kalau aku nanti bakal ke sana buat shooting buat konten promosi film? Padahal mau surprise. 

Aku izin buat enggak bales chat lagi, ya malem ini. Soalnya tadi ketahuan kabur dari tempat istirahat. Love you! 

Rentetan pesan itu membuat Ina tersenyum sampai seseorang menepuk pundaknya. "Di panggil sama Chef Yohan." Ina menganggukkan kepalanya sebagai jawaban segera saja dia menyimpan ponselnya di dalam loker dan menguncinya lalu bergegas ke sana. 

Ina mengetuk pintu kemudian masuk ke dalam. Tampak Chef Yohan dan seseorang yang baru Ina lihat berdiri di sana. Ina tersenyum sopan kemudian bertanya kepada Chef Yohan apa tujuan dia memanggilnya. 

"Ini anak baru yang saya bilang ke kamu tadi pagi. Namanya Benecio. Bisa kamu panggil dia Cio." Yohan mempersilahkan mereka untuk berjabat tangan dan berkenalan. 

"Dazaina. Bisa dipanggil Ina." Ina membalas jabat tangan dari Cio dan tersenyum sopan. Laki-laki itu mempunyai senyum yang manis dengan gingsul yang dia miliki. 

"Mohon bantuannya Kak Ina." Cio tersenyum kembali tampak sangat bersemangat untuk bekerja di restoran ini. 

"Besok Cio akan membantu kamu untuk menyiapkan pesanan. Kamu bisa mengajarinya beberapa hal yang lainnya. Sudah itu saja," ujar Yohan membuat Ina mengangguk paham dan mereka pamit untuk keluar dari dalam ruangan tersebut. 

Setelah keluar Ina tersenyum, "Mohon bantuannya besok. Enggak usah manggil, kak. Ina aja." Cio menganggukkan kepalanya kemudian pamit untuk pulang terlebih dahulu. Ina sendiri kembali ke ruang istirahat dan membereskan tasnya dan ponselnya sendiri. 

Setelah memastikan semuanya aman dan tidak ada yang tertinggal Ina keluar dari ruang istirahat dan menutupnya berjalan ke parkiran motor dan menyampirkan tasnya di stang motor. Mulai mengeluarkan kunci motornya dan menghidupkannya. 

Angin malam yang dingin membuat Ina menyetir motornya dengan perlahan agar angin tidak begitu menerjang tubuhnya sembari dirinya menikmati pemandangan malam yang setiap hari dia lewati. 

"Drana gila juga, ya ? Bisa-bisanya dia kabur ke restoran padahal masih shooting. Kalau ketahuan, gimana coba ?" Ina bermonolog dengan dirinya sendiri dan bergumam. Tidak terasa dirinya mendumel sendirian sampai tidak sadar bahwa dia sudah sampai di rumah. Segera saja dia memarkirkan motornya dan turun dari sana masuk ke dalam beserta dengan helm dan tasnya yang tadi tersampir di stang motor. 

"Ina pulang!" Ina sedikit menaikkan nadanya kemudian menutup pintu setelah dia masuk ke dalam rumah. 

"Hus ! Kebiasaan, loh kalau pulang sukanya teriak-teriak. Enggak baik, ganggu tetangga." Ibunya muncul dari dalam kamar sembari meletakkan jari telunjuknya ke arah bibirnya mengisyaratkan agar Ina mengecilkan suaranya. 

Ina yang ditengur hanya menampilkan deretan giginya yang putih kemudian menyalimi ibunya dengan sopan. 

"Makan dulu, sana. Enggak boleh ribut kalau belum gajian," kata ibunya dengan wajah yang dibuat-buat garang. 

"Berarti tanggal dua pukuh delapan Ina boleh teriak sepuasnya, dong?" tanya Ina nyengir membuat Ibunya kemudian mengangguk. 

"Dilihat, ya waktu tanggal gajiannya baru nanti ibu pertimbangin lagi kamu boleh teriak atau enggak," ujar ibunya kemudian meminta Ina segera masuk ke dalam kamar dan mandi kemudian turun ke meja makan. 

"Bu, ada anak baru, loh di restoran. Ina disuruh bimbing anak barunya besok." Ina memulai pembicaraannya memang anak yang satu ini sangat suka bercerita hal-hal kecil. Kalau Drana bukan orang yang sibuk mungkin akan muak mendengar ocehan Ina setiap harinya. 

"Seumuran kamu?" tanya sang ayah sembari mengambil piring yang sudah diisi oleh nasi oleh istrinya. 

"Ina enggak nanyain umurnya, sih Pak." Ina menjawab sekenanya kemudian menuang air ke dalam gelas miliknya. 

"Namanya Cio. Anaknya kelihatan baik kalau senyum beh, Bu, Pak. Manis banget. Berasa Ina makan pabrik gula di seluruh dunia." Ina terkekeh pelan membayangkan wajah Cio yang tersenyum membuatnya jadi ikut tersenyum saking manisnya. 

"Suka?" tanya ibunya dengan nada menggoda membuat Ina yang tadi masih terbayang senyum manis Cio membuat wajahnya jadi berubah. Ina tahu ke mana arah pembicaraan ibunya kali ini. 

"Enggak. Ibu sukanya gitu, ya. Jangan suka kayak gitu. Ina enggak suka," ujar Ina mendumel kemudian meneguk air yang tadi sudah dituang hingga kandas. 

"Jodoh itu memang di tangan Tuhan. Tapi, kalau kamu enggak berusaha juga jodoh kamu bakal lewat aja," ujar ibunya memberikan wejangan yang setiap hari sama membuat Ina sudah malas mendengarnya. 

"Udah, udah. Makan." Ayahnya menengahi membuat sang ibu hanya menghela napas dan Ina yang sudah menekuk wajahnya. 

***

16 Oktober 2023 

My Backstreet Boyfriend Kejebak di TVWhere stories live. Discover now