6. Perkara gelang

11 4 30
                                    

HAPPY READING! 

Satu orang menghilang membuat puluhan orang kebingungan dan panik. Drana bodo amat dirinya tidak mau lagi menjadi artis rasanya bahkan managernya sendiri belum pernah melihat wajah Ina, namun dirinya langsung menyimpulkan untuk tidak memunculkannya ke khalayak. 

"Gue kangen, In." Drana melempar rerumputan yang tadi dia cabut dengan emosi hingga menjadi potongan kecil. Pria dengan kaos putih dengan kemeja kotak-kotak di luarnya mendumel kesal. Dirinya berada di danau rahasia milik mereka walaupun tidak ada Ina di sini dan sinar matahari sudah mulai menyerang kulit Drana. 

Ponselnya bergetar sedari tadi. Kemeja kotak-kotaknya dia lepaskan dan dia letakkan di sampingnya meraih ponselnya dimana isinya hanya rentetan telepon dari sang manager. 

Lo dimana Drana ? 

Lo kabur lagi?

Gue emang bilang lo bebas bertingkah tapi, enggak ngerugiin banyak orang juga

Drana

Masalah yang lo bicarain tadi malem. Fine! Kita diskusiin malem nanti. 

Ini penawaran terakhir gue. Lo harus dateng ke lokasi shooting kalau mau tawaran ini berlaku. 

Membaca pesan itu membuat laki-laki berkaos putih tersebut beranjak dari tempatnya. Dia melihat ke sekeliling dan pergi dengan motor miliknya. Drana juga berharap tidak ada yang mengenali dirinya. Penyamarannya sudah cukup sempurna. 

Drana melepas topinya setelah dirinya masuk ke area yang aman dan disambut dengan wajah managernya yang ditekuk. 

"Sesuai janji kita bahas nanti," ujar Drana kemudian pergi ke area shooting di mana banyak orang yang sudah menunggunya sedari tadi. 

Manager tersebut menghela napas kemudian menghampiri Drana yang tampak minta maaf dengan alasan yang sampai ke telinga si manager. Pria dengan kemeja hijau tua itu merinding seketika ketika mendengar alasan yang dilontarkan oleh Drana secara mulut. Memang laki-laki itu aktor papan atas bahkan di dunia nyata saja dia pandai sekali mengatur wajahnya menjadi tampak bersalah. 

"Pantesan kemarin dapet penghargaan aktor terbaik. Aktingnya kayak beneran," ujar manager tersebut bermonolog dan pergi menghampiri kerumunan orang yang sudah tampak bersemangat karena kata-kata dan kehadiran Drana. 

Drana duduk di depan kaca untuk mendapatkan riasan agar wajahnya tampak bagus di kamera. Drana tersenyum ke arah sampingnya begitu melihat si lawan main masih setia duduk untuk di rias. 

"Mohon bantuannya nanti." 

"Iya, mohon bantuannya juga Lyra." Senyum dengan mata yang sudah membentuk bulan sabit dilontarkan olehnya membuat Lyra ikut tersenyum. 

***

Shooting -nya sudah selesai dengan wajah yang tampak kelelahan Drana menghampiri managernya meminta sebotol air untuk melicinkan tenggorokannya yang terasa kering. 

"Lo capek?" tanya pria dengan kacamata yang bertengger di hidungnya dengan nada prihatin. 

"Pake tanya lo. Capek, lah." Drana mengomel kemudian meneguk airnya hingga sisa seperempat. 

"Kalau gitu tentang yang kemarin besok aja kita bahasnya," ujar Ardan yang langsung membuat raut wajah pria dengan rambut yang berantakan itu menjadi senyuman. 

"Siapa yang bilang gue capek? Ayo, pulang kita bicarain tentang itu." Drana berdiri dan memberikan botol airnya kemudian mendorong manager yang kira-kira mempunyai umur yang sama dengan si artis untuk segera membereskan barangnya dan pergi dari sana. 

"Emang enggak bisa dihindari, ya ini." Ardan menghela napas kemudian membetulkan kacamatanya yang melorot tersebut. 

Drana merebahkan tubuhnya di atas sofa diikuti oleh Ardan yang membawa barang-barang milik laki-laki yang sudah memejamkan matanya tersebut bukan tidur hanya mengistirahatkan matanya sebentar. 

"Drana bantuin, kek. Semua ini juga barang lo enggak ada yang barang gue." Laki-laki berkacamata itu mendumel dan dijawab dengan gerakan bibir mencibir dari Drana. 

"Enggak usah diberesin mending lo ke sini kita bahas yang kemarin." Laki-laki tersebut sudah berganti pakaian dari awalnya kaos putih yang dipadu dengan kemeja kini dia hanya menggunakan kaos hitam sebagai atasan dan celana panjang sebagai bawahannya kemudian dia mengeluarkan ponselnya dan mencari foto Ina. 

"Gue beresin ini semua dulu biar enak. Lo mandi dulu aja nanti kita ngobrol." Keputusan final sudah dilontarkan oleh Ardan membuat empu yang diminta untuk mandi akhirnya hanya menghela napas dan beranjak untuk mandi melaksanakan perintah si manager. 

Drana mendekati Ardan yang masih berberes kemudian menatap managernya dengan jengkel karena disuruh untuk mandi. "Eh, bentar gue baru sadar lo pake gelang properti shooting?" tanya Ardan begitu menyadari ada sesuatu yang tersemat di pergelangan tangan orang yang berbadan besar, namun sikapnya seperti bayi tersebut. 

Drana tersenyum senang ketika ada seseorang yang menyadari dia memakai gelang sekarang. Ardan terdiam dan menatap Drana dengan lekat tidak bersuara selama beberapa menit membuat Drana jadi canggung karena ditatap seintens itu oleh managernya. 

"Lo ngapain, sih? Merinding gue," ujar laki-laki yang menyentuh lehernya sendiri karena merinding. 

"Gelangnya enggak lo lepas waktu shooting?" tanya dia setelah lama tidak bersuara. Drana menggelengkan kepalanya membuat Ardan melepas kacamatanya dan menekan pangkal hidungnya pusing. 

"Lo mandi gue bakal suruh Lyra buat beli gelang yang sepasang kayak punya lo." Ardan mengeluarkan ponselnya dan langsung direbut oleh Drana yang emosi. 

"Buat apa? Ini gelang gue couple an sama Ina, pacar gue." Laki-laki berkaos hitam tersebut menahan emosinya terlihat dari suara napasnya yang memberat. "Buat apa orang yang bukan pacar gue mau samaan gelang sama gue?" lanjutnya merasa kesal. 

Managernya memasangkan kembali kacamatanya dan menatap Drana. "Publik cuma tau kalau Lyra itu pacar lo sekarang." 

"Sherly sama Bima yang pacaran. Bukan Drana sama Lyra." Laki-laki berkaos hitam itu menjawab dengan tegas menegaskan bahwa yang berpacaran hanya dua tokoh yang kebetulan dibintangi oleh dia dan Lyra. Ardan ingin membalas, namun Drana sudah berbicara lagi. 

"Untuk masalah gelang ini menurut gue enggak bakal ada masalah. Paling mereka cuma bakal heboh antara membuat spekulasi kalau gue punya pacar atau mereka bakal beli barang yang sama kayak punya gue buat ikut couple sama gue." Pria dengan rambut hitam legam tersebut sudah semakin berantakan karena tangannya sedari tadi mengacak-acaknya. 

"Kalau netizen lihat gue couple an gelang sama Lyra itu yang jadi masalah. Pacar gue yang sebenernya bakal sakit hati. Kali ini aja lo enggak usah bertindak sendiri tanpa sepengetahuan gue. Gue mandi." Drana beranjak pergi setelah dia mengembalikan ponsel managernya dengan lemparan mulus ke arah tumpukan baju yang sedang dibereskan oleh Ardan. 

Ardan menghela napas kali ini ucapan Drana benar. Dirinya juga terlalu gegabah dengan panik. Sebenarnya dirinya hanya takut karir yang Drana bangun dari awal runtuh hanya karena satu perempuan yang bahkan Ardan belum tahu bagaimana wajahnya. 

Ketika Drana sudah selesai mandi dan memakai baju berwarna biru muda dan celana santai rumahan Ardan juga sudah selesai membereskan semua barang-barangnya. 

"Gue enggak bilang ke Lyra dan sesuai janji gue kita bahas tentang pacar lo." 

***

24 Oktober 2023 

My Backstreet Boyfriend Kejebak di TVحيث تعيش القصص. اكتشف الآن