14. Postingan Timepedia

9 2 0
                                    

HAPPY READING! 

Perempuan berkuncir kuda tersebut sudah siap untuk pembelajaran melukis hari ini. Senyumnya sudah mengembang begitu gurunya masuk ke dalam ruangan dan menatap gurunya kebingungan karena ada seseorang yang ikut berjalan di belakang sang guru. 

"Selamat pagi anak-anak kita kedatangan teman baru di sini. Silahkan perkenalkan diri," ujar Bu Tia dengan senyumannya mempersilahkan anak baru itu memperkenalkan diri. Ina memperhatikan anak itu, tampak kaku dan canggung serta gaya pakaiannya yang aneh. Dengan cuaca seperti ini dirinya memakai baju lengan panjang dan dirinya hendak melukis? Apa tidak sayang dengan pakaiannya itu ?

"Drana." Suaranya yang kecil membuat Ina dan seluruh orang disana hanya menaikkan alisnya karena tidak mendengar suara dari anak baru tersebut. 

"Hah? Ana?" celetuk seseorang di sana membuat orang lain tertawa karena menurut mereka itu lucu. Anak laki-laki dengan nama Ana yang notabene adalah perempuan.

Anak laki-laki berlengan panjang tersebut hanya mengepalkan tangannya kemudian pamit untuk duduk di tempat yang kosong. Tidak ingin dirinya dipermalukan lebih lama.

"Baik, Nanti kenalan lagi, ya. Ibu berharap walaupun ini tempat les kalian bisa berteman dengan baik," ujar Bu Tia kemudian menarik hasil karya yang akan mereka buat hari ini. 

"Sekarang kalian bisa membuat karya ini, ya. Pertama bahan-bahannya sudah ada di depan nanti kalian berbaris untuk mengambilnya. Oke, ayo maju satu-satu mengantri." Ibu guru dengan kaos berwarna hijau muda tersebut mempersilahkan semua anak mengantri. Dengan cepat mereka berbaris dan menunggu giliran hanya anak baru itu saja yang tidak bergerak dari tempatnya. Dirinya benar-benar tidak mau melakukan apapun di sini dia hanya tidak mau berada di rumah saja. 

"Drana? Ayo ambil juga bahannya." Bu Tia mengangkat salah satu bahan dan dengan terpaksa anak kecil itu berdiri dan mengambil barang yang merupakan bagiannya. Setelah itu, Drana duduk di sana dan hanya diam walaupun akhirnya dia melakukan yang diminta dengan asal-asalan dan tidak niat sama sekali. Bu Tia sering menegurnya dengan menghampirinya dan bertanya apakah ada kesulitan atau tidak, namun selalu dijawab dengan gelengan oleh Drana. 

Sampai akhirnya saat waktu istirahat beberapa minggu setelah kehadirannya seorang perempuan memberikan es batu untuknya dan dia baru sadar memar yang baru saja diberikan sang kakek sudah ada di area punggung tangannya sehingga lengan panjangnya bahkan sudah tidak bisa menolongnya sama sekali. 

"Ayo, diambil. Nanti memarnya enggak sembuh-sembuh, loh." Awalnya Drana enggan, namun perempuan dengan kuncir kuda tersebut memaksanya dan mengajaknya bicara. Pandangan pertama dari Drana tentang perempuan yang baru dia lihat setelah berminggu-minggu di sini adalah cerewet, benar-benar bawel.

"Lo juga enggak punya temen, ya? Memang sih di sini anak orang kaya semua, berkelas semua. Gue kalau mau ngobrol aja takut," ujar Ina kemudian berekspresi merinding. 

Drana hanya diam mendengarkan semua ucapan Ina tanpa menjawab sedikitpun. "Oh, iya nama lo siapa? Gue waktu lo perkenalan enggak denger jelas. Kalau gue Ina." Drana menyambut uluran tangan dari perempuan yang akhirnya memperkenalkan dirinya sendiri. 

"Drana." Ina tersenyum kemudian menatap kesekitar. 

"Lo artis bukan, sih? Eh, tapi kalau artis harusnya lo enggak di sini, sih." Ina berbisik. Bertanya sendiri menjawab sendiri. 

"Gue enggak berharap lo geer, sih. Tapi, ya jujur aja lo ganteng banget cocok kalau jadi artis. Coba deh nongkrong di studio TV pasti nanti lo direkrut sama orang sana." Ina berbicara dengan semangat membuat Drana hanya menatapnya dengan tatapan datar. 

***

Drana mengepalkan tangannya dan memberikan kembali kertas di sana dan meminta Ina untuk menandatanganinya. "Maaf, In." Ina yang baru saja menandatangani tersenyum kemudian menggelengkan kepalanya. 

"Aku juga udah mau tanda tangan dari tadi. Lagian ngapain minta maaf?" tanya Ina kemudian tersenyum, menggengam tangan Drana yang masih mengepal. 

"Wishlist." Drana berbicara dengan nada pelan sampai hanya Ina saja yang bisa mendengarnya. Ardan sendiri jadi agak merasa bersalah setelah dirinya mengungkit nama sang kakek di sini untuk mengancamnya, namun bagaimana lagi dirinya hilang akal sejenak tadi. Tidak tahu harus bagaimana membujuk anak tantruman tersebut. 

"Bisa kapan-kapan, Drana. Jangan terlalu gegabah dan memaksa, oke. Aku enggak masalah kok backstreet kayak gini." Ina masih menggengam tangan Drana diiringi dengan senyuman. Lagi pula dirinya ini juga tidak tahu dikehidupan lalu melakukan perbuatan mulia apa sampai dirinya bisa pacaran dengan artis papan atas ini. 

"Udah, kita ada jadwal selanjutnya dan lo Ina harus kerja juga, kan?" tanya Ardan memecahkan suasana yang romantis. Drana jadi kesal kembali walaupun dirinya harus menuruti perkataan managernya kembali. Ina memeluknya kemudian keluar bersama dengan sang manager agar tidak ada rumor yang beredar. 

***

***

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.


Dazaina_Sin Thank you atas kedatangannya! Ganteng banget 😭😭😭@Dranaanard_


Setelah melakukan hal yang bisanya tidak bisa Ina lakukan akhirnya dirinya bisa melakukannya. Bahkan itu sampai membuat ponselnya tidak berhenti bergetar karena notifikasi yang menyerbu postingannya tersebut. Ina tersenyum ketika Drana meng- like postingan tersebut dan memberikannya komentar. Hal yang tidak pernah bisa dia lakukan dari dulu. 

Dranaanard_ Makanannya enak banget! Favorite deh! 

Ina tersenyum terus menerus sampai dirinya tidak jadi untuk mengganti pakaiannya untuk pulang. 

"Heh, sadar. Udah mau pulang bukannya cepet ganti malah senyum-senyum sampai gigi kering." Gista menyenggol Ina ketika melihat perempuan itu tidak mengganti pakaiannya sedari tadi padahal dia sudah berdiri di sana selama lima belas menit lamanya. 

"Ngapain sih dari tadi? Sibuk bener perasaan." Gista melihat ke arah Ina sembari mengambil tasnya dan bersiap pulang. 

"Habis posting foto sama Drana, mbak. Terus di- like sama di komen dong." Ina dengan semangat menyodorkan ponselnya dan diterima oleh Gista. 

"Anjir ponsel lo kayak alarm adek gue kalau pagi geter terus." Gista terkejut begitu dirinya memegang ponsel Ina. Perempuan yang sedang melepas celemeknya kemudian tertawa kecil. 

"Maklum, mbak fans-nya langsung nge-spam di Timepedia gue. Tapi, ga masalah siapa tau nanti gue jadi artis terus bisa nikah deh sama Drana." Ina menjawab dengan semagat membuat Gista menghela napasya. 

"Gue capek denger ucapan yang mirip-mirip gitu. Enggak di rumah enggak di tempat kerja orang sekitar gue halunya sama Drana terus. Cari artis lain, napa sih?" Gista berujar frustasi membuat Ina tertawa melihat waja frustasi temannya tersebut. 

Gista kemudian pamit untuk pulang duluan dan Ina juga segera mengganti pakaiannya dan keluar dari ruang  ganti untuk segera pulang. Dirinya dikejutkan dengan kehadiran Cio yang tampak sudah menunggu dari tadi. 

"Enggak pulang, Ci? Nungguin apa? Gajian?" tanya Ina bercanda membuat Cio menjawabnya dengan gelegan kepala. 

"Enggak. Nungguin lo. Ayo pulang bareng," ujar Cio dengan senyum manisnya membuat Ina menatapnya dengan kebingungan. 

***

25 November 2023 


My Backstreet Boyfriend Kejebak di TVOnde histórias criam vida. Descubra agora