9. Ritual Drana

11 2 0
                                    

HAPPY READING!

Ina keluar kamar dengan senyum yang mengembang membuat orang tuanya, terutama ibunya menatapnya dengan sinis.

"Udah berapa lama bohongin ibu sama bapak?" tanya ibunya membuat senyum Ina pudar.

"Ina udah jujur, tapi ibu yang enggak percaya. Selalu dikira halu sampe Ina capek sendiri," ujar Ina sewot, tidak terima dirinya dikatain tukang bohong oleh ibunya.

Perempuan dengan kemeja putih dan rok setengah lutut tersebut duduk dan mengambil nasi putih hangat yang ada di dalam rice cooker.

"Punya cowok artis, kok enggak dipamerin. Malah disembunyiin, mana kamu juga ga pernah bawa dia ke ibu. Mana ada orang yang percaya kalau kamu pacarnya," ujar sang ibu sembari meletakkan sayur sawi yang sudah ditumis ke piring anaknya.

"Takut, lah bu. Diserang sama fans nya. Kayak, enggak tau aja kalau Drana seganteng itu, nanti kalau netizen tau Ina dilempar telur gimana?" tanya Ina membuat ibunya berkacak pinggang sembari memegang sendok sayur.

"Telur sekarang mahal kenapa mereka rela buat lempar kamu pakai itu? Suruh energen buat kasih ke ibu aja, nanti ibu buatin telur dadar sampai mereka bisulan." Ibunya berbicara dengan nada marah membuat Ina menaikkan alisnya.

"Netizen, bu. Netizen bukan energen. Kalau energen, minuman sereal tiga ribuan." Ina menggelengkan kepalanya heran dengan ucapan ibunya.

"Sudah-sudah makan. Nanti terlambat, loh." Bapaknya melerai sembari meneguk kopi hitam buatan ibunya. Ina mulai makan dalam diam tidak ingin berbicara saat makan, takut tersedak.

Setelahnya perempuan dengan kemeja putih tersebut berpamitan dan beranjak pergi. Suara lipatan koran mengisi ruangan tersebut.

"Ina pacaran sama artis?" tanya pria bersarung kotak-kotak tersebut dan menatap istrinya.

"Iya, kemarin ibu juga baru tahu." Wanita paruh baya itu duduk setelah membereskan makanan yang masih tersisa. Mereka akan memakannya untuk nanti siang.

"Kapan ketemunya?" tanya bapaknya membuat ibunya menatap suaminya tersebut dengan kesal.

"Tadi waktu ada anak kamu. Kenapa enggak tanya? Tanya sama dia sendiri," kata si ibu garang. Dia jengkel dengan suaminya yang tidak pernah mau berkomunikasi dengan anaknya. Sering kali istri yang bertanya padahal itu semua pertanyaan dari sang suami.

"Ya, kamu kan sekalian ngobrol. Aku, kan ga tau apa-apa. Aku buka tokonya dulu," ujar sang suami kemudian membenarkan sarungnya dan beranjak keluar untuk membuka toko kelontong kecilnya.

***

Ina menatap ke arah cermin merapikan rambutnya terus menerus membuat gista muncul di belakang Ina membuat Ina yang fokus menatap cermin jadi terkejut.

"Gue tau idola lo mau dateng. Tapi, cerminnya jangan diembat sendiri." Gista berbicara dengan nada datar membuat Ina nyengir kuda dan bergeser agar Gista dapat berkaca juga. 

"Minta tanda tangannya Drana boleh berapa kali, sih?" tanya perempuan dengan rambut yang diikat satu itu sembari membenarkan bajunya sendiri.

Mendapat pertanyaan yang tidak biasa itu Ina jadi menatap Gista dengan kebingungan. "Tumben?" tanya Ina. Secara temannya itu dari awal selalu bilang kalau tidak menyukai Drana, namun sekarang malah bertanya tentang  tanda tangan Drana.

"Adek gue. Sama kalau boleh minta tanda tangan banyak gue mau jual lumayan." Gista berbicara dengan jujur membuat Ina mengeplak temannya itu dengan tenaga yang tidak terlalu besar, namun membuat temannya terkejut.

"Ilegal jual tanda tangan gitu, dosa." Ina memperingati membuat Gista mendumel, mengejek Ina yang tampak tidak setuju dengan ucapannya.

"Biarin. Nanti mintain tanda tanganya, ya. Adek gue merengek kalau misal ga ada tanda tangannya dia bakal ngikutin gue selamanya. Ngeri banget." Gista merinding sendiri saat berbicara hal tersebut membuat Ina terkekeh.

"Minta sendiri. Gue juga nanti mau minta," ujar Ina kemudian melihat penampilannya hari ini dan pergi ke luar untuk briefing seperti biasa.

Di sisi lain Drana duduk di pinggiran kasur setelah dibangunkan oleh Ardan dengan amukan supernya. Persetan tentang jadwal hari ini. Drana tidak peduli, tubuhnya remuk saat adegan main film kemarin. Pikirannya hanya tidur, tidur dan tidur.

"Gue udah capek buat bikin lo bangun. Tapi, gue mau ingetin hari ini jadwal lo ketemu sama Ina. Jadwal lo ganti kemarin subuh, emang sialan itu produser." Ardan mengumpat, namun Drana tidak peduli. Matanya langsung membelak terbuka ketika nama Ina disebutkan.

Suatu kata mujarab yang membuat cowok dengan wajah kusut itu bangun dan langsung bergegas untuk mandi. "Ardan siapin baju terbaik gue!" Drana berteriak dengan semangat membuar Ardan cengo melihat perubahan sikapnya.

"Gila, pengaruhnya Ina sekuat itu? Kenapa enggak dari dulu gue pake aja itu nama. Bagus, anak itu bisa lebih nurut sama gue akhirnya." Ardan bermonolog kemudian mengambil pakaian yang disesuaikan oleh film yang dia mainkan.

Ardan menyiapkan perlengkapan Drana untuk sehari ini. Entah apa yang dilakukan Drana hingga selama ini. Biasanya laki-laki itu mandi dengan cepat bahkan bebek saja kalah, namun kali ini berbeda dirinya benar-benar sudah menghabiskan waktu hampir satu jam bisa-bisa mereka akan telat datang karena ulah Drana lagi.

Ardan menggedor pintu kamar mandi dengan khawatir jangan-jangan artisnya itu pingsan dan tenggelam di dalam bath up atau sejenisnya. Sangat mengkhawatirkan.

"Diem Dan. Buset bawelnya enggak ketolongan." Drana berteriak dari dalam kamar mandi membuat Ardan menghela napas tenang untung tidak terjadi apapun terhadap artis papan atas tersebut.

"Buruan. Nanti kita telat. Si Ina bakal nunggu lama gara-gara lo mandi, doang. Mandi apa coba lama banget. Kulit lo sikat satu-satu atau gimana?" Ardan mencibir membuat Drana jadi punya ide untuk menggosok badannya menggunakan sikat.

"Makasih, loh idenya." Drana berteriak senang membuat Ardan tidak habis pikir.

"Woi, gue enggak nyuruh lo buat bertingkah, anjir lah. Gue juga kenapa malah ngasih ide ga jelas begitu, sih?" Ardan benar-benar menepuk jidatnya dengan penuh penyesalan.

Drana keluar setelah satu setengah jam. Bahkan saat keluar aroma sabun menyapa indra penciuman Ardan. Drana disambut dengan wajah yang tertekuk dari Ardan. Memang selama apa sih dia mandi? Sampai wajah sang manager benar-benar kusut.

"Wajahnya santai, dong. Gue juga mandinya cuma sebentar." Laki-laki tersebut sudah memakai kaos yang disediakan oleh Ardan dan celana jeans miliknya.

"Satu setengah jam. Cepet?" Ardan menaikkan nada suaranya kemudian menghela napas.

"Kita berangkat. Udah telat pake banget. Pacar lo udah sekarat mungkin nungguin lo dateng sekarang." Laki-laki berkacamata itu menenteng semua bawaan yang sudah dia siapkan sembari meredam emosinya sendiri.

Drana tidak peduli. Dirinya malah asik menyemprot parfum dan menata rambutnya. Dirinya harus tampil semaksimal mungkin agar Ina jatuh cinta terus kepadanya.

"Ina, Drana datang kepelukanmu!" Drana berteriak kemudian berjalan keluar dari apartemen miliknya. Untungnya apartemen tersebut kedap suara sehingga suara teriakan Drana tidak terdengar oleh siapapun.

***

5 November 2023

My Backstreet Boyfriend Kejebak di TVWhere stories live. Discover now