ATMA 2

77 18 2
                                    

Hai teman-teman 🤗
Kembali lagi di tahah perlawanan.

Bagaimana kabar kalian semua, apakah sehat?

Oh ya sebelum mulai baca, seperti biasa jangan lupa komen👉
Like dan ikuti cerita ini sampai akhir ya teman-teman☺️

Jangan lupa juga buat semangatin Authornya, biar semangat nulisnya. Hehehe..🤭

Koreksinya tetap di tunggu ya teman-teman,
Author siap nyatat dan siap laksanakan 😅

Okey happy reading guys

*
*
*
*

"Cerdas itu bukan hanya perihal gelar, tapi berlandaskan seberapa besar kemauan. Bahkan rumah bisa menjadi bangku pendidikan jika ada kemauan. Karena orang yang menempuh pendidikan tinggi di luar sana juga tidak akan bisa sampai pada tujun mereka jika tidak di dasari dengan adanya kemauan."

_Khania Anindya Rahayu.


02. AWAL MULA TRAGEDI 15 MEI.

Hari itu kira-kira pukul 10:00 segerombolan pemuda pemudi menyusuri hutan di pimpin oleh Taufan Daru Aksana dengan membawa golok, yang di gunakan untuk memetik buah-buahan yang nantinya di jadikan bahan membuat Rujak sebagai jaminan rapat malam nanti, begitu kata Anantara.

"Sa... Yang manjat pohon kelapa kamu ya!" seru Anantara.

"Wah cari mati dia, Sa!" sahut Arutala mengompori. "Bantai Sa... Bantai," lanjutnya

"Kayanya Anantara mau cosplay jadi Anoa nih," ucap Delisa dengan raut wajah datarnya sambil menatap tajam Anantara.

Anoa adalah hewan hutan khas Sulawesi. Bentuknya seperti kerbau berukuran kecil dengan tinggi sekitar 1 m yang hidup di pedalaman hutan. Anoa memiliki nama latin  Bubalus Depresicornis. Anoa juga merupakan salah satu hewan langka yang hampir punah akibat perburuhan liar.

"Wah enak tuh. Ehh... tapi tidak jadi Ah... Anantara kan jarang mandi," kekeh Aiman.

"Jangan salah, Man. Anantara mandinya pake Molto," timpal Iswa.

"Pake air keras dong, biar pro!" sambung Daini.

"Pak Ketum, sepertinya mereka berkonspirasi untuk membunuh saya," ucap Anantara memelas.

"Sudah. Ikhlaskan saja."

"Pak Ketum diam-diam menyetujui," ucap Sultan sambil terkekeh.

"CUCUR UDAH LANGKAH BRO!!" teriak Seggaf yang berjalan di belakang.

Belum puas megerjai Anantara, kesunyian hutan itu seketika di pecahkan oleh suara nyanyian orkestra tunggal Atma Nara Garuda dengan Iswa sebagai vokalis utama. Lagu Band Ungu kini ternodai sudah oleh cengkok geregaji milik Iswa. Jika saja hutan itu punya telinga, pasti dia sudah tuli mendengar nada khas Iswa yang mirip seperti pelari yang suka lari-lari itu.

Mati... Tak bisa untuk kau hindari, tak mungkin bisa engkau lari, ajalmu pasti menghampiri...

Ho... o... o... Mati... Jangan menunggu nanti-nanti, hari ini pastikan kau dapati,

Delisa siap menghabisi...

***

Setelah beberapa menit menyusuri hutan dengan drama pelenyapan dan konser tunggal yang menampilkan suara serak-serak jahannam milik Iswa yang hampir membuat Anantara depresi. Akhirnya mereka menemukan buah-buahan yang mereka cari.

𝐒𝐀𝐓𝐔 𝐀𝐓𝐌𝐀Where stories live. Discover now