ATMA 10

22 14 2
                                    

Kehilangan cinta bukan akhir dari segalanya, masih ada cinta sahabat yang akan ada selamanya.

_Khania Anindya Rahayu.

10. LET'S MOVE ON

Setelah malam yang panjang, fajar pun tiba. Suara nyaring ayam jantan membangunkan seluruh Anak-anak Atma dari yang tidur pulasnya. Meskipun begitu ada juga sebagian yang melanjutkan tidurnya, bahkan ada yang bangun kemudian malah bersujud di atas bantal .

"Huahh, sudah pagi rupanya ... eh Pak Ketum, tumben jam segini sudah bangun," ucap Anantra.

"Iya, semalam saya tidak bisa tidur," jawab Taufan.

"Pagi semua!" ucap Kiara yang baru saja keluar dari kamar.

"PAGI BU DOKTER!!!" jawab Anak-anak Atma .

"Emn ... Kak Taufan! Ini jaketnya, terimakasih sudah meminjamkannya," ucap Kiara mengembalikan jaket Taufan.

"I-iya sama-sama!" ucap Taufan menerima jaket dari tangan Kiara.

Saat hendak memberikan jaket itu, Kiara menyadari tangan Taufan yang di penuhi bintik-bintik merah akibat gigitan nyamuk semalam. "Loh, tangan Kak Taufan kenapa merah-merah seperti ini? Pasti Kak Taufan di gigiti nyamuk semalaman," ucapnya ikut duduk bersimpuh sambil memegang tangan Taufan, lalu memperhatikan dengan seksama bintik-bintik merah itu.

"Tidak apa-apa, Kiara ini sudah biasa. Saya pernah menghadapi yang lebih parah dari ini sewaktu saya sedang mendaki gunung," ucapnya menenangkan Kiara.

"Tapi Kak, ini harus segera di obati. Bagaimana kalau Kakak terkena DBD ... sampai merah-merah seperti ini loh." Kiara begitu terlihat khawatir, melihat keadaan Taufan. Bintik-bintik merah itu terlihat jelas di kulit putih milik Taufan.

"Tidak apa-apa Kiara ... sebaiknya kita bersiap untuk menjalankan rencana kita ... Delisa siapkan segala yang di perlukan," ucap Taufan mengalihkan topik agar Kiara tidak semakin merasa Khawatir.

"Kakak Dokter, biar saya antar pulang, Kakak juga harus bersiap-siap kan!" ucap Fahman.

"Tapi Kak Taufan--"

"Tenang Bu Dokter!  Pak Ketum biar kami yang urus," seru Khailas.

"Emnn ... ya sudah kalau begitu. Kak Khailas titip Kak Taufan ya! Jangan lupa bintik-bintik merahnya di obati. Saya pergi dulu, nanti saya akan kembali ke sini lagi," ucap Kiara.

"Iya," ucap Taufan.

"Siap Bu Dokter!" sahut Khailas.

Kiara pun kembali ke Polindes untuk bersiap-siap, diantar oleh Fahman menggunakan motor beat berwarna hitam milik Safwa.

"Hufff ..." Taufan menghela nafas lega, dadanya hampir meledak saat Kiara memegang tangannya tadi. Untung saja ia bisa menyembunyikan itu dari Kiara.

"Bagaimana rasanya di pegang Ibu Dokter?" goda Safitra.

"Wangi!" ucap Taufan sambil mencium bekas tangan Kiara di pergelangan tangannya.

"Wah. ini sih fix, kita akan dapat Kakak Ipar," celetuk Anantara.

"AMIIN!!!" seru Anak-anak Atma.

"Kak Taufan... Kakak tidak apa-apa," ucap Iswa mengulangi adegan Kiara dan Taufan beberapa menit yang lalu.

"Kalau Kiara nya begini, mending saya bunuh diri," ucap Taufan meghalau Iswa dengan tangannya sambil tergelak.

"Belum cuci muka dia Pak Ketum," celetuk Sultan yang baru saja bangun dengan rambut berantakannya.

"Makannya itu ...."

𝐒𝐀𝐓𝐔 𝐀𝐓𝐌𝐀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang