ATMA 7

44 23 1
                                    

Halo guys balik lagi di tanah perlawanan 🤗

Yang masih setia nunggu makasih ya, moga dapat jodoh ganteng kek Bang Aqsa dan Pinter kaya Rahayu 🤭

Sebelum lanjut baca jangan lupa vote, follow, dan komen di part-part yang kalian suka hokeh 👌

Okeh happy reading guys

*
*
*
*
Sebelum ingin memerdekakan Negri. merdekakan dulu diri. Merdeka dari hasrat, merdeka dari harta.

_Daini Nayaka Putri.

07. PERIHAL GELAR

Tidak terasa satu Minggu telah berlalu semenjak peristiwa di temukannya Kirana. Namun walaupun begitu, Taufan dan teman-temannya belum juga mendapatkan informasi mengenai Pak Rahman, sebab semenjak keluar dari rumah sakit Kirana enggan membuka suara meskipun telah berulang kali Taufan dan teman-teman menanyakan tentang peristiwa di Minggu lalu.

Seiring waktu berjalan kini buldozer dan pekerja suruhan Mr. Robert Van Houten sudah mulai mengali area yang akan di jadikan tambang itu. Hal ini membuat kecemasan di hati anak-anak Atma semakin memuncak sebab sampai saat ini mereka belum juga menemukan bukti tentang Identitas asli Mr. Robert Van Houten, di tambah gemingnya Kirana yang membuat mereka semakin sulit menemukan cela mendapatkan bukti-bukti untuk melawan Mr. Robert yang kini sudah mendapatkan dukungan penuh dari masyarakat.

"Sultan! Bagaimana ini, apa yang harus kita lakukan untuk menghentikan pembuatan tambang itu?" tanya Taufan gusar.

"Saya juga belum menemukan jalan keluarnya, Pak Ketum."

"Untuk saat ini, kita hanya bisa mengintai dari jauh. Sementara itu Delisa juga sudah bekerja semaksimal mungkin memecahkan kode untuk masuk ke data milik Mr. Robert Van Houten, tapi dia belum juga berhasil sampai saat ini," timpal Aqsa.

"Yang membuat saya merasa heran, kenapa Kirana begitu kukuh pada pendiriannya untuk tidak membuka suara perihal peristiwa di malam itu. Bahkan dia tidak mau juga memberikan alamat atau nomor yang bisa di hubungi untuk bisa mengkonfirmasi perihal pembangunan tambang ini kepada ayahnya. Entah kenapa saya merasa Kirana sedang berada di bawah tekanan, sehingga dia enggan mengatakan yang sebenarnya kepada kita," ucap Taufan menebak-nebak.

"Apa mungkin, ada yang mengancam Kirana ... sehingga, dia tidak mau jujur kepada kita," celetuk Sultan.

"Itu mungkin saja. Tapi siapa yang mengancam dia?"

"Mungkin saja ini ada hubungannya dengan orang-orang amoral yang berusaha melecehkan Kirana pada malam itu," timpal Aqsa.

"Bisa jadi ...."

Tut ... tut ... tut....

Disela-sela perbincangan serius ke tiga pemuda itu, tiba-tiba panggilan masuk tertera di layar ponsel Aqsa dari nomor yang tidak di kenali.

"Telepon dari siapa ini ... nomornya tidak di kenal."

"Terima saja, mungkin itu panggilan penting. Atau bisa jadi itu berkaitan dengan pak Rahman," ujar Taufan.

"Emnn ... ya sudah, saya angkat dulu, mungkin saja ini penting seperti yang Pak Ketum bilang," ucap Aqsa beranjak dari tempat duduknya.

"Ia. Silahkan."

Aqsa segera mencari tempat yang nyaman untuk menerima panggilan itu.

"Halo, saya sedang bicara dengan siapa ya?"

𝐒𝐀𝐓𝐔 𝐀𝐓𝐌𝐀Where stories live. Discover now