ATMA 17

15 8 2
                                    

Holla Guys balik lagi di Tanah perlawanan!

Maap lama up-nya, author lama nungguin Wahyu😅

Lagi pula lemes BESTie, nggak ada yang nyemangatin🤣
Apalagi kalau kalian nggak komen dan vote... Lengkap sudah penderitaan Author🥺

Jadi Vote dan komen yah guys☺️
Okehhh lanjutt...

Happy reading guys

*
*
*
*

"Apakah setiap yang bersuara harus tenggelam? Apakah samudera pemerintahan begitu kejam?"

_Taufan Daru Aksana.

17. DANUH X SAKHA ADHITYA BUANA

Semua mata kini tertuju pada Aqsa, yang baru saja mengatakan bahwa dia tahu sesuatu tentang siapa Danuh ini sebenarnya.

"Awas ya Bang Aqsa! Kalau kali ini Bang Aqsa kasih teori panjang kali lebar kaya Daini tadi, beneran ku taro air laut nanti makanan Bang Aqsa!" ancam Delisa.

"Kali ini Abang serius, Sa!" jawab Aqsa.

"Ya sudah! Sekarang jelaskan!"

"Jadi begini, Sa ... dari tadi Abang ikut berpikir tentang siapa Danuh ini sebenarnya. Dan, Abang merasa nama Danuh ini seperti tidak asing di telinga saya, Delisa ... Pak Ketum! Ternyata, setelah saya ingat-ingat lagi, itu memang benar. Ternyata saya perna mendengar nama itu sewaktu saya masih menempuh pendidikan di kampus," ucap Aqsa.

"Maksudnya, di kampus?" tanya Taufan.

"Ia Pak Ketum! Waktu saya ada di kampus, saya pernah mendengar anak-anak dari fakultas hukum sedang memperbincangkan nama itu!"

"Saya semakin tidak mengerti apa maksud kamu Aqsa," ucap Taufan semakin bingung, ia kemudian memperbaiki posisi duduknya untuk menelaah dengan baik ucapan Aqsa tadi.

"Jadi begini, di dalam perbincangan itu, mereka mengatakan bahwa Danuh itu merupakan senior kampus dari fakultas hukum angkatan 1997. Sejak dia lulus, dia menjadi seorang aktivis yang kerap kali aktif dalam menyuarakan tentang hak asasi manusia. Hingga pada suatu hari dia di kabarkan hilang disebuah pedesaan dan akhirnya dinyatakan meninggal pada tahun 2005 dengan isu konflik politik dan dalih pengancam kedudukan pemerintahan. Pasti Pak Ketum pernah mendengar kisah itu!" jelas Aqsa.

Taufan terdiam sebentar mencoba mengingat apakah dia pernah mendengar kisah itu. Setelah beberapa menit berfikir, seketika ingatan itu muncul.

"Ya, kamu benar Aqsa! Sekarang saya ingat. Saya juga mempunyai teman dari fakultas hukum yang pernah berbicara tentang hal itu kepada saya sewaktu saya masih kuliah. Tapi seperti yang di katakan Daini tadi, Nama Danuh itu hanya merupakan julukan untuk dia. Kalau saya tidak salah mengingat, nama orang itu adalah ... Sa ... tunggu, saya lupa. Siapa ya?" ucapan Taufan seketika terjeda, ia mencoba mengingat kembali lanjutan dari kata yang hilang dari ingatannya itu.

Aqsa yang mulai serius, kini ikut berfikir tentang nama itu sama seperti Taufan. Hingga akhirnya beberapa detik kemudian keduanya mengingat nama orang itu, lantas menyebutkannya secara bersamaan.

"Sakha Adhitya Buana!" celetuk keduanya sambil saling menunjuk satu sama lain.

"Tapi kenapa berita sepenting itu tidak ada di koran ataupun berita? Bahkan tidak ada sama sekali di internet," ucap Khailas.

𝐒𝐀𝐓𝐔 𝐀𝐓𝐌𝐀Where stories live. Discover now