16. Jalan-Jalan

312 27 0
                                    


kini mereka sedang menikmati waktu untuk bersantai di pantai. menikmati hangatnya matahari ketika menyentuh kulit mulus mereka.

"lo mau kelapa ga? " tanya adel, ia terbangun.

"mau mau, lo ya yang beli hehe"

Adel berdehem, kemudian berjalan pergi menghampiri penjual es kelapa.

"bang, dua ya"

"siap neng"

anggep aja mereka ngomong pake b inggris

Sambil menunggu, adel mengamati area sekitar.

"neng ini kelapanya!! " teriak abang penjual kelapa.

Setelah bersenang-senang, mereka memutuskan untuk main ke mall. sekalian belanja-belanja.

"del beli itu yuk"

"ga ah jelek"

"kalo itu"

"terlalu menye-menye"

ara menatap tajam adel

"terus mau lo apa"

Adel duduk, mendongakan kepalanya menatap ara "mo makan"

ara mengacak rambutnya frustasi

"gw mau beli baju del" rengeknya

"yaudah lo beli baju aja sana ma chiko. gw mau makan" ia berlenggang pergi menuju resto yang ada di dekat sana. 

Selagi menunggu pesanan datang, ia memberi pesan pada adendra.

Dendra

ara sama chiko ke toko baju, gw lagi di resto XXXXX

otw kesitu

oke

Adel mematikan ponselnya, tak lama kemudian dendra datang dengan senyum manisnya.

pria itu menatap adel dengan pupil mata yang membesar,  menatapnya dengan tatapan teduh di waktu yang bersamaan. Seolah ada perasaan rindu di dalamnya.

"dulu, waktu SMA gw pernah suka sama seseorang. tapi sayangnya dia udah punya pacar"

"—dia anaknya manis, lucu dan periang. malangnya, dia malah di selingkuhi sama pacarnya"

adel mengangguk "dan sampai sekarang, lo masih suka sama dia?? "

"masih. dan akan terus seperti itu" dendra mengembangkan senyumnya, menatap paras cantik sang pujaan hati yang sejak tadi ia ceritakan.

cinta itu adalah luka. ketika kita mencintai seseorang tetapi orang itu telah memiliki pasangannya. walaupun orang itu tau bahwa kita mencintainya, tetapi dia harus tetap setia dengan pilihannya. Begitupun dengan kita, tetap setia dengan perasaan ini walaupun membawa banyak luka.

Pesanan adel datang, ia segera melahapnya karena sudah lapar sejak tadi.

"lo gak pesen? mau gw pesenin? " tanya adel.

"ga usah, gua ga laper kok" balas dendra, dengan kepala yang di sangga oleh tangan ia memandangi wajah adel.

"jangan natap gw kayak gitu deh ndra, ngeri gw"

"HAHAHA iya iyaa sorry"

***

"chik, ini bagus ga? " ara memutar tubuhnya menghadap kearah chiko, dengan bandana berwarna merah telah terpakai di kepalanya.

"bagus! cantik banget" chiko mengacungkan dua jempolnya. ia meraih tangan ara lalu mengajaknya untuk memilih baju untuknya.

Mereka berhenti di area kemeja-kemeja.

"pilihin dong ra, biasanya kan pilihan cewek buat cowok bagus tuh" katanya sambil melihat-lihat.

"oke bentar" ara mulai memilah-milah, mana sekiranya yang cocok untuk di pakai chiko. setelah ketemu mereka bergegas membayarnya dan pergi menyusul adel dan dendra.

Back to adel dendra

"del"

"apa? "

Dendra merubah duduknya menjadi lebih tegap.

"mungkin suasananya gak pas.. tapi lo mau gak jadi–"

"ITU DIA MEREKA" chiko dan ara berjalan menuju meja tempat AD singgah.

"jadi apa ndra? " tanya adel dengan alis naik satu.

Ara chiko ikut menoleh menatap dendra

"e-eh ga jadi deh kapan-kapan aja hehe" ia mengusap tengkuknya, telinganya terlihat memerah.

"yaudah pulang yuk, udah sore"

oh iya, giza udah pulang duluan ya guys sama zeyengnya.

Mereka beranjak, lalu pergi untuk pulang.












You Know JMT? [END] Where stories live. Discover now