Bagian 4

22.6K 1.7K 10
                                    

Kiran menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri di sepanjang jalan yang Kiran lewati terhampar dengan luas pesawahan serta perkebunan di setiap sisi. Lalu terganti oleh rimbunnya pepohonan hingga beberapa menit berlalu kembali pemandangan sawah yang menghampar akan terlihat. Terus saja seperti itu dalam kurun waktu 90 menit perjalanan.

Kiran mengeluhkan teriknya cuaca pagi ini juga jalanan yang terkadang bagus beraspal lalu penuh batu dan lubang. Duduk dengan gelisah di belakang si pengemudi motor yang kata Mang Karso adalah anak tetangganya. Kembali Kiran akan mendeklarasikan jika ini adalah pengalaman pertamanya duduk dengan kendaraan roda dua dengan kurun waktu terlama. Saat dulu, naik motor hanya Kiran lakukan jika dirinya ingin pergi ke minimarket yang ada di depan komplek perumahannya itupun Kiran hanya akan duduk tenang di belakang sementara salah satu pekerja rumahnya yang mengendarai.

Suasana asri langsung terpampang di depannya kala motor yang di tumpangi Kiran masuk ke sebuah jalanan yang di sepanjang jalan yang di lewatinya itu sudah terlihat adanya sebuah kehidupan lain selain sawah-sawah. Rumah-rumah tampak berdiri saling bersisian dengan masing-masing memiliki halaman luas dan tidak saling berdempetan. Kiran cukup terpana ketika otaknya dengan cepat memproses jika rupanya banyak yang tinggal di pedalam seperti ini. Tak bisa Kiran bayangkan kehidupan seperti apa yang mereka jalani ketika jauh dari hiruk pikuk perkotaan. Tidak ada mall, supermarket, minimarket, gerai-gerai makan cepat saji, cafe, restoran tempat hiburan. Astaga Kiran sampai tidak habis pikir.

"Teh." Panggilan dari si pengendara yang tadi mengenalkan diri sebagai Romi tak Kiran indahkan saking asik dengan pikirannya sendiri.

"Teh Kiran." Tak ada sahutan.

"Teh Kiran!" Panggilan dengan nada kesal Romi tujukan pada Kiran yang langsung tersentak dari duduknya.

Lalu Kiran menyadari kini motor yang di kendarai Romi telah berhenti. Dengan kikuk Kiran membalas tatapan kesal Romi dengan raut sungkan. "Kenapa Romi? Sudah sampai ya?"

"Belum Teh."

Kiran mengerutkan keningnya, jika belum sampai mengapa keduanya berhenti di sini?

Seakan tahu jika perempuan dari kota itu tampak bingung, Romipun menjelaskan. "Ini Teh, aku mau ketemu sama si Ambu dulu sebentar."

Kiran membulatkan bibirnya lalu turun dari motor. Romi menurunkan standar motornya dan ikut turun. "Tunggu di sini Teh sebentar." Kiran hanya mengangguk sebagai jawaban lalu mengikuti punggung Romi yang hilang di antara jajaran ruko-ruko.

Mata Kiran mulai memindai sekelilingnya yang lumayan ramai dengan beberapa orang nampak membawa kresek atau keranjang belanjaan. Lalu bisa Kiran duga jika ini adalah sebuah pasar namun berbeda dengan pasar yang ada di kota pasar di sini terlihat tampak lebih kecil dengan lapak yang lebih banyak menjual sayur dan buah serta beberapa tukang daging dan kelontong.

Kiran hanya terdiam dengan kaku di pinggiran sebuah kios yang tertutup menatap beberapa orang yang berlalu-lalang dengan wajah-wajah baru tampak sangat asing di penglihatannya. Kiran seolah sedang berada di dunia dan dimensi lain ketika bagaimana dirinya yang tak pernah menginjakkan pasar bahkan di kota sekalipun justru tengah berdiri di tengah-tengah lalu lalang orang-orang yang berbelanja.

"Punten Teh."

Kiran tersentak lalu dengan cepat menolehkan kepalanya pada seseorang yang kini berdiri di sisinya. "Ini motor Teteh? Maaf sebelumnya Teh, bisa tolong di pinggirin sedikit? Soalnya saya mau buka kios dan masuk-masukin sayur dari pick up."

Kiran menatap bingung perempuan yang terlihat seumuran dengan Romi itu lalu beralih pada motor milik Romi yang di atasnya terdapat koper beserta tas miliknya. Kiran menggigit bibirnya dengan gugup lalu melihat ke arah kepergian Romi tadi dan belum nampak batang hidung laki-laki itu.

Bertemu Denganmu [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang