Bagian 12

21.6K 1.7K 35
                                    

Kiran merebahkan dirinya di kasur yang telah di ganti dengan spring bed yang di belinya. Tenggorokannya terasa sedikit sakit dan hidungnya pun terasa gatal membuat Kiran beberapa kali bersin. Teh Lestri datang sambil membawa air hangat dan sebuah obat warung yang di belinya.

"Minum obat ini Kiran, biar cepat baikan." Teh Lestri menyerahkan sebutir obat dengan kemasan warna kuning itu pada Kiran.

Kiran menurut meski sedikit tidak biasa dengan obat warung tapi semoga saja bisa mengobati rasa tak enak di tubunya.

Namun rupanya beberapa saat terlewati setelah meminum obat, Kiran justru merasakan tubuhnya kian tak enak dan pusingnya semakin menjadi. Teh Lestri yang merasakan suhu tubuh Kiran yang semakin panas padahal sudah dirinya kompres sontak saja merasa panik.

"Kita ke puskesmas ya. Teteh minta bantuan tetangga dulu." Teh Lestri langsung saja berlari keluar rumahnya untuk meminta bantuan agar bisa membawa Kiran ke puskesmas.

Teh Lestri yang melihat Sakti yang sedang berada di halaman rumahnya langsung memanggil laki-laki itu. "Sakti!" Teriak Teh Lestri.

Sakti langsung mencari sumber suara yang memanggilnya. Teh Lestri berlari hingga kini sudah ada di depan Sakti. "Sakti tolong bantuin Teteh."

Sakti memandang Teh Lestri yang terlihat cemas dengan raut bingung. "Bantu apa Teh?"

"Bawa Kiran ke puskesmas."

Sakti sontak membulatkan matanya. "Kiran kenapa Teh? Sakit dia? Atau kenapa?"

"Badannya panas, sudah Teteh kompres tapi malah makin panas. Teteh takutnya Kiran kenapa-kenapa."

"Ayo cepet kita bawa. " Sakti langsung bergegas menuju rumah Teh Lestri dan mendapatkan petunjuk jika Kiran berada di kamar yang sebelumnya Alan tempati. Di sana tampak Kiran berbaring lemas dengan kondisi matanya yang tertutup.

Saat Sakti meraih tubuh itu untuk ia dudukan suhu panas langsung bisa Sakti rasakan. Pipi Kiran bersandar di dada Sakti bibir perempuan itu bergerak menggumamkan sesuatu. "Ayah..." Meskipun lirih Sakti masih bisa mendengar Kiran yang mengigau memanggil Ayahnya.

Dengan cepat Sakti membopong tubuh itu dan membawanya ke luar di ikuti Teh Lestri yang kini sudah siap dengan tas selempangnya.

Sakti membawa tubuh Kiran menuju pick up-nya yang terparkir di halaman rumah mendudukkannya di samping kemudi di susul Teh Lestri yang kini gantian memegang tubuh lemas Kiran. Sakti dengan cepat memutar menuju kemudi dan mengemudikan pick up-nya dengan cepat.

"Ayah..." Lagi Kiran menggumamkan kata tersebut yang membuat Teh Lestri dan Sakti sejenak saling pandang.

"Ayah... sakit..." Nada Kiran kini berubah pilu.

Lalu sepanjang jalan menuju puskesmas Kiran terus saja menyebut-nyebut kata ayah hingga kini sudah di tangani oleh dokter.
Teh Lestri dan Sakti duduk bersisian menunggu Kiran selesai di periksa.

"Apa nggak sebaiknya kita hubungi saja keluarganya Teh? Tanya Sakti.

Teh Lestri mengembuskan napasnya pelan sebelum menjawab. "Teteh nggak tahu apa yang sebenarnya terjadi sama Kiran dan keluarganya, tapi sedikit yang Bi Aas infokan sama Teteh, katanya Kiran kurang baik hubungannya sama keluarganya yang lain. Itu juga jadi alasan kenapa Kiran tinggal di kampung kita."

Sakti mengatupkan bibirnya rapat. Apa yang sebenarnya terjadi dengan perempuan itu apalagi sedari tadi Kiran terus saja memanggil-manggil Ayahnya dengan nada pilu padahal selama Kiran tinggal di sini tidak pernah Sakti bahkan Teh Lestri melihat perempuan itu tengah murung atau bersedih.

"Terus yang Teteh denger Ayahnya baru meninggal beberapa hari sebelum Kiran datang ke kampung kita."

Kini Sakti yakin jika Kiran menanggung beban yang tidak perempuan itu bagi pada siapapun. Dan entah kenapa Sakti ingin menjadi orang yang bisa Kiran bagi kesakitan dan keluh kesahnya. Melihat perempuan yang biasanya ceria kini tiba-tiba terbaring lemas membuat tubuh Sakti berdebar karena gelisah dan takut dan Sakti tidak pernah merasakan ini sebelumnya untuk ukuran orang yang bukan keluarganya.

Bertemu Denganmu [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang