Bagian 19

21K 1.6K 7
                                    

Hari itu pun tiba, hari dimana Kirani Medina Atmajaya akhirnya resmi menjadi seorang istri dari Ariosakti Damarta. Segala proses yang di mulai dari pagi hingga kini siang yang mengusung adat Sunda telah usai. Kedua mempelai itu kini hanya duduk bersanding di pelaminan menyalimi para tamu undangan yang jumlahnya tidak terlalu banyak. Kebanyakan adalah para kolega bisnis keluarga Atmajaya dan beberapa teman Kiran semasa sekolah dan kuliah. Dari pihak Sakti pun ada beberapa warga kampung yang hadir ikut rombongan Sakti yang Kiran sediakan beberapa kamar hotel untuk mereka tempati.

Kiran dan Sakti terus memasang senyum terbaiknya ketika para tamu datang menyalimi. Meskipun lelah dan pegal mereka tidak akan menampilkan hal tersebut pada orang-orang yang datang pertanda mereka ikut merayakan kebahagiaan pasangan baru sah tersebut.

Hingga acara kini benar-benar usai pada pukul 17.00 dan tamu yang datang pun satu persatu sudah beranjak dari gedung pernikahan. "Ayo Sakti cepat bawa istrimu istirahat." Titah Ambu yang meskipun di sini bukanlah tempatnya tapi perempuan paruh baya itu dapat menyesuaikan dengan keadaan dan justru ikut repot bersama keluarga Kiran. Apa lagi tadi saat kedatangan keluarga Dona Ambu seolah menjadi tameng untuk Kiran saat Tantenya itu berkata-kata buruk tentang Kiran yang tujuannya tentu saja untuk membuat malu Kiran.

Ambu yang memang sedikit banyak sudah tahu bagaimana sikap Dona langsung saja membalas perkataan Dona yang membuat wanita itu kesal dan segera pergi dari acara.

Sakti langsung mengajak Kiran dengan menggandeng perempuan itu yang sedari tadi mengeluhkan kakinya yang terasa pegal-pegal dan sakit akibat berdiri terlalu lama saat menggunakan heels.

Mereka berjalan perlahan menuju kamar hotel yang di khususkan untuk pasangan pengantin baru yang ada di lantai yang berbeda dengan lantai para tamu dari kampung. Keduanya langsung masuk ke dalam kamar yang di dalamnya terdapat satu set sofa dan televisi lalu ada pantry dan jangan lupa kasur king size yang sudah di hias dengan berbagai macam kelopak bunga.

Kiran langsung saja merebahkan dirinya di atas kasur dengan helaan napasnya yang terdengar kasar tanpa peduli pada kelopak-kelopak bunga yang membentuk hati itu telah ia rusak.

Sakti menipiskan bibirnya melihat Kiran yang tampak kelelahan tengah memejamkan matanya. Sakti juga lelah sebenarnya tapi karena sudah terbiasa dengan segala kondisi di pekerjaannya yang butuh banyak tenaga Sakti tidak terlalu kelihatan lelah sama sekali.

"Tidak ganti bajumu dulu?" Tanya Sakti sambil melepaskan jas yang ada di tubuhnya.

Kiran bergumam sebelum menjawab. "Mau, tapi nggak kuat lagi berdirinya."

Sakti terkekeh sambil menatap perempuan itu, tidak menyangka kini dirinya adalah seorang pria beristri dari perempuan yang tak lama di kenalnya tapi hatinya sudah mantap melabuhkan tujuan hidupnya untuk perempuan itu. Sakti bergerak mendekat pada Kiran dan mengelus kepalanya dengan lembut, perlahan mata Kiran terbuka dan kini keduanya saling menatap dengan Sakti yang tengah menunduk. Tangan besar laki-laki itu masih mengelus rambut Kiran yang terasa kasar akibat hair spray.

"Ayo saya bantu." Tangan Sakti bergerak pada kedua belahan ketiak Kiran dan menariknya untuk duduk.

Pipi Kiran sontak bersemu. "B-bisa sendiri..." Gumam Kiran sambil berusaha menjauhkan tangan Sakti dari tubuhnya. Sakti justru tersenyum saja dan bergerak menjauh.

Kiran bangkit dan melangkahkan kakinya pada koper miliknya yang berada di pojok kamar bersanding dengan tas milik Sakti. Saat merentangkan kopernya untuk di buka mulut Kiran sontak menganga saat melihat isi koper miliknya yang berganti dengan baju-baju sangat tipis dan super pendek. Kiran berdecak sebal saat tahu jika ini adalah kelakuan kedua Kakak perempuannya.

Bertemu Denganmu [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang