Bagian 25 (TAMAT)

33K 1.7K 45
                                    

Jari jemari itu saling meremas perasaannya sungguh terasa tak karuan bahkan kini perutnya terasa melilit, kakinya sedari tadi tak berhenti bergoyang guna mengurangi sedikit saja kegelisahan di dalam dirinya. Jantungnya berdebar kencang, gugup juga terasa hadir matanya dengan awas terus menatap pintu tertutup yang di dalamnya menyembunyikan sang istri.

Sudah cukup lama Kiran berada di dalam sana bahkan Sakti tidak mendengar ada suara dari dalam ruangan itu. Sakti dengan tak sabaran berjalan menuju pintu tertutup itu dan mengetuknya. "Kirani... kenapa lama sekali?"

Sakti mengetuk pintu itu semakin tak sabaran. "Apa kamu baik-baik saja?" Pintu kamar mandi itu tak juga terbuka atau sekedar mengeluarkan suara sahutan di dalamnya.

"Kirani Sayang..."

Akhirnya pintu itu terbuka yang membuat Sakti dengan cepat melarikan perhatiannya pada Kiran yang menunduk dengan isakan yang terdengar. "Ada apa? Kamu kenapa? Kenapa menangis? Apa hasilnya tidak sesuai?" Sakti memberondong banyak pertanyaan sambil meraih Kiran dalam pelukannya.

Kiran menggeleng, tangannya terangkat menunjukkan hasil tes yang di lakukannya. Sakti mengambil hasil tes itu dari tangan Kiran untuk ia lihat, Sakti terdiam sambil matanya tetap tak teralihkan dari benda pipih di tangannya. "Hasil dua garis itu positif Sayang?"

Kiran mengangguk kencang masih dalam pelukan Sakti wajahnya mendongak melihat bagaimana Sakti bereaksi akan kabar itu. Sakti menatap takjub pada hasil dari benda itu. Matanya terasa memanas, dulu Sakti sempat membayangkan jika suatu saat nanti ketika dirinya sudah memiliki istri dan mendapatkan kabar jika sebentar lagi dirinya akan memiliki anak akan bagaimana rasanya? Dan rupanya kini Sakti tahu seperti apa rasanya, haru, bahagia, gugup, tak sabar dan macam-macam perasaan lainnya yang tidak bisa Sakti definisikan.

"Oh... Sayang terimakasih banyak." Sakti memeluk tubuh Kiran semakin erat.

Kiran tersenyum lebar, membalas pelukan Sakti tak kalah erat. "Selamat, sebentar lagi Aa jadi Ayah."

Sakti mencium puncak kepala istrinya beberapa kali. Kemarin saat Kiran di bawa ke puskesmas, dokter di sana mendiagnosis jika kemungkinan Kiran tengah berbadan dua dan menyarankan untuk periksa ke dokter kandungan atau bidan. Tetapi Kiran justru ingin melakukan tes sendiri terlebih dahulu menggunakan tes pack karena ingin merasakan euforia bagaimana memeriksa kemungkinan itu sendiri dan Sakti pun menyetujui.

Hingga akhirnya pagi ini Kiran melakukan tes dan rupanya memang benar Kiran tengah mengandung, lucunya untuk melakukan tes ini baik Kiran maupun Sakti sama-sama tidak bisa tidur karena merasa tidak sabar ingin segera pagi karena saran dari apotekernya untuk lebih baik melakukan tes pada pagi hari agar hasilnya lebih akurat.

Sakti mengendurkan pelukannya dan membawa Kiran menuju ranjang dengan hati-hati membuat tawa geli tak bisa Kiran tahan untuk tak keluar. "Ih aku baik-baik aja tahu, bisa jalan sendiri."

Sakti mendudukkan Kiran di pinggir ranjang, Sakti sendiri langsung memposisikan diri untuk berjongkok sambil menggenggam kedua tangan Kiran yang tampak tenggelam dalam tangan besar miliknya. "Mulai sekarang apapun yang kamu mau bilang sama Aa ya Sayang, jangan kamu tahan-tahan apalagi ngerasa nggak enakan. Apapun yang kamu rasain tolong kasih tahu Aa, inget sekarang udah nggak sendiri lagi ada Adek yang hidup di sini." Sakti mengelus perut Kiran dengan lembut.

Kiran tersenyum tangannya mengelus rahang Sakti lembut. "Iya, Kiran janji akan jagain Adek semampu Kiran. Janji ya nanti nggak ngeluh kalo misal Kiran minta yang aneh-aneh."

Sakti menatap dengan sungguh-sungguh pada Kiran. "Apapun Sayang, apapun yang kamu dan Adek mau, akan Aa usahakan sebisa mungkin."

Kiran tersenyum lalu memeluk leher Sakti. "Makasih Aa."

Bertemu Denganmu [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang