Bagian 23

23K 1.6K 15
                                    

"Aa..." Panggil Kiran sedikit bernada.

Sakti yang sedang sibuk dengan adukan semen yang hendak ia gunakan untuk membuat kolam ikan hanya berdeham sebagai jawaban.

"Aa..." Tak mendapatkan respon yang memuaskan Kiran kembali memanggil.

"Apa." Jawab Sakti singkat masih dengan kegiatannya, kali ini laki-laki itu membawa dua ember adukan semen dan pasir pada kolam ikan yang tampak sudah setengah jadi.

Sakti yang mengenakan kaos berwarna merah dan celana selutut tanpa memperdulikan panasnya matahari terus mengerjakan kegiatannya membuat kolam ikan di waktu senggang yang jarang sekali dirinya dapatkan pada siang hari.

Kiran cemberut karena Sakti tak juga meresponnya. Perempuan itu terus mengekori kemanapun langkah laki-laki itu pergi dan memperhatikan kegiatan yang sedang Sakti lakukan.

"Jangan di sini panas." Ucap Sakti tanpa melihat pada Kiran.

Kiran mencebik lalu memilih bangkit dari jongkoknya dan melangkahkan kakinya ke dalam rumah. Sakti yang sadar jika perempuan itu tengah kesal padanya akhirnya menghentikan kegiatannya dan berjalan menyusul.

Kiran yang tengah telungkup di sofa terkejut ketika merasakan sentuhan pelan di punggungnya. "Tunggu Aa selesaikan pekerjaan Aa dulu, sebentar." Kiran bergumam saja masih menyembunyikan wajahnya ke sofa.

Hari ini rencananya Kiran dan Sakti memang hendak pergi ke salah satu tempat wisata yang menyuguhkan air terjun sebagai primadonanya. Tetapi rencana yang hendak mereka lakukan terpaksa di undur ketika Ambu meminta Kiran untuk ikut membantu tetangganya yang hendak melakukan acara akikah.

Kiran tak bisa menolak dan memilih mengikuti langkah Ambu hingga setelah Dzuhur Kiran di perbolehkan untuk pulang lebih dulu dan dengan senang hati Kiran bergerak cepat untuk segera pulang. Tetapi sungguh menyebalkan ketika pulang, Kiran justru mendapati Sakti yang sibuk dengan pekerjaannya membuat kolam ikan.

Sakti menipiskan bibirnya tubuhnya bergerak mencium rambut hitam Kiran yang selalu mengeluarkan harum yang di sukainya itu sebelum kembali melangkah hendak menyelesaikan pekerjaannya. Sakti bukannya tidak perduli dengan keinginan istrinya tapi hari masih tampak panas sekali dan Sakti sudah terlanjur membuat adukan jadi Sakti hendak menyelesaikannya terlebih dahulu sebelum pergi menuju tempat yang Kiran inginkan.

Akhirnya kini pasangan suami istri itu sudah duduk berdua di atas motor menuju tempat wisata yang berjarak sekitar 45 menit dari kampung. Ketika sudah sampai, Kiran meneliti sekitar area wisata itu yang tampak tidak terlalu ramai mengingat mungkin ini bukanlah akhir pekan.

Sakti yang sudah memarkirkan motornya langsung menghampiri Kiran yang berdiri seolah tengah mencari sesuatu. "Cari apa?"

Kiran dengan raut bingungnya menjawab. "Air terjunnya mana?"

Bibir Sakti berkedut. "Kita harus masuk dulu ke sana baru bisa lihat air terjunnya."

"Ohh... air terjunnya di dalam?" Sakti mengangguk singkat.

Kiran dengan semangat menarik tangan Sakti untuk segera masuk ke area dalam. Sakti diam-diam tersenyum melihat semangat yang terpancar dari wajah istrinya. Tapi mungkin beberapa menit ke depan wajah itu pasti akan menampilkan hal sebaliknya.

"Kok Aa nggak bilang sih maksud di dalam itu sejauh ini?" Keluh Kiran yang sudah melewati 10 menitnya untuk berjalan menuju area air terjun yang jalanannya menanjak dan menurun.

Sakti menggenggam tangan Kiran yang hendak berjalan di sebuah jalan yang menurun dan sedikit licin dengan erat. "Pelan-pelan." Ucap Sakti sambil dengan telaten mengarahkan langkah Kiran agar tak salah memijak.

Bertemu Denganmu [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang