Bagian 10

21.6K 1.6K 20
                                    

Teh Lestri dan Alan saling lirik dengan Kiran yang duduk dengan raut bersalah. Teh Lestri menghela napasnya lalu berucap. "Mau gimana lagi kan sudah di beli juga."

Kiran menggigit kecil bibirnya lalu melihat ibu dan anak itu yang masih diam di tempatnya dengan wajah yang masih sedikit syok. Bagaimana tidak, Kiran membawa banyak sekali barang-barang mahal ke rumahnya yang padahal sebelumnya Kiran hanya meminta izin ingin membeli kompor dan tabung gas tapi lihatlah sekarang rumah Teh Lestri penuh dengan barang-barang yang Kiran beli dan mengundang para tetangga untuk mendekat dan berbisik-bisik merasa penasaran.

Di tambah Kiran datang dengan Sakti yang menemani membuat banyak gosip beredar semakin panas di kampung. Banyak yang berasumsi jika sepertinya Sakti terlibat hubungan asmara dengan Kiran si perempuan kota, lalu banyak juga yang mengatakan jika Sakti yang terkenal antipati pada perempuan langsung luluh pada Kiran yang kaya raya, hingga menduga-duga jika barang-barang yang kini berada di rumah Teh Lestri sebagai bentuk hantaran yang di persiapkan Sakti untuk Kiran.

"Tapi sepertinya tidak bisa kita pakai semua Kiran, listrik di rumah ini pasti tidak akan kuat."

Kiran mengangguk tidak masalah, toh ini juga memang salah Kiran yang seenaknya saja langsung membeli tanpa bertanya pada Teh Lestri yang notabene pemilik rumah.

"Teh, sepedanya boleh Alan pake kan?" Tanya Alan bersemangat.

Kiran tersenyum cerah dan mengangguk semangat. "Boleh dong!"

"Yes!!!" Sorak Alan yang langsung menghampiri sepeda gunung yang di berikan Kiran untuknya.

Teh Lestri tersenyum melihat itu, meskipun ada saja tingkah dan pemikiran Kiran yang terkadang membuatnya tak habis pikir tetapi Teh Lestri amat bersyukur ketika Kiran dapat beradaptasi dan bersikap dengan baik di sini.

"Nanti Alan boncengin Teteh ya." Kiran menipiskan bibirnya tak yakin karena tubuh Alan masih sedikit lebih pendek dengan tinggi tubuhnya.

"Nanti aja boncengin Tetehnya setelah kamu bisa boncengin pacar kamu dulu. Baru nanti giliran Teteh." Jawab Kiran dengan nada jahil.

"Ih apaan pacar-pacar, Alan masih kecil kata Ibu kalo masih sekolah jangan pacaran!"

"Masa? Tapi cewek yang kamu taksir pasti ada kan?" Goda Kiran.

"Teteh!" Kesal Alan yang langsung membuat tawa Kiran berderai. Ya ampun Kiran rindu bertingkah jail seperti ini, dulu sasaran Kiran adalah Varen dan kini ada Alan sebagai gantinya.

"Aduh kalian ini kalo udah kumat jailnya suka bikin pusing." Decak Teh Lestri. Kiran menampilkan cengirannya sedangkan Alan masih cemberut kesal.

***

"Abah." Panggilan Ambu membuat Abah yang sedang membersihkan kandang burung sejenak menghentikan kegiatannya.

"Kenapa Ambu?"

Ambu melangkah mendekat pada Abah dan kini sudah berdiri bersisian dengan Abah yang menatap bingung tingkah istrinya tersebut. Ambu celingukan ke belakang seolah tengah memastikan sesuatu sebelum benar-benar berucap dengan suara yang lebih pelan. "Abah yakin gak kalo Sakti punya hubungan sama si Kiran itu?"

Abah menampilkan raut mencibir pada Ambu yang di balas wanita paruh baya itu dengan pukulan di tangan suaminya. "Abah atuh ih Ambu penasaran."

"Nya Abah oge teu apal Ambu..."

(Ya Abah juga nggak tahu Ambu...)

"Cobi cik atuh tanyakeun ka si Sakti Abah. Tetangga-tetangga pada ngomongin si Sakti, budak namah nya lempeng we ningan teu paduli kana eta gosip."

Bertemu Denganmu [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang