Bagian 24

23.7K 1.6K 13
                                    

Sakti menahan erangannya, kedua tangannya menumpu tubuhnya agar tidak sepenuhnya menindih Kiran yang berada di bawahnya. Tangan itupun menjadi sasaran tangan kecil Kiran untuk dia remas. Napas keduanya tersengal-sengal apalagi Sakti yang terus bergerak cepat sesekali menciumi wajah Kiran yang tampak memerah. Urat-urat di tubuh Sakti bertonjolan dengan keringat yang terasa penuh membanjir seluruh tubuh.

Akhirnya erangan panjang terdengar dari keduanya, Sakti ambruk ke samping tubuh Kiran yang dadanya masih naik turun selaras dengan punggung Sakti yang sedikit telungkup. Kiran menolehkan kepalanya pada Sakti yang langsung memberikan kecupan di keningnya, dan dengan lembut Sakti memeluk tubuh Kiran setelah menyelimuti tubuh keduanya. "Tidur." Ucap Sakti lirih sambil mengelus punggung Kiran perlahan.

Kiran yang memang sudah merasa mengantuk tak butuh waktu lama untuk akhirnya terlelap. Sakti yang menyadari jika istrinya sudah tertidur ikut memejamkan matanya.

"Kirani..." Guncangan pelan terasa pada tubuh Kiran yang rasanya baru memejamkan mata.

"Sayang... ayo bangun." Bisikan itu terdengar sangat dekat kali ini membuat Kiran sontak membuka matanya perlahan.

Sakti yang sepertinya sudah mandi karena rambutnya terlihat basah kini sudah berada tepat di depan wajah Kiran. "Bangun yuk, mandi."

Kiran mengedarkan pandangannya melihat pada jam dinding yang menunjukkan pukul 2.30 Kiran menatap bingung pada Sakti. "Ini masih pagi banget tahu." Decak sebal Kiran.

"Aa mau masok, Mang Asep lagi nggak bisa nemenin Mang Rohim hari ini. Jadi Aa yang pergi, mandi dulu yuk."

"Yaudah kan Aa yang mau masok kenapa Kiran yang harus mandi."

Sakti terkekeh. "Ayo, Sayang." Bukan tanpa alasan, Sakti tidak mungkin membiarkan Kiran yang masih tidak memakai apa-apa di dalam selimutnya itu untuk dia tinggalkan bekerja.

Dengan sebal Kiran akhirnya bangun dan menuju ke kamar mandi yang rupanya sudah ada air hangat di sana. Kiran diam-diam tersenyum merasa bahagia dengan perhatian Sakti padanya.

Kiran keluar dengan handuk di tubuhnya berniat mengambil baju ganti, Sakti yang sedang memakai jaketnya menolehkan kepalanya pada perempuan itu. "Kamu mau nitip sesuatu?"

Kiran yang sudah memegang baju gantinya dan hendak kembali ke kamar mandi terdiam sebentar. "Tunggu, Kiran mau ganti baju dulu." Kiran cepat-cepat melangkahkan kakinya ke dalam kamar mandi lalu tak lama kembali keluar sudah dengan memakai baju yang semuanya tampak kebesaran untuk perempuan itu.

Kiran sudah tidak mendapati Sakti di kamar lalu perempuan itu melangkahkan kakinya keluar kamar saat mendengar suara orang yang sedang berbincang. Kiran melongoknya kepalanya pada pintu yang sedikit terbuka dan menadapati Sakti dan mang Rohim sedang mengangkut kantung-kantung yang berisi sayur ke atas pick up.

"Lagi apa Neng?" Sebuah suara tiba-tiba mengagetkan Kiran yang spontan memekik. Bi Wati ikut tersentak akan pekikan Kiran.

"Bibi ih ngagetin aja."

Sakti berjalan cepat menghampiri Kiran ketika mendengar pekikan istrinya. "Kenapa?"

Kiran merapat pada Sakti. "Bi Wati nih masa ngagetin."

Bi Wati tertawa. "Lagian Neng Kiran ngapain coba ngintip-ngintip gitu."

"Bibi juga pagi-pagi gini kok udah di sini aja?"

"Neng Kiran malah pagi-pagi gini udah keramas aja." Balas Bi Wati kali ini dengan nada menggoda.

Kiran mangap-mangap merasa salah tingkah ketika Bi Wati menyinggung masalah rambutnya yang masih basah.

Bertemu Denganmu [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang