Extra Part

25.5K 1.6K 55
                                    

Kiran menggaruk kepalanya yang sama sekali tak terasa gatal, kegiatan itu hanya gerak spontan dari tubuhnya ketika merasa kebingungan. Iya, Kiran sedang bingung. Pasalnya dirinya kini sedang berada di kios sayuran milik suaminya seorang diri, dan saat ini didepannya sudah ada dua orang ibu-ibu yang hendak membeli sayuran. Dan masalahnya, Kiran tidak tahu menahu tentang harga sayur-sayur yang dijual di kios suaminya ini.

Gelar boleh saja sebagai istri juragan sayur, tapi Kiran sama sekali tidak paham dengan hal-hal yang ada di dunia suaminya. Bahkan jenis dan nama sayur saja Kiran tidak terlalu tahu.

Semua bermula ketika sudah dua hari ini, Nur yang bisanya menjaga kios terserang demam dan mau tidak mau Saktilah yang menjaganya. Seolah ini adalah sebuah kebetulan, hari ini ketika Kiran ikut ke kios yang semula hanya berniat ingin sedikit membantu dan menemani suaminya menjaga kios. Suaminya itu justru mendapatkan telepon dari salah satu pekerja di kebun dan memberitahukan ada hal genting yang harus Sakti sendiri yang menangani. Dan Sakti tentu menyanggupi untuk segera datang.

Walhasil, disinilah Kiran Sakti tinggalkan sendirian untuk menjaga kios. Dengan sebaris pesan jika Sakti berjanji akan segera kembali secepat mungkin sebelum laki-laki itu benar-benar pergi. Tetapi tahu apa yang membuat Kiran sedikit sebal? Nyatanya Kiran sudah lebih dari dua jam ditinggalkan sendirian di kios.

Bukan, bukan karena Kiran menyepelekan hal genting yang sedang ditangani suaminya saat ini.  Tetapi karena Kiran merasa tidak enak hati pada beberapa ibu-ibu yang sempat singgah di kios yang mungkin adalah langganan kios Sakti ketika ingin berbelanja sayuran, dan khusus hari ini dengan terpaksa Kiran harus merelakan para pelanggan kios suaminya untuk berbelanja di kios lain.

Ya, karena Kiran tidak tahu tentang harganya. Ingatkan Kiran untuk mulai mengetahui tentang hal-hal berbau sayuran ini.

"Maaf ya Bu. Saya kurang tahu soal harganya." Kiran meringis dengan tatapan penuh penyesalan pada kedua ibu-ibu didepannya.

Kedua ibu-ibu itu saling pandang. "Eneng ini penjaga baru kios ya?" Tanya ibu-ibu berjilbab hitam dan Kiran kontan saja semakin meringis.

"Bukan Bu."

"A Saktinya kemana atuh Neng? Kiosnya kok dibuka kalo Eneng nggak tahu harganya?" Timpal ibu-ibu berjilbab biru sambil menatap Kiran penuh kernyitan di dahinya.

Kiran asumsikan jika kedua ibu-ibu didepannya ini adalah warga kampung sebelah, karena hampir seluruh warga dikampungnya sudah mengetahui siapa Kiran bagi Sakti. Yang pasti bukan penjaga kios baru yang belum hapal harga sayuran yang dijual.

"A Saktinya lagi ada urusan sebentar Bu, makanya saya yang jaga dulu." Jawab Kiran dengan senyum penuh kesopanan. Setidaknya dengan memperlakukan pelanggan Sakti dengan ramah kios suaminya ini tidak akan kehilangan pelanggannya setelah masalah perihal tidak tahu harga.

Dua ibu-ibu itu memilih pergi menuju kios lain setelah sebelumnya berpamitan singkat dengan Kiran. Kiran menghembuskan napasnya kasar lalu kembali mendudukan dirinya di kursi yang ada disana.

Kiran berdoa semoga tidak akan ada lagi pelanggan yang datang untuk membeli sayuran di kios, setidaknya hingga Sakti datang yang entah kapan. Kiran juga tidak ingin memilih  untuk menghubungi suaminya, karena jika Sakti belum kembali hingga dua jam lebih lamanya, berati masalah genting yang dikatakan pekerja di kebun suaminya cukup serius. Dan Kiran tak ingin mengganggu. Biarlah hari ini harus kehilangan beberapa pembeli. Hitung-hitung berbagi rezeki dengan kios yang menjual hal serupa dengan kios milik suaminya.

Kiran mengelus perutnya yang masih rata diusia kandungannya yang menginjak 11 minggu, sesekali tatapannya akan memperhatikan kegiatan disekitarnya yang selalu dilewati banyak orang yang hendak berbelanja.

Bertemu Denganmu [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang