ON- 19

104 19 3
                                    

Malamnya Tuan Kim berdiri di balkon lantai 2 rumahnya. Dia menghisap  bulatan tembakau di mulutnya, pandangnya tertuju pada mobil putranya yang baru tiba. Dapat dilihatnya wajah lelah Namgil tanpa ekspresi.

Sejak Namgil mengetahui kalau orang tuanya sendiri adalah dalang di balik penyebab perceraiannya dengan Jihyun, sejak itulah Namgil selalu menampilkan wajah dingin tanpa ekspresi ketika berhadapan dengan tuan orang tuanya, dan tuan Kim menyadari perubahan putranya itu.

"Seandainya dari awal kau menurut dengan ku, aku tidak akan berbuat sejauh ini. " Gumam tuan Kim

"Itu karena kau tidak tegas dari awal. " Saut nyonya Kim yang mendengar ucapan tuan Kim.

"Seandainya kau tegas dan berusaha lebih keras lagi hingga Namgil tidak menikahi perempuan itu, aku yakin kita akan hidup dengan tenang tanpa susah susah memikirkan cara memisahkan mereka. " Tambahnya

"Ck.. Kau hanya bisa menyalahkanku. Kau saja tidak berbuat apa apa untuk memisahkan mereka, usahamu selalu gagal. Untung saja ada kesempatan saat itu sampai akhirnya mereka berpisah. "

"Hah.. Sudahlah jangan membahas masa lalu. Bagaimana sekarang? Apa perempuan itu benar-benar ada di Seoul? " Tanya nyonya Kim

Tuan Kim mengangguk.

"Lalu, kau sudah tahu dia tinggal dimana? Kita harus bergerak cepat sebelum mereka bertemu. " Nyonya Kim

"Belum. Seperti nya ada yang ikut campur. Ada yang melindungi perempuan itu sehingga anak buahku kesulitan mendapatkan informasi tentang dia. "

"Benarkah? Tapi siapa? Ya aku tahu perempuan itu juga dari keluarga yang berada tapi setahuku, setelah Tuan Lee meninggal, perusahaan itu di alihkan pada keluarga adik tuan Lee bukan Jihyun ataupun ibunya. Maka itu aku tidak merestui Namgil dan Jihyun untuk menikah karena Jihyun bukan pewaris Lee corp. " Nyonya Kim

"Ntahlah aku belum dapat petunjuk soal itu."

"Aku tidak mau tahu, pokoknya kau harus mendapatkan alamat atau apapun itu untuk menjauhkan dia dari Namgil. "

"Hmm.. Tanpa kau suruh, akan aku lakukan. "

'Ck.. Kalian  benar benar memalukan. ' batin seseorang yang sedari mendengar percakapan kedua orang tua itu.

.
.
.

Hari berganti, dan hari ini Seokjin akan menjalani jadwal kemoterapi nya yang pertama. Seokjin tampak tegang, tangannya tidak pernah lepas menggenggam tangan Jihyun.

Jihyun yang mengetahui jika putranya takut mengelus tangan itu dan meyakinkannya jika semua akan baik baik saja.

"Eomma aku takut.. "

"Sst.. Anak eomma kan pemberani, kau pasti bisa melakukannya dengan baik nak."

"Iya Jin, kau pasti bisa. Semangat!!! " Young ae

Tak lama pintu ruang rawat Seokjin terbuka dan masuk lah Suho, Yeri, Yoongi dan Daniel.

"Hai boy, kau sudah siap untuk kemo pertama mu? " Tanya Daniel

"Aku siap paman. Tapi apa rasanya akan sangat sakit paman? " Seokjin

"Paman tidak ingin membohongimu dan mengatakan kemo itu tidak sakit. Tapi paman yakin kau bisa melakukannya jin. Kau mau sembuh bukan? " Kata Daniel

"Ne paman, aku ingin sembuh. Aku tidak ingin terus menerus membuat eomma khawatir dan merepotkannya. " Ucap Seokjin

"Jin, sudah berapa kali eomma katakan, kau tidak merepotkan sama sekali. Dan kami tidak merasa kau merepotkan. Jadi eomma mohon berhenti berkata seperti itu. "

One day SoonWhere stories live. Discover now