11. Gundah Hati

38 3 0
                                    

Selamat soreee....

Kudatang lagi untuk melanjutkan kisah ini eheheh

Semoga masih ada yang menunggu, membaca dan menyukainya :)

Untuk episode ini, mungkin sedikit panjang dari biasanya, semoga kalian suka.

Soo, let's dig in...

Enjoy and hope you like it :)

11. Gundah Hati

Kota Selemzar

Sencer menunggu dengan tak sabar sang kekasih hati yang memintanya untuk bertemu di satu sudut kota. Sudah beberapa hari ini dirinya tidak bertemu dengan Turan sejak Pesta Pernikahan di Suku, karena kesibukannya, juga karena Turna yang tidak menemui dirinya. Semoga tidak ada apa-apa pada Turna.

Akhirnya sosok yang ditunggunya muncul dengan langkah tak sabar dengan senyum bahagia. Sencer tersenyum lega melihatnya.

"Sencer..."

"Turna...." Senangnya ia melihat Turna baik-baik saja.

"Alhamdulillah kita bertemu lagi," Turna tersenyum sangat lega dan bahagia.

Sencer mengangguk, tak mampu berucap. Dapat memandang wajahnya setelah sekian hari, cukup baginya.

"Aku sangat sedih, mendengar apa yang terjadi padamu," Turna bersimpati. "Hatiku hancur karena aku tidak bisa bersamamu dan keluargamu di hari-hari sedihmu."

Sencer hanya mengangguk berterima kasih.

"Aku hanya bisa mendoakan para syuhada," sesal Turna pedih.

"Bahkan jika kau tidak bersamaku, aku merasakan hatimu di sisiku, Turna," sahut Sencer tenang, "Jangan khawatir."

Turna tersenyum lega, Sencer tidak marah padanya.

"Saat aku membalaskan dendam para syuhada, semua kesedihan kita akan berlalu," ucap Sencer menenangkan.

'Kesedihan kita akan berlalu?' Turna terkatup, teringat akan kesedihan berat yang baru saja dilaluinya, dan lebih memilih mati jika harus menjalaninya.

Sencer membacanya. "Ada apa? Kau tampak pucat..."

Turna menelan ludah, dan langsung memaksa untuk tersenyum menggeleng, "Justru sebaliknya. Aku belum pernah merasa sebaik ini sebelumnya.

"Ini adalah hari terindah dalam hidupku," tekannya. "Aku punya kabar baik," tak sabar ia untuk mengatakannya.

Sencer berkerut menunggu.

Turna menghela napas dengan tersenyum penuh persiapan, "Ayahku telah menyetujui pernikahan kita," ucapnya bahagia.

Sencer terkatup mendengarnya, dan hampir tak percaya. "Turna...?" Digenggamnya langsung tangan Turna penuh semangat. "Betapa bahagianya aku mendengar ini!" Senyum merekah bahagia dan lega. "Awan hitam di hatiku telah menjadi cerah."

"

Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.
Uyanis Buyuk Selcuklu : Family Secret - Sequel of Uyanis : Buyuk SelcukluWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu